Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 Februari 2017

Laporan KKL ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT Valerian Hutan dan Patah Tulang DI MATERIA MEDIKA BATU MALANG




ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT
DI MATERIA MEDIKA BATU MALANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnobotani

Dosen Pengampu:
Shinta, M.Si
Azizatur Rahmah, M.Sc

Disusun Oleh:
Anis Nur Laily           (13620047)







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016

DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………...i



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat 1.200 jenis tumbuhan dengan habitat asli di Indonesia. Keadaan flora tersebut secara umum berkaitan dengan kehidupan manusia karena sebagian besar sumber kehidupan manusia berasal dari tumbuhan yang ada disekitarnya. Sebanyak 940 spesies atau sekitar 26% sumber alam hayati berupa tumbuhan telah digunakan untuk berbagai keperluan industri obat tradisional, sehingga disebut dengan tumbuhan obat. Saat ini tumbuhan obat mulai dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Syukur, 2000).
Allah menciptakan berbagai macam tumbuhan tidak sia-sia melainkan mempunyai manfaat untuk kehidupan manusia. Manusia dikaruniai akal dan pikiran oleh Allah agar mempergunakanya untuk memahami dan mempelajari semua ciptaan Allah yang ada di muka bumi. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia dapat memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai obat berbagai macam penyakit. Allah berfirman :
Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman.”(Q.S Asy Syu'araa' :7-8).
Semua penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya. Terkadang ada orang yang menemukan obatnya, ada juga orang yang belum bisa menemukannya. Obat yang diturunkan oleh Allah ini dapat berupa tumbuhan yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat suatu penyakit. Seperti sabda Rasulullah bahwa :
إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ
Artinya :“Sesungguhnya Allah  tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad)
Tumbuhan obat merupakan salah satu topik yang sangat penting dalam pengembangan obat tradisional dan sebagai alternatif untuk menyembuhkan berbagai penyakit di Indonesia. Di Indonesia etnobotani sudah banyak dikenal dan dalam prakteknya sudah banyak dilakukan terutama oleh ahli botani. Etnobotani sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional, sekarang menjadi perhatian banyak pakar karena manfaatnya (Soekarman. 1992)
Salah satu lembaga yang masih memanfaatkan tumbuhan sebagai obat dari suatu penyakit adalah materia medika. Materia Medica Batu (MMB) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang berlokasi di Kota Batu. Balai Materia Medica Batu terletak di lingkungan Desa Pesanggrahan yang letak lokasinya berbatasan dengan Kelurahan Ngaglik di wilayah Kota Batu. Misi dari materia medica batu adalah mempertahankan plasma nuftah tanaman obat alam Indonesia, Meningkatkan promosi pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku alam Indonesia, dan Meningkatkan promosi pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku alam Indonesia.
Oleh karena itu, diadakannya kuliah kerja lapang ini bertujuan supaya mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui lebih mendalam tentang berbagai macam tumbuhan obat beserta cara pengolahannya di Materia Medika Batu ini.


B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam laporan ini adalah :
1.      Apa saja khasiat dari tanaman obat Valerian Hutan (Valeriana officinalis L.)?
2.      Apa saja khasiat dari tanaman obat Patah Tulang (Pedilanthus pringlei)?
3.      Bagaimana proses pembuatan simplisia?

C.  Tujuan
Tujuan diadakannya kuliah kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui khasiat dari tanaman obat Valerian Hutan (Valeriana officinalis L.)
2.    Untuk mengetahui khasiat dari tanaman obat Patah Tulang (Pedilanthus pringlei)
3.    Untuk mengetahui proses pembuatan simplisia


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Etnobotani
Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomis saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumber daya alam (Dharmono, 2007).
Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang cakupannya interdisipliner sehingga terdapatlah berbagai polemik tentang kontroversi pengertian etnobotani. Hal ini disebabkan karena perbedaan kepentingan dan tujuan penelitiannya. Seorang ahli ekonomi botani yang memfokuskan tentang potensi ekonomi dari suatu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat lokal. Sedangkan seorang antropolog mendasarkan pada aspek sosial, berpandangan bahwa untuk melakukan penelitian etnobotani diperlukan data tentang persepsi masyarakat terhadap dunia tumbuhan dan lingkungannya (Purwanto, 1999)
Etnobotani walaupun masih secara sederhana, yaitu suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan. Etnobotani merujuk pada kajian interaksi antara manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi (Martin, 1998)



B.  Tumbuhan Obat
1.      Pengertian Tumbuhan Obat
Pengertian Tanaman obat adalah jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati. Penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan. Tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar. Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit (Angadiredja, 1992).
Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utama produk-produk obat herbal. Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum diolah. tumbuhan obat adalah: Tanaman atau bagian tumbuhan yang digunakan menjadi bahan obat tradisional atau obat herbal, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku obat (Partini, 2005). 
Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut dipakai sebagai obat. Tanaman obat adalah obat tradisional yang terdiri dari tanaman-tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat atau dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat. Di mana khasiatnya diketahui dari hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat (Syukur, 2000).
Tercatat sebanyak 7557 jenis tumbuhan yang berdasarkan informasi digunakan sebagai obat dan tumbuh tersebar di Indonesia. Dari jumlah tersebut baru sebagaian kecil yang diteliti dari segi budaya dan kegunaannya. Demikian pula sebagian kecil dari jumlah tersebut telah diproduksi baik sebagai jamu yang dibuat secara tradisional adalah bahan yang dibuat dalam industri secara pabrikasi (Partini 2005).

2.      Pengelompokan Tanaman Obat
Menurut Anggadireja (1992) apabila mengacu pada Etnofarmakologi dan Etnobotani, maka tanaman obat dapat dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu sebagai berikut:
1. Tumbuhan obat lokal, yaitu berdasarkan informasi di daerah tertentu dijadikan obat, dan ini dapat dibagi lagi menjadi empat kelompok:
a)      Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, dengan khaisat yang sama.
b)      Tumbuhan yang dapat digunakan juga sebagai obat di daerah lain, tapi dengan khasiat yang berbeda.
c)      Tumbuhan yang digunakan sebagi obat hanya di daerah tersebut (tidak digunakan sebagai obat di daerah lain).
d)     Tumbuhan obat yang sudah dibuat sebagai produk “jamu”.
2. Tumbuhan obat sebagai bahan dasar (precursor) baik bahan asli maupun untuk sintesis.
3. Tumbuhan obat yang belum dikenal, yaitu berdasarkan informasi diduga sebagai obat tetapi belum jelas penggunaan dan kegunaannya.
3. Manfaat Tanaman Obat
Banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh komunitas dengan adanya tumbuhan obat. Tanaman obat dapat dibudidayakan berbagai jenis tumbuhan seperti,tumbuhan obat-obatan, tumbuhan hias seperti bunga dan berbagai jenis sayur mayur dan tumbuhan buah-buahan. Bahkan tumbuhan obat-obatan dapat dimanfaatkan menjadiobat kuno bagi komunitas.Meskipun kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terus berkembang pesat, namun penggunaan tumbuhan menjadi obat kuno oleh komunitas terus meningkat dan perkembangannya terus semakin maju. Hal ini dapat dilihat terpenting dengan semakin banyaknya obat kuno dan jamu-jamu yang beredar di komunitas yang diolah oleh industri-industri. Ada beberapa manfaat tumbuhan obat seperti (Syukur, 2000):
1.    Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat kuno dalam menunjang kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaannyapun terdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjutusia. 
2.    Memperbaiki status gizi komunitas. Banyak tumbuhan apotik hidup yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatkan gizi,seperti: kacang, sawo dan belimbing wuluh, sayur-sayuran, buah-buahan sehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi.
3.    Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal.
4.    Meningkatkan pendapatan komunitas. Penjualan hasil tumbuhanakan menambah penghasilan keluarga.Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tumbuhan pekarangan rumah selaindapat digunakan untuk peningkatan gizi keluarga, juga menjadi pelestarian lingkungan dan meningkatkan pendapatan komunitas. 

C.  UPT Materia Medika
1.    Sejarah UPT Materia Medica
UPT Materia Medica didirikan sejak tahun 1960 oleh almarhum Bapak  R.M.Santoso yang juga merupakan salah satu pendiri Hortus Medikus Tawang Mangu yang sekarang berubah menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Berdirinya UPT Materia Medica diawali dari hasil pengamatan beliau bahwa tidak semua tanaman obat yang ada di Indonesia dapat dikoleksi pada satu daerah saja. Hal ini disebabkan karena adaptasi tanaman terhadap lingkungannya terutama terhadap iklim sangatlah berbeda, mengingat bahwa Indonesia secara garis besar terdiri dari tipe iklim basah, daerah sedang dan daerah kering, maka kebun Tawang Mangu yang berdiri sejak tahun 1948 merupakan daerah iklim sedang sampai basah. Sedangkan untuk tanaman daerah sedang  sampai kering perlu adanya kebun koleksi lain yang bisa mewakili tipe iklim tersebut (Anonimous. 2010).
Dari hasil pengamatan Beliau karesidenan Malang  adalah daerah yang cocok untuk didirikan kebun koleksi tanaman obat dari tipe iklim sedang sampai kering. Sebagai realisasi dari gagasan beliau itu untuk mendirikan kebun koleksi tanaman obat didaerah sedang dan kering di wilayah Batu dan Nongko Jajar, karena waktu itu Nongkojajar adalah daerah yang sulit transportasinya, maka ditetapkan Batu sebagi kebun koleksi sampai sekarang dan dikenal sebagi Balai Materia Medica Pengelolaan kebun percobaan ini dilakukan oleh yayasan Farmasi yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur. Sebelum kebun percobaan ini jadi, tahun1963 Bapak RM Santoso meninggal dunia (Anonimous. 2010).
Untuk kelangsungan Balai Materia Medica oleh Bapak Dr.Modarso selaku Inspektur Kesehatan Jawa Timur ditunjuk Bapak R.Soehendro (Kepala Dinas Perkebunana Rakyat Kab. Malang) sebagi pejabat sementara Pimpinan Kebun Balai Materia Medica sampai mendapatkan pimpinan yang baru. Tahun 1964 BMM mendapat pimpinan baru yaitu Ir.NV.Darmago, beliau diangkat oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur sebagi tenaga tetap di Kebun Materia (Anonimous. 2010).
Medica hingga th 1970. Th 1970 atas permohonan sendiri Ir.NV Darmago meletakan jabatannya, kemudian selaku pipmpinan kebun Materia Medica dipegang oleh Ir.Wahyu Soeprapto. Pertengahan tahun 1970 terjadi perubahan status dari milik swasta menjadi milik pemerintah yaitu Dinas Kesehatan daerah Tingkat I Jawa Timur Direktorat Farmasi Jawa Timur (Anonimous. 2010).
Tahun 2000 hingga April 2005 selaku Pelaksana Teknis Balai Materia Medica Batu dipegang oleh Dra.Hj.Siti Hidjrati Arlina. Selanjutnya April 2005 secara definititif BMM dipimpin oleh Bapak B.Soegito,SKM.Kes hingga 31 April 2008. Mulai 1 Mei 2008 hingga 31 Desember untuk  sementara kepala BMM dipegang oleh Bu Etty Retno, Apt. (Sebagai PLt). Sejak 1 Januari 2009 hingga sekarang yang mejadi kepala UPT Materia Medica adalah   Drs. Husin RM., Apt, Mkes. Setelah tahun 1978 dengan berfungsinya Direktorat Daerah Farmasi Jawa Timur menjadi sub Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang sekarang menjadi Badan POM, maka pengelolaan Materia Medica Batu diserahkan kepada Dinas Kesehatan Propinsi  Jawa Timur hingga sekarang (Anonimous. 2010).

2.    Visi dan Misi Balai Materia Medica
1)      Visi:
“Menjadikan UPT Materia Medica terdepan dalam bidang pengembangan Tanaman Obat Asli Indonesia (TOI), khususnya di Jawa Timur dan umumnya di Indonesia Timur”.
2)      Misi:
a. Meningkatkan promosi pemanfaatan tanaman obat sebagai  bahan baku obat alam Indonesia.
b.  Mengembangkan monografi dan standart mutu, baik simplisia maupun ekstrak.
c.   Membantu penyusunan farmakope herbal Indonesia.
d.   Mengembangkan penelitian dasar tanaman obat alam Indonesia.
e.   Memperkokoh jaringan kerjasama antar lembaga penelitian dan industri terkait.


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.  Waktu dan Tempat
            Kuliah Kerja Lapang (KKL) Etnobotani pada kali ini adalah bertopik tentang “Etnobotani Tumbuhan Obat” yaang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 29 Maret 2016 pukul 10.00-12.00 WIB. Kuliah kerja lapang ini bertempat di UPT Materia Medica Batu, Jalan Lahor No.87, Batu, Malang.

B.  Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada kuliah kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis menulis                                                                1 Set
2. Kamera                                                                                1 Buah
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada kuliah kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
1. Tanaman obat Valerian Hutan (Valeriana officinalis L.)
2. Tanaman obat Patah Tulang (Pedilanthus pringlei)

C.  Cara Kerja
            Cara kerja yang dilakukan pada kuliah kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
1.      Didengarkan penjelasan dari narasumber
2.      Dicatat penjelasan tersebut di dalam buku tulis
3.      Difoto tanaman obat yang sudah dijelaskan oleh narasumber tersebut


BAB IV
PEMBAHASAN
A.  Tanaman Obat Valerian Hutan (Valeriana officinalis L.)
1.    Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi Valerian hutan adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Dipsacales
                             Famili:
Valerianaceae
                                 Genus:
Valeriana
                                     Spesies: Valeriana officinalis L. (Plantamor, 2012)
2.    Deskripsi Tanaman
               Valerian merupakan tumbuhan semak tahunan , kisaran tinggi 60 hingga 120 cm. Akar tunggang dalam tanah tidak panjang, bentuk conus(kerucut) dengan rizoma yang tegak. Batang tegak, lunak, licin, kadang berambut, berwarna hijau pucat. Daun majemuk, helaian daun berbentuk lonjong dengan bentuk runcing, tepi bercangap, permukaan berlekuk, berwarna hijau tua. Bunga majemuk keluar dari ujung batang, bentuk tandan, tangkai bulat, panjang 5-10 cm, hijau, kelopak hijau muda, mahkota halus, putih ataupun merah muda, benang sari bertangkai silindris, panjang 0,2-0,4 cm, putih, kepala sari pipih, abu-abu, putik bertangkai, putih, panjang 0,2-0,4 cm. Buah buni, bentuk lonjong, berwarna coklat. Biji berbentuk bulat kehitaman.




3.    Foto Tanaman
4.    Kandungan Kimia
               Tanaman obat valerian hutan dari akar dapat diekstraksi minyak yang berwarna coklat kekuningan sebanyak 0,5-2%. Variasi kandungan minyak tergantung jenis spesies, lokasi, kelembaban dan kesuburan tanah. Kandungan kimianya memiliki komposisi yang bervariasi dan isi yang tidak stabil sehingga menjadi masalah utama untuk melakukan standarisasi dari ekstrak valerian. Kandungan dari ekstrak valerian, antara lain (Jannah, 2009) :
1. Volatile oil yang terdiri dari monoterpene bornyl acetat, squiterpene dan asam valerenik. Asam valerenik menghambat katabolisme GABA di otak sehingga mengakibatkan efek sedasi.
2. Non volatil monoterpene (valepotriat), diisolasi pertama kali pada tahun 1966 berperan dalam mekanisme sedasi di otak, namun mekanisme kerjanya belum diketahui. Komposisi valepotriat antara lain valeriana-epoxy-triacylates, iridoide monoterpenes, isovaltrate dan isovaleroxyhydroxy. Valepotriat diubah menjadi homobaldrinal yang menyebabkan penurunan motilitas spontan pada mencit.
3. Ekstrak valerian mengandung sejumlah GABA yang secara langsung menyebabkan sedasi tetapi masih ada kontroversi mengenai bioavalabilitasnya.
4. Penelitian lain menemukan ligan, hidrokxypinoresinol yang mungkin berikatan dengan reseptor benzodiazepin.
5. Penelitian lain menemukan ligan flunafuran dan hydroxy pinoreesinol.
6. Alkaloid (actinidin, catinidin, valerianin dan valerin)
7. Glutamin yang akan diubah menjadi GABA di otak.
5.    Khasiat Obat
               Pada penelitian terdahulu valerian menunjukkan adanya efek hipnotik-sedatif sehingga dapat digunakan untuk pengobatan insomnia terutama insomnia yang tipe psikologis sedang. Beberapa penelitian memberi kesan bahwa valerian meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi waktu untuk jatuh tidur. Valerian menurut Jannah (2009), dapat digunakan untuk mengatasi ansietas dengan menghilangkan gejala cemas yang nonspesifik. Selain itu banyak diteliti tentang pemanfaatan valerian sebagai antikonvulsi untuk pengobatan epilepsi. Selain sebagai obat tidur dan penenang, di masyarakat valerian dipercaya untuk mengobati masalah pencernaan, sakit kepala, hipertensi, mual, muntah, asma, batuk, jerawat,vertigo, angina, dismenore, lemah syaraf dan masih banyak lagi. Khasiat-khasiat tersebut perlu dibuktikan lebih lanjut demi keuntungan dan keamanan masyarakat.
6.    Cara Membuat Jamu dan Pengolahannya
Cara penggunaan Valerian Hutan untuk obat Lemah syaraf yaitu: 
Akar valerian 30 g; Daun leng-lengan 20 g; Daun seribu 20 g; Daun sambang darah 20 g; Air 500 ml, Ramuan direbus sampai mendidih selama 15 menit, Diminum 3-4 kali sehari.

B.  Tanaman Obat Patah Tulang (Pedilanthus Pringlei Robins)
1.      Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi Patah Tulang adalah sebagai berikut :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Euphorbiales
                             Famili:
Euphorbiaceae
                                 Genus:
Pedilanthus
                                     Spesies: Pedilanthus pringlei Robins (Plantamor, 2012)
2.      Deskripsi Tanaman
Perdu yang tumbuh tegak ini mempunyai tinggi 2-6 m dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah seperti susu yang beracun. Patah tulang mempunyai ranting yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur, dan berwarna hijau. Rantingnya setelah tumbuh sekitar satu jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah.
Daunnya jarang, terdapat pada ujung ranting yang masih muda, kecil-kecil, bentuknya lanset, panjang 7-25 mm, dan cepat rontok. Bunga majemuk, tersusun seperti mangkuk, warnanya kuning kehijauan seperti ranting. Jika masak, buahnya akan pecah dan melemparkan biji-bijinya.

3.      Foto Tanaman
4.      Kandungan Kimia
            Kandungan Kimia Getah sifatnya asam (acrid latex), mengandung senyawa euphorbone, taraksasterol, laktucerol, euphol, senyawa damar yang menyebabkan rasa tajam ataupun kerusakan pada selaput lendir, kautschuk (zat karet), dan zat pahit. Herba patah tulang mengandung glikosid, sapogenin, dan asam ellaf. Sifat dan Khasiat Bau lemah, rasa mula-mula tawar, lama kelamaan timbul rasa tebal di lidah (Arief, 2004).


5.      Khasiat Obat
Khasiat dari tanaman ini adalah sebagai berikut (Arief, 2004):
a.    Getah untuk obat luka baru.
b.    Daun dan batang sebagai obat sakit tulang dan persendian.
c.    Akar dan ranting digunakan untuk Sakit lambung (gastristis), rematik/ tulang sakit, sifilis,wasir.tukak rongga hidung, dan nyeri syaraf
d.   Batang kayu digunakan untuk penyakit kulit, kusta (Morbus Hansen), kaki dan tangan baal.
e.    Khasiat tanaman herbal patah tulang untuk luar yaitu penyakit gatal, kudis, bisul, tahi lalat membesar dan gatal, herpes zooster, penyakit kulit menahun, frambusia, sakit gigi, radang telinga, rematik, keseleo, kapalan (clavus), kutil, patah tulang (fraktur), tertusuk duri, pecahan kaca, tulang ikan, dsb.
6.      Cara Membuat Jamu dan Pengolahannya
Pemakaian tanaman obat herbal patah tulang yaitu:
1.    Untuk minum: Akar & ranting dikeringkan, ditumbuk menjadi bubuk. Campur dengan lontong beras sampai merata, lalu dibuat pil kecil-kecil sebesar telur cecak, jemur sampai menggering. Dimakan bila perlu.
2.    Pemakaian luar: Herba ditumbuk halus, diturapkan ketempat yang sakit seperti bisul, kurap, keseleo terkilir, patah tulang, luka. Herba ditumbuk halus, campur dengan susu untuk penyakit gatal-gatal, penyakit kulit, kurap, tumor, kutil, clavus.
3.    Apabila menggunakan getah maka diambil getahnya oleskan pada tempat yang terluka
C.    Proses Pembuatan Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Proses pembuatan simplisia melalui beberapa tahap diantaranya yaitu (Dalimartha, 2013) :
1.    Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada : Bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman yang digunakan, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
2.    Sortasi Basah
        Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
3.    Pencucian
        Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba.
4.    Perajangan
        Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki
        Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
5.    Pengeringan
        Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
        Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
        Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.
        Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
a.       Pengeringan Alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
1.   Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan ini dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara.
2.   Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti  bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
b.      Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
6.    Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan  sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau  secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.


BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
          Kesimpulan yang dapat diambil dari kuliah kerja lapang kali ini adalah sebagai berikut :
1.    Khasiat dari tanaman obat Valerian Hutan (Valeriana officinalis L.) adalah untuk pengobatan insomnia, mengatasi ansietas dengan menghilangkan gejala cemas yang nonspesifik, pengobatan epilepsi, masalah pencernaan, sakit kepala, hipertensi, mual, muntah, asma, batuk, jerawat, vertigo, dismenore, dan lemah syaraf.
2.    Khasiat dari tanaman obat Patah Tulang (Pedilanthus Pringlei Robins) adalah getahnya untuk obat luka baru, daun dan batang sebagai obat sakit tulang dan persendian, akar dan ranting digunakan untuk sakit lambung (gastristis), rematik/ tulang sakit, sifilis,wasir, tukak rongga hidung, dan nyeri syaraf, batang kayu digunakan untuk penyakit kulit, kusta (Morbus Hansen). Khasiat tanaman herbal patah tulang untuk luar yaitu penyakit gatal, kudis, bisul, tahi lalat membesar dan gatal, herpes zooster, penyakit kulit menahun, frambusia, sakit gigi, radang telinga, rematik, keseleo, kapalan (clavus), kutil, patah tulang (fraktur), tertusuk duri, pecahan kaca, tulang ikan.
3.    Proses pembuatan simplisia terjadi melalui beberapa tahapan yaitu
a.    Pengumpulan Bahan Baku : Bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman yang digunakan, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh
b.    Sortasi Basah : Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
c.    Pencucian : Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
d.   Perajangan : Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan
e.    Pengeringan : Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
f.Sortasi kering : Tujuan  sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada sirnplisia kering.


DAFTAR PUSTAKA
Angadiredja, D. 1992. Eksplorasi, Konservasi Dan Pengembangan Tanaman Obat. Bogor: Pusat Penelitianan dan Tanaman Industri
Anonimous. 2010. Profil Materia Medica Batu Malang https://materiamedicabatu.wordpress.com/profil/. Diakses pada tanggal 27 April 2016
Anonimous. 2012. Klasifikasi Valerian Hutan dan Patah Tulang. https:// http://www.plantamor.com. Diakses pada tanggal 27 April 2016
Dalimartha, Setiawan. 2013. Ramuan Herbal Tumpas Penyakit. Jakarta : Penebar Swadaya
Dharmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) Di Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. 4 (2): 71-78
Hariana, Arief.  2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadya
Jannah, Miftakhul. 2009. Pengaruh Ekstrak Valerian Terhadap Efek Sedasi Pada
Mencit Balb/C. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang
Martin, G. J. 1998. Etnobotani : Sebuah Manual Pemeliharaan Manusia dan Tumbuhan. Edisi Bahasa Melayu Terjemahan Maryati Mohamed, Natural History Publications (Borneo) Sdn. Bhd. Kinabalu. Sabah. Malaysia
Partini. 2005. Karakteristik Komunitas Gulma Dan Potensi Kegunaan Sebagai Tanaman Obat Di Perkebunan Teh Serah Kencong Kabupaten Blitar. Skipsi. Tidak Diterbitkan. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
Purwanto, Y. 1999. Peran Dan Peluang Etnobotani Masa Kini Di Indonesia Dalam Menunjang Upaya Konservasi Dan Pengembangan Keanekaragaman Nabati. Bogor : LIPI
Soekarman. 1992. Status pengetahuan etnobotani di indonesia. Prosiding seminar Nasional etnobotani februari 1992. Bogor: Balitbang botani, Puslitbang biologi-LIPI
Syukur. 2000. Budi Daya Tanaman Obat Komersil. Jakarta: Penebar Swadaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar