Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 Februari 2017

SISTEM SARAF “NEURON”



SISTEM SARAF “NEURON”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu:
Dr. Retno Susilowati, M.Si

Disusun Oleh:
Putri Nur Oktavia     (13620039)
Anis Nur Laily           (13620047)
Ihsanuddin                 (13620073)







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah makalah yang berjudul “Sistem Saraf (Neuron)” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini agar dapat menjadi rujukan untuk mempelajari tentang Sistem Saraf (Neuron).
          Dalam penulisan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin dalam penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah sederhana ini. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan mengenai materi Sistem Saraf (Neuron).




Malang,14 Februari 2016


Penulis










DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………..i

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Mahluk hidup merupakan ciptaan Allah SWT yang diciptakan memiliki ketentuan dalan segala bidang yang sama sekali tidak jauh dari kondisi lingkungannya, penetapan-penetapan segala penyusun tubuh mahluk hidup sesuai dengan ukuran kebutuhan tubuh. Seperti yang di jelaskan dalam Al Quran Surah Al Furqon ayat 2:
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS.Al Furqon ayat 2).

Dalam ayat ini dan Dia menetapkan ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya”. Allah SWT lah yang mengatur segala ketentuan sebagaimana mestinya, misalnya organ indera yang diciptakan bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya tubuh seorang bayi, terjadi ketika bayi masih berada di dalam janin sang ibu. Organ indera yang diberikan antara lain salah satunya adalah pendengaran, penglihatan dan hati. Bentuk dari masing organ indra juga berbeda sesuai dengan ukurannya.
Manusia dan sebagian besar hewan dapat menjalankan fungsi organ indera seperti mendengar, melihat, merasakan sentuhan dan tekanan, maupun mencium bau diakibatkan karena adanya koordinir dari sistem saraf yang telah mengatur stimulus dari luar sehingga kemudian disampaikan pada organ indera tertentu. Koordinasi saraf berbeda dengan koordinasi endokrin karena lebih cepat dan umumnya aksinya lebih terlokasi. Koordinasi saraf memungkinkan organisme berespons dengan cepat terhadap perubahan-perubahan di lingkungan  luar maupun dalam. Hal ini kebalikan dari sistem endokrin, yang sebagaimana kita ketahui berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam. Walaupun hewan dan tumbuhan melakukan koordinasi kimiawi dengan bantuan hormon-hormon yang ditranspor, koordinasi saraf itu hanyalah khas bagi hewan. Kemampuan suatu organisme untuk bereaksi terhadap perubahan di dalam lingkungannya memerlukan tiga komponen yang berlainan. Pertama, harus ada reseptor rangsangan. Reseptor rangsangan ini merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi sejenis perubahan tertentu di dalam lingkungan dan mengawali suatu isyarat, yaitu impuls saraf, pada sel saraf yang melekat padanya. Organ indera kita dalah reseptor stimulus.
Komponen kedua dalam respons saraf dan koordinasi saraf terdiri atas penghantar impuls, yakni saraf itu sendiri. saraf tersusun atas berkas serabut penghubung yang disebut akson, sama halnya dengan kabel telepon yang terdiri atas berkas kawat. Serabut ini merupakan sel-sel khusus yang amat memanjang dan meluas yaitu neuron. Kebanyakan saraf tersusun atas dua macam neuron. Neuron sensori meneruskan impuls dari reseptor rangsangan ke sistem saraf pusat, yaitu otak dan tali spinal (jaringan saraf tulang belakang). Neuron motor meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke bagian tubuh yang akan melakukan aksi.
Komponen ketiga dari koordinasi saraf terdiri atas efektor. Efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi aksi sebagai respins terhadap impuls yang sampai kepadanya melalui neuron motor.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.      Apa saja jenis-jenis neuron berdasarkan fungsinya?
2.      Bagaimana mekanisme transmisi signal antar neuron melalui sinaps?
3.      Bagaimana mekanisme sinaps penghambat dan pemacu?
4.      Bagaimana pengaruh bius terhadap kerja saraf?
5.      Bagaimana prinsip kerja insektisida?

1.3  Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui jenis-jenis neuron berdasarkan fungsinya.
2.      Untuk mengetahui mekanisme transmisi signal antar neuron melalui sinaps.
3.      Untuk mengetahui mekanisme sinaps penghambat dan pemacu.
4.      Untuk mengetahui pengaruh bius terhadap kerja saraf.
5.      Untuk mengetahui prinsip kerja insektisida.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Neuron
Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan sinyal dalam tubuh dari satu lokasi ke lokasi lain. Meskipun terdapat banyak jenis neuron yang berbeda di dalam hal struktur dan fungsinya, sebagian besar neuron mempunyai beberapa ciri yang sama. Sebuah neuron mempunyai badan sel (cell body) yang relatif besar yang mengandung nukleus dan berbagai ragam organel seluler lainnya. Ciri neuron yang paling menonjol adalah penjuluran yang mirip serat, yang disebut prosesus, sehingga sel mampu mencapai jarak yang jauh untuk menghantarkan pesan. Ada dua jenis penjuluran neural yang umum : dendrit yang mengirimkan sinyal dari ujungnya ke seluruh bagian lain neuron: dan akson yang menghantarkan pesan ke ujung neuron.
Gambar 2.1 Neuron
Dendrit pada kebanyakan neuron, seperti neuron pada gambar, mempunyai banyak percabangan (nama itu diturunkan dari Bahasa Yunani dendron yang berarti pohon). Dengan demikian, dendrit adalah adaptasi struktural yang meningkatkan luas permukaan neuron tempat neuron itu menerima input dari neuron lain atau reseptor sensoris. Banyak neuron mempunyai sebuah akson tunggal, yang mungkin sangat panjang. Bukit akson (axon hillock) adalah daerah pada badan sel tempat akson bercabang, pada daerah ini impuls yang dihantarkan ke akson umumnya dibangkitkan. Banyak akson dalam sistem saraf vertebrata terbungkus oleh lapisan insulasi yang disebut selubung mielin (mylein sheath), yang dibentuk oleh sel sel pendukung. Pada sistem saraf tepi, sel sel pendukung disebut sel Schwann (Schwann cell) yang menyusun selubung mielin; dalam sistem saraf pusat , sel-sel pendukung disebut oligodendrosit mnghasilkan selubung mielin. Akson bisa bercabang, dan masing-masing cabang bisa mencapai ratusan hingga ribuan ujung-ujung khusus yang disebut terminal sinaptik (synaptic terminal), yang mengirimkan sinyal ke sel lain dengan melepaskan messenger kimiawi yang disebut neutrotransmiter. Lokasi kontak antara terminal sinaptik dan sel target (baik neuron lain ataupun sel efektor, misalnya sel otot) disebut sinapsis (synape). Dengan demikian, sinapsis adalah persambungan dimana satu neuron berkomunikasi dengan neuron lain dalam satu jalur neural, atau di mana sebuah neuron berkomunikasi dengan sebuah sel otot atau kelenjar.
2.1.1 Organisasi Fungsional Neuron
Secara fungsional, terdapat 3 golongan neuron yang masing-masing berkaitan dengan 3 fungsi utama sistem saraf :
1.      Neuron Sensoris (Sensory Neuron)
Sel saraf ini sangat berhubungan erat dengan alat indra, sehingga disebut juga saraf indra. Fungsi saraf ini adalah untuk menerima rangsang dari alat indra kemudian meneruskan impuls sarat ke pusat saraf, yaitu otak atau sumsum tulang belakang. Badan sel dari neuron sensori ini bergerombol membentuk ganglia. Bagian dendrit berhubungan langsung dengan alat indera (reseptor) dan bagian aksonnya berhubungan dengan sel saraf yang lain. Akson akan berakhir di interneuron.
Gambar 2.2 Neuron sensoris
2.     Neuron Asosiasi (Ajustor, konektor, intermediet)
Interneuron ini merupakan sel saraf penyusun sistem saraf pusat, fungsiya untuk meneruskan impuls saraf dari neuron sensori ke neuron motor. Struktur interneuron ini, yaitu bagian ujung dendritnya dihubungkan langsung dengan ujung akson dari sel saraf yang lain.
Gambar 2.3 Neuron Intermediete/Konektor
3.      Neuron Motoris
Struktur neuron motor ini, yaitu pada bagian ujung dendritnya dihubungkan dengan ujung akson yang berhubungan langsung dengan bagian efektor, yaitu otot maupun kelenjar. Neuron motor ini berfungsi untuk meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan melakukan respon tubuh. Impuls secara langsung berjalan dari neuron sensori ke neuron motor.
Gambar 2.4 Neuron Motorik

Neuron dari ketiga golongan di atas berbeda nyata bentuknya karena mempunyai fungsi yang berbeda. Sistem saraf melibatkan aktivitas terkoordinasi dari sekitar puluhan ribu sampai miliaran sel saraf yang bermacam-macam. Neuron tersusun dalam sirkuit terdiri dari dua atau lebih jenis fungsional. Sirkuit neuron yang paling sederhana melibatkan sinapsis antara dua jenis neuron : neuron sensoris dan neuron motoris. Masing-masing neuron sensoris mengirimkan sinyal dari reseptor sensoris ke neuronmotoris dan selanjutnya mengirimkan sinyal ke efektor. Hasilnya seringkali adalah suatu respons otomatis yang sederhana yang disebut refleks. Reflek sentakan lutut merupakan contoh respons sederhana. Satu ketukan pada lutut akan menyebabkan tarikan pada tendon yang berhubungan dengan otot paha (kuadrisep) sehingga menarik kaki bagian bawah. Reseptor regangan pada otot akan mendeteksi tarikan itu. (Sebenarnya, tiap reseptor regangan adalah ujung neuron sensoris yang dililit dengan halus). Ketika dirangsang, neuron sensoris mengirimkan sinyal ke sinapsis dengan neuron motoris pada sumsum tulang belakang. Selanjutnya, neuron motoris mengirimkan pesan ke kuadrisep agar berkontraksi (meregangkan kakinya).
Gambar 2.5 Gerak Reflek
Sesungguhnya, refleks sentakan lutut melibatkan lebih dari satu sirkuit sensoris/motoris sederhana. Kontraksi otot paha diikuti oleh inhibisi otot paha yang melenturkan kaki bawah dan menariknya ke arah tubuh. Neuron sensoris dari kuadrisep bersinapsis tidak hanya dengan neuron motoris namun juga dengan interneuron dalam sumsum tulang belakang. Selanjutnya, interneuron menhambat neuron motoris ke otot fleksor, sehingga otot itu tidk berkontraksi.

2.2 Mekanisme Transmisi Signal Antar Neuron Melalui Sinaps
Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan substansi transmitter atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal button dengan membran dari neuron penerima. Macam substansi transmitter ini akan menentukan efek pembangkitan (excitatory) atau efek penghambatan (inhibitory).
2.2.1. Struktur Sinapsis
Pada gambar 2.6 tampak sebuah ilustrasi tentang sinapsis. Sitoplasma dalam terminal button, terdiri dari pembuluh sinapsis (synaptic vesicles), yang terletak dekat dengan membran pre-synaptic; mitokondria yang berfungsi sebagai sumber energi; dan cistern as yang merupakan pembungkus dari neurotransmitter yang bentuknya seperti Badan Goigi di sel-sel tubuh manusia. Selain bagian-bagian tersebut, membran presinapsis dan membran postsinapsis adalah bagian penting dalam mekanisme transmisi synapsis.
Diantara membran presinapsis dan membran postsinapsis terdapat celah yang disebut synaptic cleft, yang jaraknya tergantung tugas masing-masing neuron. Umumnya, lebar celah ini adalah sekitar 200 A(A= angstroms,dimana1Asarna dengan 1/10.000 mm). Dalam celah sinapsis ini terdapat cairan ekstrasel tempat substansi neurotransmitter akan berdifusi.
Neurotransmitter diproduksi oleh soma sel dan dialirkan ke terminal button melalui microtubules di sepanjang axon. Proses ini disebut dengan axoplasmic transport. Membran postsinapsis merupakan membran yang paling tebal dibandingkan dengan membran di bagian-bagian lain. Ia mengandung molekul-molekul protein yang yang mampu mendeteksi hadimya substansi transmitter di celah sinapsis dan selanjutnya mampu untuk mengubah potensial membran dan terjadilah proses yang akan menghambat atau meningkatkan aktivitas neuron penerima.
Gambar 2.6 Struktur Sinapsis
2.2.2. Mekanisme Transmisi Sinapsis
Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan large-molecule neurotrnsmitters.

a.      Small-Molecule Neurotransmitters.
Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi kimia didalam cisterna yang akan disimpan di dekat membran presinapsis (membran presinapsis kaya akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kalsium). Bila mendapat stimulasi dari potensial aksi, saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++ akan masuk ke dalam button. Masuknya Ca++ akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya ke dalam celah sinapsis. Proses ini disebut dengan exocytosis. Proses ini berlangsung pada setiap kali stimulasi dari potensial aksi terjadi. Ia langsung menyampaikan pesan kepada reseptor postsinapsis yang ada di sekitarnya (lokal).
b.      Large-molecule Neurotransmitters
Proses exocytosis juga terjadi, namun untuk largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan akan berkumpul dalam Badan Goigi dan dialirkan ke buttons melalui microtubules. Proses exocytosisnya tetap sarna, namun bila small-molecule berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses exocytosis large-molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya juga tidak dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan ekstrasel dan pembuluh darah. Oleh karena itu proses large-molecule ini biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya jauh dari proses exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada neuron yang ada disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan. Oleh karena itu proses large-molecule neurotansmitter umumnya lebih berfungsi sebagai neuromodulator. Proses large-molecule diperlancar dengan bantuan proses-proses smallmolecule (sebagai second messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator memiliki peranan yang besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.
2.2.3 Neurotransmitter
Dalam peristiwa trasmisi, neurotransmitter yang dikeluarkan ada berbagai macam yang akan menentukan proses yang berlangsung. Untuk proses small-molecule neurotransmitter, substansi kimia yang dihasilkan adalah amino acid neurotransmitter dan monoamine neurotransmitter. Untuk proses large-molecule neurotransmitter, substansi kimia yang dihasilkan adalah peptide neurotransmitter. Selain dari pengelompokan di atas, masih ada jenis neurotransmitter lain dalam proses small-molecule neurotransmitter, yaitu acetylcholine yang dikelompokkan tersendiri (berbeda dengan kelompok amino acid neurotransmitter dan monoamine neurotransmitter). Jadi ada sembilan neurotransmitter yang umum dikenal (lihat gambar 3.13).
Gambar 2.7 Penggolongan Neurotransmitter yang Terlibat
dalam Proses Small-Molecule Neurotransmitter
1) Amino Acid Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter dalam proses smallmolecule neurotransmitter yang bekerja dengan sangat cepat, terarah dengan pasti di sistem saraf pusat. Ada empat jenis neurotransmitter yang berfungsi dengan efektif, yaitu glutamate, aspartate, glycine, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Ketiga substansi pertama lazim ditemui dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari, sedangkan GABA adalah substansi protein yang merupakan modifikasi proses sintesa sederhana dari struktur glutamate. Glutamate diketahui sebagai substansi neurotransmitter yang memiliki fungsi meningkatkan aksi (excitatory) di Susunan Saraf Pusat pada mamalia, sedangkan GABA memiliki fungsi untuk menghambat aksi (inhibitory) meskipun menurut penelitian terakhir;GABAjuga memilikiefek excitatorypada sinapsis-sinapsis tertentu.
2) Monoamine Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter lain yang digunakan dalam proses small-molecule neurotransmitter. Setiap jenis monoamine disintesa dari asam amino tunggal, bentuknya sedikit lebih besar, dan efeknya eenderung lebih menyebar. Monoamine neurotransmitter, sebagian besar terdapat dalam kelompok kelompok kecil neuron yang soma selnya terletak di batang otak. Neuron-neuron ini umumnya memiliki eabang yang sangat banyak.
Ada empat jenis monoamine neurotransmitter, yaitu norepinephrine, epinephrine,dopamine, dan serotonin. Keempatjenis itu dikelompokkan dalam dua kelompok besar berdasarkan kesamaan struktur. Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines. Tiap jenis neurotransmitter dalam kelompok eatheeolamine disintesa dari asam amino yang bemama tyrosine. Tyrosine diubah menjadi L-DOPA, L-DOPA kemudian diubah menjadi dopamine. Neuron yang melepaskan norepinephrine memiliki enzim ekstra yang tidak dilepaskan. Enzim ini akan mengubah dopamine menjadi norepinephrine yang lain. Demikian pula halnya dengan neuron yang melepaskan epinephrine, ada enzim ekstra yang tidak dilepaskan, dan enzim ini akan mengubah norepinephrine menjadi epinephrine yang lain (lihat gambar 2.8).
Gambar 2.8 Proses Sintesa Cathecolamine dari Tyrosine
3) Acetylcholine. Acetylcholine (Ach) juga termasuk dalam substansi neurotransmitter yang dilepaskan dalam proses small-molecule neurotransmitter.Proses pembentukannya bukan berasal dari asam amino, melainkan dari penggabungan kelompok substansi acetyl dengan molekul cholin. Acetylcholin adalah neurotransmitter yang terletak pada pertemuan neuron-neuron otot, terutama pada sistem sarafotonom (bagian saraf otonom yang lain dikendalikan oleh norepinephrine) dan juga pada sinapsis-sinapsis di sistem saraf pusat. Acetylcholine akan dinon-aktitkan dicelah sinapsis dengan cara penghancuran oleh enzym acetylcholinesterase, sedangkan neurotransmitter dalam proses smallmolecule neurotransmitter yang lain akan dinon-aktitkan dengan proses pengembalian substansi ke dalam terminal button.
4) Neuropeptides. Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter (lihat tabel3 .1.).Daftar peptida ini semakinpanjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan secara langsung).
Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
Gambar 2.9 Jenis-jenis Peptida yang Berfungsi sebagai Neurotransmitter

2.3 Mekanisme Sinaps Pemacu dan Penghambat
Sebuah neuron bisa menerima informasi dari banyak neuron sekitarnya melalui ribuan sinapsis, diantaranya bersifat eksitatoris dan beberapa bersifat inhibitoris. Sinapsisi eksitators dan inhibitatoris mempunyai pengaruh yang berlawanan pada potensial membrane sel pascasinaptik.

2.3.1 Sinapsis Eksitatoris
Pada sinapsis eksitatoris, reseptor neurotransmitter mengontrol suatu jenis saluran bergerbang yang memungkinkan Na+ memasuki sel dan K+ meninggalkan sel. Karena tenaga penggerak untuk Na+ lebih kuat dibandingkan dengan K+ (baik gradien voltase maupun gradien konsentrasi menggerakkan Na+ memasuki sel). Hal ini akan mendepolarisasikan sel, yang menggerakkan potensial membrane lebih dekat ke voltase ambang dan menjadikan lebih mungkin bagi sel pascasinapstik untuk membangkitkan suatu potensial aksi. Pada kasus ini, perubahan listrik yang disebabkan oleh pengikatan neurotransmitter ke reseptor disebut potensial pascasinaptik eksitatoris.
Gambar 2.10 Potensial Pascasinaptik Eksitatoris

2.3.2 Sinapsis Inhibitoris
Pada sinapsisi inhibitoris, pengikatan neurotransmitter ke membrane pascasinapsis akan membuat membrane tersebut mengalami hiperpolarisasi dengan cara membuat saluran ion yang membuat membrane tersebut lebih permeable terhadap K+  yang meninggalkan sel, atau terhadap CI¯, yang memasuki sel karena gradient konsentrasi yang besar, atau terhadap kedua ion tersebut. Aliran ion ini mendorong potensial membrane pada voltase yang bahkan lebih negative dibandingkan dengan potensial istirahatnya sehingga lebih sulit untuk membangkitkan potensial aksi. Dengan demikian, perubahan voltase yang berkaitan dengan pensinyalan kimiawi pada sinapsisi inhibitoris disebut potensial pascasinapsis inhibitoris (inhibitory postsynaptic potential, IPSP).
Gambar 2.11 Potensial Pascasinapsis Inhibitoris

2.4 Pengaruh Bius Terhadap Kerja Saraf
Obat bius mencegah proses terjadinya depolarisasi membran saraf pada tempat suntikan obat tersebut,  sehingga membran akson tidak akan dapat bereaksi dengan asetil kholin sehingga membran akan tetap dalam keadaan semipermiabel dan tidak terjadi perubahan potensial. Keadaan ini menyebabkan aliran impuls yang melewati saraf tersebut terhenti, sehingga segala macam rangsangan atau sensasi tidak sampai kesusunan saraf pusat. Keadaan ini menyebabkan timbulnya parastesia sampai analgesia dan vasodilatasi pembuluh darah pada daerah yang terblok.
             Proses hilangnya efek obat bius dimana obat yang berada di luar saraf akan diabsorbsi oleh sistem pembuluh darah kapiler. Serat saraf akan melepaskan ikatannya dengan obat bius tersebut, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi obat di dalam dengan di luar sel. Setelah obat diabsorbsi oleh sistem sirkulasi, didistribusikan ke organ-organ lain.

2.5 Prinsip Kerja Insektisida
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida. Salah satu contoh dari insektisida adalah Organoklorin (DDT dan piretroid tipe 1) yang menyerang sistem saraf serangga. Sistem saraf serangga terdapat bagian yang disebut dengan akson. Akson merupakan elongation of stroma (perpanjangan dari bagian stroma). Keadaan didalam sistem saraf serangga semua dalam keadaan mengapung, hal ini dikarenakan sistem peredaran darahnya adalah sistem terbuka, selain itu juga didalam hemolim juga terdapat Na+, K+, Cl-. Pada bagian axon terdapat bagian yang bernama sodium channel yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya sodium.
Pada kondisi normal molekul sodium akan keluar dan masuk melalui sodium channel. Ketika mencapai kondisi kesetimbangan didaerah tersebut, maka sodium chanel akan menutup, namun ketika kesetimbangan molekul sodium pada exon belum tercapai maka sodium channel akan membuka hingga mencapai kesetimbangan. Dalam proses penghantaran rangsang, keadaan membuka dan menutup adalah normal adanya. Apabila tidak ada proses membuka dan menutup maka rangsang tidak akan tersampaikan. Ketika terjadi detoksifikasi dari organoklorin, dimana yang harusnya sodium channel-nya menutup, namun karena adanya molekul DDT ataupun piretroid tipe 1 maka “pintu” sodium channel akan tidak tertutup, akibatnya akan terjadi gangguan pada sodium channel dan mempengaruhi keseimbangan osmotiknya. Ketika tidak terjadi kesetimbangan osmotik maka akan berujung pada kematian dari serangga.


keadaan mengapung, hal ini dikarenakan sistem peredaran darahnya adalah sistem terbuka, selain itu juga didalam hem






BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1.      Neuron sensoris (sensory neuron): Menghantarkan impuls berupa rangsang dari reseptor (penerima rangsang) menuju saraf pusat, neuron asosiasi (Ajustor, konektor, intermediet) saraf motorik dan sensorik dalam saraf pusat. neuron motoris mengirimkan impuls (output motoris) berupa tanggapan (respons) dari SSP ke sel menghubungkan efektor (otot atau kelenjar).
2.      Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang berbeda satu sama lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan large-molecule neurotrnsmitters. Small-molecule neurotransmitters: berkumpulnya substansi kimia didalam cisternaà disimpan di dekat membran presinapsis à Bila mendapat stimulasi dari potensial aksi, saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++ akan masuk à Masuknya Ca++ akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak dengan membran presinapsis à melepaskan isinya ke dalam celah sinapsis à Ia langsung menyampaikan pesan kepada reseptor postsinapsis yang ada di sekitarnya (lokal). Large-molecule neurotrnsmitters
3.      Pada sinapsis eksitatoris, beberapa neurotransmitter mengeksitasi neuron postsinaptik, menyebabkan depolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik eksitatoris. Pada sinapsis inhibitoris, Neurotransmitter menyebabkan peningkatan potensial istirahat neuron postsinaptik.. Neurotransmitter ini membuat postsinaptik lebih bermuatan negatif akibat penurunan permeabilitas mebran terhadap aliran masuk Na+ dan meningkatkan permeabilitas membran terhadap aliran keluar ion K+. Peningkatan negatifitas internal ini disebut hiperpolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik inhibitorik.
4.      Obat bius mencegah proses terjadinya depolarisasi membran saraf pada tempat suntikan obat tersebut,  sehingga membran akson tidak akan dapat bereaksi dengan asetil kholin sehingga membran akan tetap dalam keadaan semipermiabel dan tidak terjadi perubahan potensial. Keadaan ini menyebabkan aliran impuls yang melewati saraf tersebut terhenti, sehingga segala macam rangsangan atau sensasi tidak sampai kesusunan saraf pusat.
5.      Salah satu contoh dari insektisida adalah Organoklorin (DDT dan piretroid tipe 1) yang menyerang sistem saraf serangga. Sistem saraf serangga terdapat bagian yang disebut dengan akson. Ketika serangga terkena pestisida tersebut maka pintu sodium channel tidak tertutup, akibatnya akan terjadi gangguan pada sodium channel dan mempengaruhi keseimbangan osmotiknya. Ketika tidak terjadi kesetimbangan osmotik maka akan berujung pada kematian dari serangga.












 

1 komentar: