MAKALAH PENGANTAR BIOTEKNOLOGI
“FERMENTASI MOLASE MENJADI
BIOETANOL”
Dosen Pengampu:
dr. Tyas Pramesti
Evika Sandi Savitri, M.Si
Mujahidin Ahmad, M.Sc
Disusun Oleh:
Imam Subandi (13620034)
Anis Nur Laily (13620047)
Ilham Siti
Rukhana (13620060)
Izzatinnisa’ (13620061)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA
MALIK IBRAHIM
MALANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT,
karena atas ridho-Nya lah makalah yang berjudul “Fermentasi Molase” ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini agar dapat menjadi rujukan untuk
mempelajari tentang Fermentasi
Molase Menjadi Etanol.
Dalam penulisan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin dalam
penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah
ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memperbaiki makalah sederhana ini. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan, wawasan mengenai materi Fermentasi Molase Menjadi
Etanol.
Malang, 25 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Molase (bahasa
Inggris: molasses) merupakan produk sampingan dari industri
pengolahan gula
tebu atau gula bit
yang masih mengandung gula dan asam-asam
organik. Molase yang hasil dari industri gula tebu di Indonesia
dikenal dengan nama tetes tebu. Kandungan sukrosa
dalam molase cukup tinggi, berkisar 48-55% dan pHnya sekitar 5,5-5,6 sehingga
dapat digunakan sebagai sumber yang baik untuk pembuatan etanol.
Molase berbentuk cairan kental berwarna cokelat ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku etanol, alkohol, pembentuk asam sitrat,
MSG, dan biogas.
Etanol (sering disebut juga etil-alkohol atau
alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun, bahan ini banyak dipakai
sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol
tidak berwarna dan tidak berasa namun memilki bau
yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Etanol
telah digunakan manusia sejak jaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam
minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur
9000 tahun dari cina bagian utara menunjukan bahwa minuman beralkohol telak
digunakan oleh manusia prasejarah pada masa neolitik.
Allah telah melarang untuk meminum minuman keras (khamer). Pada semua bangsa seperti meminum khamer, di tanah arab dikenal dengan istilah khamer, dinegara barat seperti Eropa dan Amerika disebut dengan alkohol dan di indonesia dikenal dengan arak, atau tuak. Padahal Allah telah menegaskan dalam firmannya dalam Surat Al-Baqarah ayat 21:
Artinya:
“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi, katakanlah : “ Pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya. “dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang
lebih dari keperluan. “ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supaya kamu berpikir. “(QS.
Al-Baqoroh:219)
Ayat tersebut
menjelaskan bahwa pada khamr terdapat dosa besar karena banyak merugikan
manusia. Namun, Allah juga menjelaskan bahwa khamr tersebut mempunyai beberapa
manfaat yang lain untuk manusia. Khamr (alkohol/etanol) tersebut dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia misalnya alkohol dibuat untuk bahan baku
spirtus atau yang lainnya. Disisi lain Allah
memerintahkan manusia berfikir dalam proses pembentukan etanol. Dari situlah
kami membahas dimakalah ini tentang bagaiman poses fermentasi alkohol yang
berbahan dasar dari limbah pengolahan tebu yang biasa disebut molase.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian limbah
molase.
2. Untuk mengetahui proses fementasi molase dalam pembuatan etanol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Molase
Molase (bahasa Inggris: molasses) merupakan
produk sampingan dari industri pengolahan gula tebu atau gula bit
yang masih mengandung gula dan asam-asam
organik. Molase yang hasil dari industri gula tebu di Indonesia
dikenal dengan nama tetes tebu. Kandungan sukrosa
dalam molase cukup tinggi, berkisar 48-55% dan pHnya sekitar 5,5-5,6 (Judoamidjojo.
dkk, 1992) sehingga dapat digunakan sebagai sumber yang baik untuk pembuatan etanol.
Molase berbentuk cairan kental berwarna cokelat ini dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku etanol, alkohol, pembentuk asam sitrat,
MSG, dan biogas (Sa'id,
1987).
Molase merupakan hasil sampingan pada industri pengolahan gula yang berwujud cair. Molase adalah limbah utama industri pemurnian gula. molase merupakan
sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh karena itu,
molase telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan
kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molase memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat
kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 % (Pond dkk, 1995).
Dua bentuk molase yang merupakan hasil samping industri gula tebu,
seringkali digunakan dalam proses fermentasi. Pertama adalah molase hitam yang
mengandung residu merupakan hasil samping setelah dilakukan operasi
kristalisasi gula tebu (cairan gula). Molase hitam mengandung 50% bobot gula
yang terdiri dari 60-70% sukrosa dan gula invert. Bentuk kedua adalah molase
pekat yaitu cairan gula yang diuapkan sehingga mengandung 70-80% gula yang
terdiri dari 70% gula invert (Sailah dan Noor, 1989).
Kadar air dalam cairan molase yaitu
15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molase yang
diberikan pada level yang tinggi dapat berfungsi sebagai pencahar, akibat
kandungan mineralnya cukup tinggi. Molase dapat diberikan pada ternak ayam, babi, sapi dan kuda. Berdasarkan
hasil penelitian, pemberian molase pada ransum ternak ruminansia adalah sebanyak
5 % yang terdiri dari jagung, dedak padi, tepung ikan, rumput gajah secara
nyata dapat meningkatkan bobot badan. Akan tetapi penggunaan lebih dari 5 %
akan berdampak negatif, yaitu berkurangnya peningkatan bobot badan karena
energi pakan yang dihasilkan terlalu tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, molase sering
dimasukkan ke dalam ransum sebanyak 2 sampai 5 % untuk meningkatkan
palatabilitas pakan. Molase dapat berfungsi sebagai pellet binder yang
dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitas pelet. Penggunaan molase pada industri pakan dengan level diatas 5 –
10 %, molase dapat menyebabkan masalah, karena kekentalan dan terjadi
pembentukan gumpalan pada mixer. Molase juga dapat digunakan sebagai bahan
pakan untuk sejumlah industri fermentasi.
2.2 Komponen Molase
Komponen-komponen yang terkandung didalam tetes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. komposisi tetes (molase)
No
|
Komponen
|
Kisaran (%)
|
Rata-rata (%)
|
1
|
Air
|
17 -25
|
20
|
2
|
Senyawa organik
Sukrosa
Glukosa
Fruktosa
Gula reduksi lain
Protein kasar
Asam amino
|
30 – 40
4 – 9
5 – 12
1 – 5
2,5 – 4,5
0,3 – 0,5
|
35
7
9
3
4
0,4
|
3
|
Senyawa anorganik (persen)
K2O
CuO
MgO
Na2O
Fe2O3
SO3
Cl
P2O5
SiO2 tak larut
|
4,80
1,20
0,98
0,10
0,12
1,90
1,80
0,60
0,60
|
|
4
|
Wax, phospolipid, dan sterol (persen)
|
0,40
|
|
5
|
Vitamin
Biotin (H)
Cholin (B4)
Folic acid (B complex)
Niacin (B complex)
Riboplavin (B2)
Panthotenic acid (B complex)
Pyridoxine (B6)
Thiamine (B1)
|
2
880
0,35
23
40
2,50
4
0,80
|
2.3 Macam Molase
Molase dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses,
merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi
dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 %
dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, Cl,
dan garam sulfat; (2) Beet-molasses merupakan pakan pencahar yang
normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald
dkk., 2001).
Molase merupakan sisa proses pengkristalan gula pasir. Sumber molase
itu sendiri didapatkan dari 2 macam. Pertama dari tebu dan kedua dari bit. Dari
kedua sumber tersebut akan didapatkan molase yang berbeda sifat dan
pengolahannya. Pada umumnya molase diolah lebih lanjut menjadi etanol. Caranya
melalui proses fermentasi. Namun sebelum proses fermentasi tersebut
dilaksanakan diperlukan treatment terhadap molase tersebut.
1.
Molase
dari Tebu
Tetes tebu didapatkan dari hasil pemisahan dengan kristal gula pada
pengolahan gula tebu. Proses pengolahan diawali dengan penggilingan tebu untuk
mengeluarkan nira
mentah yang berbentuk jus, setelah itu nira mentah akan memasuki proses pemurnian
untuk mendapatkan nira jernih dengan cara mengendapkan nira kotor, selanjutnya
nira jernih memasuki proses penguapan yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi sampai
dengan tingkat jenuhnya. Sampai tahap ini nira kental hasil dari proses
penguapan akan melalui proses pembentukan kristal gula melalui pemasakan,
setelah kristal terbentuk dan melalui tahap pendinginan dilakukan pemisahan
menggunakan alat pemusing dan penyaring sehingga didapatkan gula mentah dan
tetes tebu.
Molase dari tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Molase kelas 1,
kelas 2 dan black strap. Molase kelas 1 didapatkan saat pertama kali jus tebu
dikristalisasi. Saat dikristalisasi terdapat sisa jus yang tidak mengristal dan
berwarna bening. Maka sisa jus ini langsung diambil sebagai molase kelas 1.
Kemudian molase kelas 2 atau biasa disebut dengan ”Dark” diperoleh saat proses
kristalisasi kedua. Warnanya agak kecoklatan sehingga sering disebut juga
dengan istilah ”Dark”. Dan molase kelas terakhir, Black Strap diperoleh dari
kristalisasi terakhir. Warna black strap ini memang mendekati hitam (coklat
tua) sehingga tidak salah jika diberi nama ”Black Strap” sesuai dengan
warnanya.
Black strap ternyata memiliki kandungan zat yang berguna. Zat-zat
tersebut antara lain kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Black strap
memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri dari glukosa dan
fruktosa. Berbagai vitamin terkandung pula di dalamnya.
Black strap digunakan untuk suplemen kesehatan, makanan ternak, dan
berbagai industri lainnya. Sebelum dilakukan proses fermentasi untuk pembuatan
etanol, molase tebu harus diberikan treatment agar proses fermentasi
berlangsung dengan baik. Hal yang harus dilakukan adalah mensulfurisasi molase
tersebut. Tujuannya agar molase menjadi bening. Kemudian campurkan air, ragi
dan molase secara bersamaan lalu diaduk dalam sebuah tangki.
2.
Molase
dari bit
Molase dari bit berbeda dengan molase dari tebu. Yang disebut
sebagai molase bit adalah sisa proses kristalisasi gula. Jadi tidak ada
pengklasifikasian molase. Molase bit 50 % dari berat kering merupakan gula.
Sebagian besar merupakan sukrosa dan juga mengandung glukosa dan fruktosa.
Molase bit mengandung biotin (vitamin B7) dalam jumlah terbatas. Vitamin ini
berguna untuk pertumbuhan. Molase ini juga mengandung garam-garaman yaitu
kalsium, potasium, oksalat dan klorida. Hal yang menarik adalah molase ini
sering digunakan sebagai aditif untuk makanan hewan. Kegunaan lain Produk
makanan dan aditif Bhapa Pitha, populer Bangladesh gaya kue beras, sering
dipermanis dengan molase.
Molase gula bit memiliki lebih banyak sakarosa dengan kandungan
non-gula serta pengotor yang lebih banyak dibanding dengan tetes tebu yang
mengandung rafinosa dan betain. Pemanfaatan molase
dari gula bit untuk konsumsi jarang dilakukan karena rasa pahit dan aromanya,
namun beberapa hasil penelitian menunjukan dengan menggunakan dosis yang tepat,
molase dapat digunakan pada produk roti dan daging tanpa mengubah rasa secara drastis. Fungsi penggunaan
molase gula bit pada makanan adalah untuk mengurangi kandungan air dalam
makanan yang dikenal sebagai proses dehidrasi osmotik.
2.4 Pembuatan Molase
Molase merupakan sari tetes tebu, bisa
didapatkan di pabrik gula. Jika sulit ditemukan, dapat diganti dengan membuat
molase sendiri. Bahan-bahan yang digunakan meliputi gula merah atau gula putih
sebanyak 500 gr dan air bersih sebanyak 500 ml. adapun alat-alat yang digunakan
adalah panci pemanas air, pengaduk kayu, pemanas atau kompor.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembuatan molase sendiri meliputi:
1. Panaskan 500 ml air sampai mendidih.
2.
Masukan
500 gr gula merah atau gula putih ke dalam air mendidih
3.
Aduk
sampai gulanya terlarut merata dalam air, kemudian dinginkan.
Untuk pembuatan etanol, tetes harus mendapat perlakuan pendahuluan.
Hal tersebut disebabkan karena tetes bersifat kental, kadar gula dan pH-nya
masih terlalu tinggi serta nutrisi yang dibutuhkan khamir belum mencukupi dalam
tetes ini. Dalam pembuatan etanol tersebut, mula-mula tetes diencerkan dengan
air sehingga konsentrasi gulanya menjadi 14-18 persen. Jika konsentrasi gula
terlalu tinggi akan berakibat buruk pada khamir yang digunakan atau alkohol
yang dihasilkan akan menghambat aktivitas khamir. Akibat lain jika konsentrasi
gula terlalu tinggi maka waktu fermentasinya lebih lama dan sebagian gula tidak
terkonversi (Sa'id, 1987).
Dibandingkan dengan medium padat, medium cair mempunyai beberapa kelebihan, yaitu antara lain jenis dan konsentrasi komponen-komponen medium dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan, dapat memberikan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan pemakaian medium lebih efisien. Fermentasi medium cair dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu fermentasi sistem tertutup (batch culture), fermentasi kontinyu dan fermentasi fed-batch (Rahman, 1992).
Gambar 1. Proses
Pembuatan Molase dari Tebu
2.5 Pemanfaatan Molase
Industri yang memanfaatkan molase diantaranya
adalah industri yang menghasilkan produk hasil penyulingan seperti rum, alkohol,
industri fermentasi seperti mononatrium glutamat, asam
sitrat, cuka, protein sel tunggal, aseton-butanol, dan gum
xanthan. Sifat molase tidak mengandung gula yang
mengkristal sehingga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi etanol melalui proses
fermentasi.
2.6 Alkohol
Alkohol adalah istilah yang dipakai untuk
menyebut etanol, yang juga disebut “grain alkohol” dan kadang untuk minuman
yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan
sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau group alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol
yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas lagi.
Produksi etanol dengan cara fermentasi bisa diproduksi
dari 3 macam karbohidrat, yaitu:
1.
Bahan-bahan
yang mengandung gula atau disebut juga substansi sakharin yang rasanya manis,
seperti misalnya gula tebu, gula bit, molase (tetes), macam-macam sari
buah-buahan dan lain-lain. Molase mengandung 50-55% gula yang dapat
difermentasi, yang terdiri dari atas 69% sakhrosa dan 30% gula inversi.
2.
Bahan yang
mengandung pati misalnya: padi-padian, jagung, gandum, kentang sorgum, malt,
barlrey, ubi kayu dan lain-lain.
3.
Bahan-bahan
yang mengandung selulosa, misalnya: kayu, cairan buangan pabrik pulp dan kertas
(waste sulfire liquor).
4.
Gas-gas
hidrokarbon
Dalam proses fermentasi alkohol digunakan
ragi. Ragi ini dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan gas CO2.
Ragi merupakan mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil dan termasuk
golongan eumycetes. Dari golongan ini
dikenal beberapa jenis, antara lain Saccharomyces anamenesis,
Schizosaccharomyces pombe dan Saccharomyces cerevisiae.
Masing-masing mempunyai kemampuan memproduksi alkohol yang berbeda.
Untuk memperoleh jenis ragi yang mempunyai
sifat-sifat seperti di atas, harus dilakukan percobaan-percobaan di
laboratorium dengan teliti. Pada umumnya ragi yang dipakai untuk pembuatan
alakohol adalah jenis Saccharomyces cerevisaae, yang mempunyai pertumbuhan
sempurna pada suhu 30o C dan pH 4,8. Pada umumnya sebagai media
untuk produksi alkohol secara komersial pada industri fermentasi alkohol di
Indonesia dipakai tetas (molase) yang bisa didapatkan secara luas dan murah.
Tetes merupakan hasil samping dari industri gula yang didapatkan setelah
sukrosanya dikritalisasai dan disentrifusi dari sari gula dan tebu.
Etanol (sering disebut
juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun,
bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industry
makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau
yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Etanol
telah digunakan manusia sejak jaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam
minuman beralkohol. Residu yang dtemukan pada peninggalan keramik yang berumur
9000 tahun dari cina bagian utara menunjukan bahwa minuman beralkohol telak
digunakan oleh manusia prasejarah pada masa neolitik.
Etanol dan alkohol
membentuk larutan azeptrop. Karena itu pemurnian etanol yang mengandung air
dengan cara penyulingan biasa hanya mampu menghasilkan etanol dengan kemurnian
96%. Etanol murni (absolut) dihasilkan pertama kali pada tahun 1079 oleh Johan
Tobias Lowitz yaitu dengan cara menyaring alkohol hasil distilasi melalui
arang. Lavoisier menggambarkan bahwa etanol adalah senyawa yang terbentuk dari
karbon, hidrogen dan oksigen.
2.7 Fermentasi
Fermentasi adalah Proses produksi energi dalam
sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen) maupun aerob. Secara umum,
Fermentasi adalah Salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat
definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Fermentasi dapat diartikan sebagai perubahan
gradual oleh enzim beberapa bakteri, khamir dan jamur. Contoh perubahan kimia
dari fermentasi meliputi pengasaman susu, dekomposisi pati dan gula menjadi
alkohol dan karbondioksida, serta oksidasi senyawa nitrogen organik.
Lamanya proses fermentasi tergantung kepada
bahan dan jenis produk yang akan dihasilkan. Proses pemeraman singkat
(fermentasai tidak sempurna) yang berlangsung sekitar 1-2 minggu dapat
menghasilkan produk dengan kandungan etanol 3-8%. Contohnya adalah produk bir.
Sedangkan proses pemeraman yang lebih panjang (fermentasi sempurna) yang dapat
mencapai waktu bulanan bahkan tahunan seperti dalam pembuatan anggur dapat
menghasilkan produk dengan kandungan etanol sekitar 7-18%.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda
tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara
singkat glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula
paling sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan reaksi kimia yaitu:
C6H12O6 + 2C2H5OH 2CO2 + 2 ATP (energi yang dilepaskan).
Dijabarkan
sebagai gula (glukosa, fruktosa dan sukrosa) alkohol (etanol)+ CO2+
ATP.
Untuk memperoleh hasil yang optimum,
persyaratan untuk pertumbuhan ragi harus diperhatikan, yaitu: pH dan kadar
karbohidratnya dari substrat, temperatur selama fermentasi, kemurnian dari ragi
itu sendiri.
Proses fermentasi tergantung pada banyak
sedikitnya penambahan khamir dalam bahan. Semakin banyak jumlah ragi yang
diberikan berarti semakin banyak jumlah khamir yang terlibat, sehingga kadar
alkohol meningkat. Semakin lama
fermentasi maka asam yang dihasilkan akan lebih banyak. Proses terjadinya
penurunan pH dapat terjadi dari awal fermentasi diakibatkan terbentuknya
asam-asam selama proses fermentasi berlangsung. Asam-asam yang terbentuk
seperti asam asetat, asam piruvat, dan asam laktat dapat menurunkan pH.
Semakin lama waktu fermentasi maka semakin
tinggi pula kadar alkohol yang dihasilkan dan semakin banyak dosis ragi yang
diberikan maka kadar alkohol juga semakin tinggi .Bahwa tinggi rendahnya kadar
gula dan kadar alkohol setiap gramnya dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
kandungan karbohidrat. Hal ini menunjukkan bahwa kadar karbohidrat yang lebih
tinggi mempengaruhi kadar alkohol yang dihasilkan dalam proses fermentasi karbohidrat.
Fermentasi dapat terjadi karena adanya
aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada subsrat organik yang sesuai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain :
a. Keasaman
(pH)
Makanan yang mengandung asam bisanya tahan
lama, tetapi jika oksigen cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta
fermentasi berlangsung terus, maka daya awet dari asam tersebut akan hilang.
Tingkat keasaman sangat berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Kondisi
keasaman yang baik untuk bakteri adalah 4,5-5,5.
b. Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan
kultur murni yang dihasilkan dilaboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam
keadaan kering atau dibekukan.
c. Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam
mikroba yang dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu
pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal yaitu
suhu yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
d. Oksigen
Udara atau oksigen selama fermentasi
harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan
mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya
untuk pertmbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi. Misalnya
ragi roti (Saccharomycess cereviseae) akan tumbuh lebih baik dalam
keadaan aerobik, tetapi keduannya akan melakukan fermentasi terhadap gula jauh
lebih cepat dengan keadaan anaerobik.
e. Waktu
Laju perbanyakan bakteri berfariasi
menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, bakteri akan
membelah sekali setiap 20 menit. Untuk beberapa bakteri memilih waktu generasi
yaitu selang waktu antara pembelahan, dapat dicapai selama 20 menit. Jika waktu
generasinya 20 menit pada kondisi yang cocok sebuah sel dapat menghasilkan
beberapa juta sel selama 7 jam.
Reaksi yang terjadi dalam
pembuatan alkohol dengan cara fermentasi tetes tebu adalah:
C12H22O11+H2
H2SO4 ----> C6H12O6
+ C6H12O6
Sakarosa
glukosa
fluktosa
C6H12O6
zymase
----> 2C12H5OH + 2CO2
Monosakarida
ethanol
2.8 Tahapan Pembuatan Bioetanol Dari Molase
Fermentasi bioetanol
Proses fermentasi etanol dapat dilakukan
dengan menggunakan bahan-bahan tertentu. Misalnya saja bahan yang mengandung
gula seperti tetes ( molase), dan juga bahan-bahan yang mengandung pati seperti
padi, jagung, ubi kayu, gandung dan lain-lain. Proses fermentasi dengan bahan
yang berbeda tentu akan membutuhkan proses yang agak berbeda pula. Berikut
adalah penjelasan mengenai proses produksi etanol dengan bahan molase dan bahan
yang mengandung pati.
Proses produksi bioetanol dari tetes (molase)
1.
Pengolahan
Tetes
Pengolahan tetes merupakan hal yang penting
dalam pembuatan alcohol. Pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi
yang optimumkan untuk pertumbuhan ragi dan untuk selanjutnya. Yang perlu
disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH, konsentrasi gula dan pemakaian
nutrisi. Tetes yang dihadapkan dari pabrik gula biasanya masih terlalu paket
(850 Brix), oleh karena itu perlu diadakan pengenceran lebih dahulu
untuk mendapatkankadar gula yang optimum (120 Brix untuk pembibitan
dan 240 Brix padafermentasi). Pengaturan pH diatur dengan penambahan
asam H2SO4 hingga dicapai pH 4–5. Meskipun tetes cukup
mengandung zat sumber nitrogen namun seperti ammonium sulfat atau ammonium
fosfat.
2.
Tahap
Penimbangan Tetes
Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis
timbangan cepat dengan kapasitas timbang tertentu, dilengkapi dengan alat
pembuka dan penutup berupa katup buangan yang dioperasikan secara manual. Dan
juga panel on-off pompa tetes yang yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya
dengan menimbang tetes yang dipompa dari gudang penyimpan tetes untuk setiap
harinya.
3.
Tahap
Pencampuran Tetes.
Tahap pencampuran tetes ini menggunakan tangki
pencampur tetes dengan kapasitas tertentu yang dilengkapi pancaran uap air
panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk dan pemanas tetes. Cara kerjanya
yaitu pertamatama air panas bersuhu 70o C dimasukkan ke dalam tangki pencampur
tetes (mixing tank), kemudian disusul dengan tetes yang telah ditimbang.
Setelah itu disirkulasi dengan menggunakan pompa hingga tetes dan air tercampur
dengan baik. Pencampuran dianggap selesai dengan indikasi kepekatan mencapai 90o
brix dan dipanskan dengan uap air panas (steam) sampai suhunya mencapai 90o
C. Tujuan diberikannya air panas adalah untuk mempercepat proses pelarutan,
sedangkan pemanasan dengan uap air panas (steam) adalah untuk sterilisasi
larutan tetes. Setelah semua tercampur dengan baik ditambahkan asam sulfat (H2SO4)
teknis dengan kepekatan 96,5 % sampai pH mencapai 4,5-5. Pemberian asam sulfat
(H2SO4) ini bertujuan untuk mengendapkan garamgaram
mineral di dalam tetes dan untuk memecah di-sakarida (sukrosa) didalam tetes
menjadi monosakarida berupa senyawa d-glukosa dan d-fruktosa.
4.
Tahap
pengendapan
Pada tahap pengendapan ini menggunakan tangki
yang dilengkapi dengan pipa decanter. Pada tahap ini larutan tetes dengan
kepekatan 40o brix dari tangki pencampur ditampung dalam tangki ini dan
diendapkan selama 5 jam untuk mengendapkan kotoran-kotoran tetes (sludge),
terutama endapan garam. Pengendapan ini bertujuan untuk mengurangi kerak yang
terjadi pada mash column (kolom destilasi pertama). Setelah 5 jam, cairan tetes
dipompa menuju tangki fermentor melalui decanter dan heat exchanger (HE). Heat
exchanger ini berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30oC sebagai
syarat operasi fermentasi. Sedangkan cairan sisa yang berupa endapan kotoran-kotoran
dan sebagian cairan tetes dipompa ke tangki pencuci endapan kotoran tetes
(tangki sludge).
5.
Tahap Separator
Tangki Pencuci Endapan Kotoran Tetes. Sisa cairan
tetes sebanyak ± 5% volume dari tangki pengendap tetes yang berupa endapan
kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki pengendap melalui pipa decanter
untuk ditampung di tangki sludge hingga mencapai volume tertentu. Kemudian
cairan tetes diendapkan hingga waktu tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali
ke tangki mixing. Tujuan pencucian kotoran tetes ini adalah untuk efisiensi
bahan baku berupa tetes agar bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin tanpa
harus membuang sebagian yang tersisa.
6.
Tahap Fermentasi
Proses fermentasi
ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pembiakan ragi dan fermentasi.
a. Tahap pembiakan ragi
Tahap ini
menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran udara dan pipa
aliran air pendingin pada bagian luar dinding tangki. Tahap ini bertujuan untuk
mengembangbiakkan ragi jenis saccharomyces cereviseae dengan
menggunakan media tetes. Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali dengan
cara memasukkan air proses bersuhu 15o C dan tetes 40o
brix dari tangki pengendap tetes ke dalam tangki seeding dan mencampurnya
hingga mencapai kekentalan sekitar 12 - 13o brix yang disertai
aliran udara dari blower dengan fungsi ganda yaitu untuk mempercepat
tercampurnya tetes dengan air dan juga untuk konsumsi kebutuhan oksigen bagi
ragi Saccharomyces cereviseae yang berlangsung pada suasana aerob.
Selain itu juga menjaga suhu tangki konstan pada 30o C dengan
mengalirkan air pada dinding luar tangki. Jika tidak dijaga, maka ragi sedang
dikembangbiakkan akan terganggu kelangsungan hidupnya dan kemudian akan mati.
Kemudian memasukkan ragi roti (gist) yang telah dilarutkan dengan air
secukupnya. Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, diammonium phospat, dan ammonia.
PHP juga ditambahkan kedalam larutan ini dengan tujuan untuk mempertahankan pH
agar tetap konstan yaitu 4.5 – 5. Dari hasil campuran ini didapatkan biakan
ragi. Pada Tangki pre-fermentor terdapat beberapa reaksi yaitu: reaksi
hidrolisa, reaksi penguraian urea serta reaksi pertumbuhan yeast. Asumsi pada
reaksi hidrolisa adalah konversi yang terjadi 95%. Persamaan reaksi hidrolisa
sebagai berikut:
C12H22O11
+H2O 2C6H12O6
Persamaan
reaksi pada 95% konversi proses penguraian urea adalah:
(NH2)2CO
+ H2O
2NH3
+ H2O
b. Tahap fermentasi
Tahap ini
menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran udara dan pipa
aliran air pendingin
yang berasal dari air sungai untuk menjaga suhu fermentasi pada 30-32o
C. Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan alcohol dengan kadar 8,5 – 9 %
atau lebih. Pertama-tama dimulai dengan sterilisasi tangki fermentor yamg masih
kosong dengan uap air panas
(steam) sampai suhu 121o C lalu membiarkan suhu di dalam tangki
turun sampai 30o C. Setelah itu memasukkan air proses dengan suhu 30o
C, larutan tetes 40o brix, proses fermentasi ini berjalan secara
aerob. Selanjutnya biakan ragi yang telah dibiakkan pada tangki pre-fermentor
dipompa masuk ke tangki fermentor. Setelah itu, tetes 40o brix dipompa
masuk ke tangki dan proses berlangsung selama 36 jam. Untuk pH larutan ini
dijaga sekitar 4,5 - 5. Kemudian memasukkan ragi roti yang telah dilarutkan
dengan air secukupnya dan yeast cream. Untuk nutrisinya, dimasukkan urea,
ammonium, dan diammonium phospat.
Turkey red oil ditambahkan sebagai anti foam
untuk mencegah pembentukan foam selama proses terjadi. Hal ini dilakukan selama
15 menit setelah persiapan media pada tangki fermentor selesai. Kemudian
dimasukkan ke dalam 2 tangki fermentor pada waktu yang disesuaikan dengan jam
awal fermentasi. Tahap fermentasi ini berlangsung selama 24 jam hingga kadar
alkohol mencapai 8,5 - 9% dan kekentalan 6,5 - 7o brix. Setelah kadar alkohol
sebesar 8,5 - 9% terpenuhi, larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator
untuk dipisahkan antara hasil fermentasi (cairan mash) dengan ragi (yeast
cream). Separator ini menggunakan alat rotary vacuum filter yang merupakan alat
dengan prinsip vacuum sehingga ragi (yeast
cream) dan cairan hasil fermentasi (cairan mash) yang memilliki perbedaan massa
jenis dapat dipisahkan. Ragi yang didapatkan masih dalam konsentrasi yang
tinggi. Dari hasil fermentasi tidak semuanya dipisahkan raginya, hanya sekitar
80-90% saja. Sisanya 10-20% tidak diambil raginya karena mengandung kotorankotoran
sisa berupa endapan garam mineral. Hasil fermentasi yang telah dipisahkan ini
langsung masuk ke tangki mash (mash tank). Dan selanjutnya didestilasi hingga
menjadi alkohol prima (fine alkohol) dengan kadar mencapai 96,5%.
Pada tahap
fermentasi ini terjadi reaksi hidrolisa, dimana sukrosa diubah menjadi glukosa.
Persamaan reaksi hidrolisa yaitu:
C12H22O11
+H2O
2C6H12O6
Sedangkan
reaksi utama adalah reaksi fermentasi, dimana glukosa diubah menjadi etanol dan
air. Persamaan reaksinya adalah:
C6H12O6
2 C2H5OH
+ 2CO2
7.
Tahap
Distilasi
Produk hasil fermentasi mengandung alkohol
yang rendah, disebut bir (beer)dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya
dengan jalan distilasi bertingkat. Beer mengandung 8 – 10% alkohol. Maksud dan
proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran etanol air. Untuk
larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbedanyata suhu didihnya,
distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikandan juga merupakan cara
pemisahan yang secara thermal adalah efisien.
Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C
dan etanol mendidih pada sekitar 770C. Perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan pemisahan campuran
etanol air. Prinsip : Jika larutan campuran etanol air dipanaskan, maka akan
lebih banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini
didinginkan (dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang
dikondensasikan ituakan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya. Jika kondensat
ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka konsentrasi etanol akan
lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi terus, sampai sebagian besar dari
etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa.
Namun hal ini ada batasnya. Pada larutan 96%
etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik didih yang sama (azeotrop). Pada
keadaan ini, jika larutan 95-96% alkohol ini dipanaskan, maka rasio molekul air
dan etanol dalam kondensat akan teap konstan sama. Apabila kadar etanolnya
sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air
bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada
etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya
kurang lebih 99.5%.
8. Tahap denaturasi
Pada tahap ini dilakukan penambahan zat-zat beracun seperti methanol,
minyak tanah dan tembaga sulfat agar alkohol tidak digunakan sebagai minuman
keras serta untuk menghindari kewajiban pajak miras. Untuk membedakan bahan ini
dengan alkohol lainnya diberi zat pewarna yaitu methylen biru agar tidak
diminum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah
1.
Molase (bahasa Inggris: molasses) merupakan produk
sampingan dari industri pengolahan gula tebu atau gula bit yang masih
mengandung gula dan asam-asam organik. Kadar air
dalam cairan. Molasses yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup
manis. Terdapat dua macam molase yaitu
molase tebu dan molase bit. Molase tebu di indonesia sering disebut dengan
istilah tetes tebu.
2. Proses fermentasi pada molase untuk menghasilkan etanol melalui beberapa
tahapan yaitu tahapan pengolahan tetes, tahapan penimbangan tetes, tahap
pencampuran tetes, tahap pengendapan, tahap separata, tahap fermentasi, tahap destilasi, dan terakhir tahap denaturasi.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto.
2002. Manfaat Probiotik. (Online), (Afridy@yahoo.com, Bakteri Punya
Fungsi/Enp/FK UII, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Alegre, R. M.,
M. Rigo dan I.Joekes. 2003. Ethanol Fermentation of a Diluted Molasses Medium
by Saccharomyces cerevisiae Immobilized
on Chrysotile. Brazilian Archives Of Biology And Technology. Vol.46, no
4, hal 751-757.
Anonim, 1993. Fermentasi
dengan Molase. (Onine), (http://groups.yahoo.com/group/kimia-industri-proses
fermentasi modern/ rame21, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Cazetta ML,
Seligoi MAPC, Buzato JB and Scarmino IS. 2007. Fermentation of molasses by
Zymomonas mobilis: Effects of temperature and sugar concentration on etanol
production. Bioresource Technology. 98, 2824-2828.
Cheeke, 1999;
McDonald dkk, 2001. Cane-Beet Molasses. Mole. Biol. Revis. 49 vol (3):
347-495.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi PAU
Pangan dan Gizi. Bogor: IPB.
Judoamidjojo,
dkk. 1992. Teknologi Fermentasi. Edisi 1 cetakan 1. Jakarta: Rajawali
Press.
Pond, W.G.,
D.C. Church & K.R. Pond.1995. Basic Animal Nutrition and Feeding.
4th ed. Canada: John Willey and Sons.
Purwanto,
Teguh. 2008. Laporan Tugas Prarancangan Pabrik. Surakarta: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahman, A.,
1992. Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan., Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi. Bogor: IPB.
Said, E. G.
1987. Teknologi Fermentasi. Jakarta: CV Rajawali.
Utomo, R., dan
Soejono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Hand Out.
Laboratorium Teknologi Makanan Ternak. Yogyakarta: Jurusan Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Why casinos are rigged - Hertzaman - The Herald
BalasHapusIn the UK, 바카라 사이트 casino games are rigged and 토토사이트 there is evidence of fraud, crime casinosites.one or 바카라 사이트 disorder https://septcasino.com/review/merit-casino/ or an individual's involvement. There are also many