MAKALAH ANATOMI
DAN FISIOLOGI MANUSIA
Anatomi, Fisologi Jantung Manusia
Dan Gagal Jantung
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Anatomi
dan Fisiologi Manusia
Dosen Pengampu:
dr. Retno Susilowati, M.Si
Disusun Oleh:
Anis Nur Laily (13620047)
Novivy Ratna Sari (13620051)
Lathifatul Qulbi (13620065)
Dafik Abayan (13620086)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah makalah yang
berjudul “Anatomi dan Fisologi Jantung Manusia Serta Gagal Jantung” ini
dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini agar dapat menjadi
rujukan untuk mempelajari tentang Anatomi
dan Fisologi Jantung Manusia Serta Gagal Jantung.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mencoba semaksimal mungkin dalam
penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah
ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memperbaiki makalah sederhana ini. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan, wawasan pembaca.
Malang, 30 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………...i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Allah
menurunkan sesuatu sesuai dengan ukurannya dalam hal ini adalah konsep tentang
anatomi dan fisiologi jantung pada manusia yang terdapat dalam surat Al- Hijr
ayat 21:
Artinya: Dan
tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
Selain Qs. Al – Hijr ayat 21, mengenai anatomi
dan fisiologi jantung manusia terdapat juga dalam surat Al- Qomar ayat 49 yang
berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran.
Kedua
ayat Al-Quran yang telah dijelaskan diatas menunjukkan bahwa di dalam tubuh
manusia terdapat suatu sistem bekerja untuk tujuan tertentu secara keteraturan,
yaitu sistem kerja jantung. Karena hal ini juga berhubungan dengan persyarafan
dan hormon yang membantu kinerja jantung bekerja secara terus – menerus sesuai
dengan ketentuannya agar manusia tetap hidup dan menjalankan aktivitasnya.
Jantung sendiri merupakan organ maskular berongga yang bentuknya
menyerupai pyramid atau jantung pisang dan merupakan pusat sirkulasi darah ke
seluruh tubuh. Jantung terletak dalam rongga toraks pada bagian mediastrum.
Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira – kira
12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons
atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepala tangan. Setiap
harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung
memompa 2000 galon garah atau setara dengan 7571 liter darah.
Mengetahui hal tersebut, jika jantung tidak bekerja
sebagaimana mestinya sehingga ditemukan penyakit
pada jantung. Penyakit masalah jantung yang familiar tersebut adalah gagal
jantung. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang beraktifitas, seperti yang
menyerang beberapa atlit-atlit sepak bola ternama di dunia di tengah lapangan
sepak bola. Biasanya hal itu disebabkan oleh pemaksaan aktifitas jantung yang
melebihi ambang batas, atau kurangnya pemanasan sebelum melakukan olah raga. Kebiasaan
merokok juga sangat berpengaruh pada sistem kerja dan kesehatan jantung.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka makalah ini akan membahas
anatomi dan fisiologi jantung manusia yang meliputi pengaturan kerja jantung
oleh saraf dan hormon, eksitasi jantung, aliran darah coroner, dan mekanisme
kerja jantung. Selain itu akan dibahas beberapa masalah penyakit gagal jantung
mulai dari penyebab penyakit hingga cara mengobati dan mencegahnya.
1.2.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang terdapat dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana anatomi jantung manusia?
2. Bagaimana fisiologi jantung manusia?
3. Bagaimana penyebab penyakit gagal
jantung dan cara mengobati serta mencegahnya?
1.3.
Tujuan
Tujuan yang terdapat dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui anatomi jantung
manusia.
2. Untuk mengetahui fisiologi jantung
manusia.
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit gagal
jantung dan cara mengobati serta mencegahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ maskular berongga yang bentuknya menyerupai pyramid
atau jantung pisang dan merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Jantung terletak dalam rongga toraks pada bagian mediastrum. Ukuran jantung
panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira – kira 12 cm, lebar
8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200
sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepala tangan. Setiap harinya
jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000
galon garah atau setara dengan 7571 liter darah.
Hubungan jantung dengan alat sekitarnya:
1.
Dinding jantung berhubungan dengan sternum (rongga dada) dan kartilago setinggi
kosta ke-3 sampai ke-4.
2.
Dinding samping berhubungan dengan paru – paru dan fasies mediastinalis.
3.
Dinding atas setinggi torakal ke-6 sampai servikal ke-2 dan berhubungan
dengan aorta, pulmonalis, bronkus dekstra, serta bronkus sinistra.
4.
Dinding belakang berhubungan dengan alat-alat mediastinum posterior,
esophagus, aorta desendens, vena azigos, dan kolumna vertebralis.
5.
Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi (dpertahankan) pada tempatnya agar tidak berpindah
tempat. Penyokong jantung utama adalah paru – paru yang letaknya menekan
jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah, dan pembuluh darah besar
yang keluar dan masuk jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kedudukan jantung:
1.
Faktor umur: pada usia lanjut, alat – alat dalam rongga toraks termasuk
jantung letaknya agak turun ke bawah.
2.
Bentuk rongga dada: perubahan bentuk toraks yang menetap mmisalnya pada
pasien TBC menahun, batas atas jantung menurun, sedangkan pada asma toraks
(rongga dada) jantung akan melebar dan membulat.
3.
Letak diafragma: menyokong jantung dari bawah jika terjadi penekanan
diafragma dan akan mendorong bagian bawah jantung ke atas.
4.
Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal dapat ditentukan tegak
atau tidur melalui perubahan posisi tubuh misalnya membungkuk dan tidur miring
ke kiri atau ke kanan.
2.1.1. Otot
Jantung
Otot jantung bersifat lurik dan involunter sehingga dapat berkontraksi
secara ritmis dan otomatis. Otot jantung hanya terdapat pada miokard (lapisan
otot jantung) dan dinding pembuluh darah. Gambaran umumnya berupa serat- serat
yang jalannya parallel dengan banyak guratan melintang terdapat jaringan ikat
halus pada endomisium, mengandung pembuluh darah kecil dan pembuluh getah bening.
Miofilamen mengandung
aktin dan myosin yang sama dengan otot rangka. Miofilamen hanya terbatas pada
sel – sel otot itu sendiri dan tidak melintasi sel otot. Jaringan ikat tidak
banyak terdapat pada otot jantung, tetapi hanya terdapat pada serat – serat
berupa endomisium yang penuh kapiler darah dari otot rangka. Kapiler limfe
banyak terdapat pada otot jantung, sedangkan saraf otonom halus memberikan
persyarafan pada otot jantung.
Berikut
merupakan gambar anatomi jantung:
Gambar
2.1 Anatomi Jantung Manusia
A.
Lapisan Jantung
Lapisan
jantung terdiri atas pericardium, miokardiu, dan endocardium.
1. Perikardium: lapisan ini merupakan kantong pembungkus jantung yang letaknya dalam
media stinum minus, posterior terhadap korpus sterni dan rawan iga ke-2 sampai
dengan iga ke-6.
a.
Pericardium
fiseral (viprosum): bagian
kantong yang membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sternum tendinium
diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar melekat pada sternum melalui
ligamentum sternoperikardial.
b.
Pericardium
parietal (serosum): membatasi
pericardium vibrosum dengan pericardium serosum disebut epikardium, mengandung
sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir yang berfungsi sebagai
pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara pericardium tidak menimbulkan
gangguan terhadap jantung. Pada permukaan posterior jantung pericardium serosum
membentuk vena besar disebut sinus obligus dan sinus tranverses.
2. Miokardium: lapisan jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koronaria
sinistra bercabang mencabang menjadi arteri desendens arterior dan tiga arteri
sirkumfleks. Arteri koronaria dekstra memberikan darah untuk sinoatrial node,
ventrikel kanan, dan permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria
mengembalikan darah ke sinus dan bersirkulasi langsung ke dalam paru – paru.
Sususan otot jantung dalam miokardium:
a.
Susunan otot
atria. Serabutnya sangat tipis,
kurang teratur, dan tersusun dalam dua lapisan. Lapisan luar mencakup 2 atria
sehingga terlihat paling nyata. Dibagian depan atria beberapa serabut masuk ke
dalam septum atrio ventrikulaata. Lapisan dalam terdiri atas serabut – serabut
terbentuk lingkaran.
b.
Susunan otot
ventrikel. Membentuk bilik jantung
yang dimulai dari cincin atrioventrikular sampai apeks jantung.
c.
Susunan otot
atrioventrikular. Merupakan
dinding pemisah antara atrium dan ventrikel.
3. Endocardium. Dinding dalam atrium (endocardium) diliputi oleh membran yang mengkilat
terdiri atas jaringan endotel (selaput lendir yang licin). Bagian ini memliki
kumpulan otot paralel yang mengarah ke depan krista. Mengarah ke aurikula dari
ujung bawah krista terminalis terdapat sebuah lipatan endocardium menonjol yang
dikenal sebagai valvula vena kava inverior yang terletak di depan muara vena
inferior menuju ke sebelah tepid an disebut fosa ovalis. Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan
terdapat hubungan melalui orivisium artikulare.
2.1.2. Bagian – Bagian Jantung
1. Basis kordis. Bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh darah besar
(aorta asendres, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan vena kava superior).
Basis kordis dibentuk oleh atrium sinistra dan sebagian atrium dekstra,
sedangkan bagian posterior dibentuk oleh aorta desendens, esophagus, vena
azigos, dan duktus torasikus setinggi vertebrata torakalis ke-5 sampai ke-8.
2. Apeks kordis. Bagian bawah jantung yang berbentuk kerucut tumpul. Bagian ini dibrntuk
oleh ujung ventrikel sinistra dari dinding toraks dan ditutupi oleh paru – paru
dan pleura sinistra dari dinding toraks.
2.1.3.
Permukaan Jantung
Permukaan jantung (fasies kordis) terdiri atas tiga lapis, yaitu fasies
sternokostalis, fasies dorsalis, dan fasies diafragmatika.
1. Fasies sternokostalis. Permukaan yang menghadap ke depan berbatasan dengan dinding depan
toraks dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra, dan sedikit ventrikel
sinistra.
2. Fasies dorsalis. Permukaan jantung yang menghadap ke belakang, berbentuk segi empat,
berbatasan dengan ediastinum posterior, dan dibentuk oleh dinding atrium
sinistra, bagian atrium dekstra dan sebagian kecil ventrikel sinistra.
3. Fasies difragmatika. Permukaan bagian bawah jantung berbatasan dengan sentrum tendinium
diafragma yang dibentuk oleh dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil
ventrikel dekstra.
2.1.4. Tepi
Jantung
Tepi jantung (margo kostalis) terdiri atas dua lapis yaitu marko dekstra
dan margo sinistra.
1.
Margo
dekstra. Bagian jantung tepi kanan
yang membentang dari vena kava superior sampai ke apeks kordis. Lapisan ini
dibentuk oleh dinding atrium deksta dan dinding ventrikel dekstra. Selain itu,
lapisan ini juga memisahkan fasies sternokostalis dengan fasies diafragmatika
sebelah kanan.
2.
Margo
sinistra. Bagian ujung sebelah kanan
tepi membentang dari bagian bawah muara vena pulmonalis sinistra inverior
sampai ke apeks kordis. Lapisan ini dibentuk oleh dinding atrium sinistra
(bagian atas) dan dinding ventrikel sinistra (bagian bawah), serta memisahkan fasies
ternokostalis dengan diafragmatika sebelah kiri.
2.1.5. Ruang – Ruang Jantung
1.
Atrium
Dekstra
Atrium dekstra terdiri atas rongga utama dari aurikula diluar, sedangkan
bagian dalam membentuk suatu rigi krisata terminalis. Pada bagian utama atrium
yang terletak posterior terhadap rigi terdapat dinding halus yang secara
embriologis berasal dari sinus venosus. Bagian atrium yang terletak di depan
rigi, mengalami trabekulasi akibat berkas serabut otot yang berjalan dari
krista terminalis.
Muara yang terletak
pada atrium kanan adalah sebagai berikut:
a.
Vena kava superior. Bermuara ke atrium atas bagian
kanan. Muara ini tidakk mempunyai katup yang berfungsi mengembalikan darah dari
setengah bagian tubuh atas.
b.
Vena kava inferior. Lebih besar dari vena kava
superior, bermuara ke dalam bagian bawah atrium dekstra dan berfungsi
mengembalikan darah ke jantung dari setengah bagian tubuh bawah.
c.
Sinus koronarius. Bermuara ke dalam atrium kanan dan
bermuara antara vena kava inferior dengan ostium ventrikula yang dilindungi
oleh katup yang tidak berfungsi.
d.
Sinus antrioventrikuler dekstra. Bagian
anterior vena kava inferior dilindungi oleh volvula bikuspidalis, disamping itu
banyak bermuara vena – vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung ke dalam
atrium kanan.
2.
Ventrikel Dekstra
Berhubungan
dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikuler dekstrum dan dengan traktus
pulmonalis melalui osteum trunkus pulmonalis. Lapisan dinding ventrikel dekstra
jauh lebih tebal dari pada atrium dekstra.
a. Valvula
trikuspidalis: Melindungi osteum atrioventrikuler
yang dibentuk oleh lipatan endokardium dan sebagian jaringan fibrosa yang
terdiri dari tiga kuspis (trikuspidalis) atau saringan (anterior, septalis, dan
inferior). Basis kuspis melekat pada cincin fibrosa rangka jantung. Bila
ventrikel berkontraksi, M.Papilaris berkontraksi mencegah agar kuspis tidak
terdorong ke atrium dan tidak terbalik ketika tekanan intraventikuler
meningkat.
b. Valvula
pulmonalis: Melindungi osteum pulmonalis yang
terdiri atas dua kuspis (saringan) seminularis arteri pulmonalis yang dibentuk
oleh lipatan endokardium disertai sedikit jaringan fibrosa. Mulut muara kuspis
arahnya ke atas dan bila arahnya ke dalam trunkus pulmonalis dinamakan sinus.
Selama fase sistolik, katup kupsis pada ventrikel tertekan pada dinding trunkus pulmonalis oleh darah
yang keluar. Selama diastolik, darah mengalir kembali ke jantung masuk ke
sinus, katupkupsis terisi dan menutup osteum pulmonalis.
3.
Atrium Sinistra
Atrium
sinistra terdiri atas rongga utama dan aurikula yang terletak di belakang
atrium dekstra dan membentuk sebagian besar basis (fasies posterior). Pada
bagian belakang atrium sinistra terdapat sinus obligue perikardium serosum dan
perikardium fibrosum. Bagian dalam atrium sinistra dan bagian aurikula
mempunyai rigi otot seperti aurikula kanan. Muara atrium sinistra vena
pulmonalis dari masing paru-paru bermuara pada dinding posterior dan tidak
mempunyai katup, osteum ventrikel sinistra yang dilindungi oleh valvula
mitralis.
4. Ventrikel Sinistra
Berhubungan
dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan aorta
melalui osteum aorta. Dinding vetrikel kiri tiga kali lebih tebal dan ventrikel
kanan. Tekanan darah intraventrikuler sinistra enam kali lebih tinggi
dibandingkan dengan tekanan dari ventrikel kanan.
a. Valvula
mitralis (valvula bikuspidalis). Melindungi
osteum atrioventrikular yang terdiri atas dua kuspis (anterior dan
posterior).Kuspis anterior lebih besar dan terletak diantara osteum
atrioventrikular dan aorta.
b. Valvula
seminalis aorta. Melindungi osteum aorta dan
strukturnya sama dengan valvula semilunaris arteri pulmonalis. Salah satu
kuspis terletak di dinding aorta membentuk sinus aorta anterior yang merupakan
asal dari arteri koronaria dekstra dan sinus posterior sinistra yang merupakan
asal arteri koronaria sinistra.
2.1.6.
Katup
Jantung
Jantung memiliki 3 katub, yaitu:
a. Tricuspid
Terletak
antara atrium kanan dan Ventrikel kanan.Memiliki 3 daun katup (kuspis) jaringan
ikat fibrosa irreguler yang dilapisi endokardium. Bagian ujung daun katub yang
mengerucut melekat pada korda tendinae, yang melekat pada otot papilaris.
Chorda tendinae mencegah pembalikan daun katub ke arah belakang menuju atrium.
Jika tekanan darah pada atrium kanan lebih besar daripada tekanan arah atrium
kiri, daun katub tricuspid terbuka dan darah mengalir dari atrium kanan ke
ventrikel kanan. Jika tekanan darah dalam ventrikel kanan lebih besar dari
tekanan darah di atrium kanan, daun katub akan menutup dan mencegah aliran
balik ke dalam atrium kanan.
b. Bicuspid (mitral)
Terletak
antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini melekat pada Chorda tendinae
dan otot papilaris, fungsinya sama dengan fungsi katup tricuspid.
c. Semilunar aorta dan pulmonal
Terletak
di jalur keluar ventricular jantung sampai ke aorta dan truncus
pulmonalis.Katup semilunar pulmonary terletak antara ventrikel kanan dan
truncus pulmonal.Katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
2.2.
Fisiologi Jantung
2.2.1. Siklus jantung
Siklus
jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah.
Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi
(diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari
ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebbut sistolik atrial dan
relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi ventrikel ± 0,3 detik dan
tahap relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan
kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus
lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan
tekanan darah sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang
sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika
tekanannya lebih rendah.
2.2.2. Sistem Pengaturan Jantung
Serabut
purknje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls dengan
kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung. Nodus
sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang
terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava
superitor. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut
pemacu jantung. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda
impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi
kontraksi ventricular. Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang septum
interventrikular menuju ventrikel.
2.2.3. Aktivitas Kelistrikan Jantung
Impuls
jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan
depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi. Setelah dicetuskan, potensial aksi menyebar ke seluruh atrium
kanan dan kiri sebagian dipermudah oleh jalur penghantar khusus, tetapi
sebagian besar melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction.
Impuls berjalan dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu – satunya
titik kontak listrik antara kedua bilik tersebut. potensial aksi berhenti
sebentar di nodus AV, untuk memastikan bahwa kontraksi atrium mendahului
kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel berlangsung sempurna.
Impuls kemudian dengan cepat berjalan
ke septum antarventrikel melalui berkas
His dan secara cepat disrbarkan ke seluruh miokardium melalui serat – serat
purkinje. Sel – sel ventrikel lainnya diaktifkan melalui penyebaran impuls dari
sel ke sel melalui gap junction. Dengan demikian, atrium berkontraksi satu
kesatuan, diikuti oleh kkontraksi sinkron ventrikel setelah suatu jeda singkat.
Potensial aksi serat – serat jantung kontraktil memperlihatkan fase positif
yang berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode kontraksi yang
lama, untuk memastikan agar waktu ejeksi adekuat. Fase datar ini terutama
disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca++ lambat. Karena terdapat
periode refrakter yang lama dan fase datar yang berkepanjangan, penjumlahan dan
tetanus otot jantung tidak mungkin terjadi. Hal ini memastikan bahwa terdapat
periode kontraksi dan relaksasi yang berganti – ganti sehingga dapat terjadi
pemompaan darah. Penebaran aktivitas listrik ke seluruh jantung dapat direkam
dari permukaan tubuh. Rekaman ini EKG, dapat memberi informasi penting mengenai
status jantung.
2.2.4 Bunyi
Jantung
a. S1
(lub)
Terjadi
saat penutupan katup AV karena vibrasi pada dinding ventrikel dan arteri:
dimulai pada awal kontraksi/sistol ventrikel ketika tekanan ventrikel melebihi
tekanan atrium.
b. S2
(dup)
Terjadi
saat penutupan katup semilunar; dimulai pada awal relaksasi/diastole ventrikel
akibat tekanan ventrikel kiri dan kanan lebih rendah dari tekanan di aorta dan
arteri pulmonal.
c. S3
Disebabkan
oleh vibrasi dinding ventrikel karena darah masuk ke ventrikel secara tiba-tiba
pada saat pembukaan AV, pada akhir pengisian cepat ventrikel. S3 sering
terdengar pada anak dengan dinding toraks yang tipis atau penderita gagal
ventrikel.
d. S4
Terjadi akibat osilasi darah dan rongga
jantung yang ditimbulkan oleh kontraksi atrium. Jarang terjadi pada individu
normal.
e. Murmur
Adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi
jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini
muncul karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat
aliran darah ke depan atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran
balik darah.
2.2.5.
Frekuensi Jantung
Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100
denyut per menit, dengan rata – rata denyutan 75 kali per menit. Dengan
kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: systole 0,5
detik, dan diastole 0,3 detik. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung
sampai melebihi 100 denyut permenit. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi
jantung yang kurang dari 60 denyut per menit.
2.2.6.
Pengaturan Frekuensi Jantung
Impuls
eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan
saraf otonom. Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam
medulla oblongata. Efek impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi
jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung
menuju jantung.
Ujung serabut saraf mensekresi
neropineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A,
mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan system Purkinje, dan
meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung. Pusat refleks kardioinhibitor
juga terdapat dalam medulla oblongata. Efek impuls dari neuron ini adalah untuk
mengurangi frekuens jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut parasimpatis
dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf mensekresi asetilkolin, yang mengurangi
frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A dan memperpanjang waktu hantaran
melalui nodus V-A. frekuensi jantung dalam kurn waktu tertentu ditentukan
melalui keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan
parasimpatis. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung
berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam system
kardiovaskular. Presoreseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitive terhadap
perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu
refleks yang memperlambat frekuensi jantung.
Penurunan tekanan darah akan
mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar
melalui pusat medular. Proreseptor dalam vena kava sensitif terhadap penurunan
tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi suatu refleks
peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan tekanan darah. Pengaruh lain
pada frekuensi jantung: frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulus pada hampir
semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan,
atau oleh input emosional dari system saraf pusat. Fungsi jantung normal
bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium
yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang.
2.2.7. Curah jantung
Curah jantung merupakan volume darah yang di
pompa tiap ventrikel per menit. Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah
yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya. Bila
tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu. Jumlah darah
yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut volume sekuncup. Dengan
demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit. Umumnya
pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya
sebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang tertinggal ini
dinamakan volume residu. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama,
bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan
istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai
keadaan.
2.2.8. Denyut Jantung dan Daya pompa Jantung
Pada
saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh sistem parasimpatis
dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar 60 hingga 80
denyut per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh
pekerjaan, tekanan darah, emosi, cara hidup dan umur. Pada waktu banyak
pergerakan, kebutuhan oksigen (O2) meningkat dan pengeluaran
karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan jantung bisa
mencapai 150 x/ menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit. Pada keadaan normal
jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama
sehingga tidak teradi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang
dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena
dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik
dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.
2.2.9.
Eksitasi jantung
Supaya pemompaan jantung efektif
maka perlu pengkoordinasian dari jutaan sel otot jantung. Kontraksi akan
terjadi jika potential aksi yang berjalan menuju membran sel otot. Impuls yang
diterima sel tersebut kemudian disalurkan ke sel selanjutnya melalui gap
junction sehinnga jika ada rangsangan pada salah satu bagian saja maka bagian
yang lain juga terangsang. Oleh karena itu, sel otot pada jantung diatur secara
spesifik oleh frekuensi eksitasi jantung, jalur konduksi dan banyaknya eksitasi
pada daerah tertentu. Komponen-komponen eksitasi dari jantung secara urut
terdiri dari sino-auricular node (SA node), jaras internodal atrium,
atrio-ventricular node (AV node), bundle His, cabang kiri-kanan bundel dan
sistem Purkinje.
SA node terdiri dari sel spesial yang berfungsi sebagai pacu jantung (pace-maker).
Nodus SA terletah diantara vena kava superior dan atrium kanan. Ukurannya pada
dewasa 15x5x1,5 mm, serta dipengaruhi oleh saraf simpatik dan parasimpatik.
Nodus SA terdiri dari sel P dan sel transisional. Sel P banyak ditemukan pada
neonatus dan berkurang seiring bertambahnya umur. Sedangkan sel transisional
lebih banyak pada dewasa.
Kemudian
dilanjutkan oleh jaras internodal atrium yang menuju nodus AV yang terdiri dari
3 jaras. Pertama jaras internodal anterior (Bachman). Kedua jaras
internodal media (Wenckebach). Ketiga jaras internodal posterior (Thorel).
AV node terdiri
dari sel yang kecepatan konduksinya rendah yang secara normal berfungsi untuk
menghasilkan kontraksi atrial dan ventrikel yang ringan. Nodus AV terletah pada
permukaan endokardium pada bagian kanan septum interatrium, tepat diantara
anulus katup trikuspid dan muara sinus koronarius. Dari nodus AV impuls menuju
bundel his pada pars membranasea septum ventrikel. Selanjutnya menuju sistem
purkinje. Sel Purkinje secara khusus berfungsi untuk konduksi yang sangat
cepat. Sehingga kecepatan konduksi paling cepat terdapat di secabut purkinje
yaitu 4000mm/detik.
1. Penyebaran Eksitasi Jantung
Depolarisasi yang dimulai pada SA
node disebarkan secara radial ke seluruh atrium, kemudian semuanya bertemu di
AV node. Seluruh depolarisasi atrium berlangsung selama kira-kira 0,1 detik.
Oleh karena itu hantaran di AV node lambat maka terjadi perlambatan kira-kira
0,1 detik (perlambatan AV node) sebelum eksitasi menyebar keventrikel.
Perlambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf simpatis yang menuju
jantung dan akan memanjang akibat perangsangan vagus. Dari punjak septum,
gelombang depolarisasi menyebar secara cepat didalam serat penghantar purkinye
ke semua bagian ventrikel dalam waktu 0,08-0,1 detik. Pada manusia,
depolarisasi otot ventrikel di mulai pada sisi kiri septum interventrikuler dan
bergerak pertama-tama kekanan menyebrangi bagian septum. Gelombang depolarisasi
kemudian menyebar kebagian bawah septum menuju apeks jantung. Setelah itu
kembali sepanjang dinding ventrikel ke alur AV, kemudian terus berjalan dari
permukaan endokardium ke epikardium.
Eksitasi jantung normal berasal dari
nodus sinus yang berfungsi sebagai pace maker tempat impuls ritmis yang normal
dicetuskan; jalur internodus yang menghantarkan impuls dari nodus sinus menuju
ke nodus AV; Nodus AV, tempat impuls dari atrium mengalami perlambatan sebelum
masuk ke ventrikel; berkas AV, yang menghantarkan impuls dari atrium ke
ventrikel, kedua cabangnya (tawara) atau (cabang-cabang berkas serabut Purkinje
kiri dan kanan). eksitasi yang mencapai serabut purkinje akan diteruskan ke
miokardium ventrikel. Di dalam miokardium, eksitasi menyebar dari endokardium
ke epikardium dan dari apeks ke basal. (Guyton, 2008; Silbernagle, 2007).
Dalam eksitasi nodus SA terdapat
penundaan waktu ke nodus AV dan sistem berkas AV sekitar 0,16 detik, sebelum
akhirnya sinyal eksitasi menyebabkan kontraksi otot ventrikel. Hal ini
(penundaan) terjadi karena hilangnya sejumlah gap junction diantara se-sel yang
saling berderet dalam jalur konduksi sehingga terdapat resistensi terhadap
konduksi ion-ion yang tereksitasi dari satu serabur ke serabut lainnya. Sistem
konduksi ini diatur sedemikian rupa untuk memberi waktu yang cukup bagi atrium
untuk mengosongkan darah kedalam ventrikel sebelum kontraksi ventrikel dimulai.
2.2.10. Sirkulasi Koroner
Efisiensi
jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi otot jantung.
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan
nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil.
Arteri koronaria kanan dan kiri merupakan cabang petama aorta asenden, sedikit
di belakang katup aorta. Kedua arteri ini bercabang menjadi arteri kecil dan
arteriol serta kapiler. Kapiler koronaria bersatu membentuk vena koronaria ke
sinus koronaria dan kembali ke atrium kanan.Fungsi pembuluh darah koronaria adalah memasok darah ke
miokardium karena oksigen sangat penting untuk kontraksi miokardium
secara normal.
Suplai darah
miokardium berasal dari dua arteri koronaria yang berasal dari radiks aorta. Arteri
koronaria adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Muara arteri koronaria
ini terdapat di dalam sinus valsava dalam aorta, tepat di atas katup aorta.
Sirkulasi koroner terdiri dari : arteri koronaria kanan dan kiri. Arteri
koronaria kiri mempunyai dua cabang besar, arteri desendens anterior kiri dan
arteri sirkumfleksa kiri.
Arteri-arteri
ini berjalan melingkari jantung dalam dua celah anatomi eksterna: sulkus
atrioventrikularis, yang melingkari jantung di antara atrium dan ventrikel, dan
sulkus interventrikularis, yang memisahkan kedua ventrikel.
1.
Coronaria
dextra yang menyuplai sebagian besar ventrikel kanan berasal dari sinus
anterior aorta. Ia mempunyai cabang r. marginalis yang mendarahi ventrikel
dextra dan r. interventricularis posterior yang memperdarahi kedua ventrikel;
Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium kanan,
ventrikel kanan,permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV
Node,dan 55% mensuplai SA Node.
2.
Arteri koroner
kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri
sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis
eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari
jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler
yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan
posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu
kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini LAD arteri bertanggung jawab
untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian
interventrikuler septum. Sirkumflex arteri bertanggung jawab untuk mensuplai
45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% bertanggung jawab mensuplai
SA node.
Aliran darah
koroner memiliki beberapa gambaran khusus:
1. aliran fasik. Aliran darah
koroner akan sangat berubah selama siklus jantung, terutama akibat tekanan
jaringan yang tinggi selama sistol yang kira-kira mencapai 120 mmHg. Pembuluh
darah yang dekat dengan endokardium ventrikel kiri akan “diperas” selama sistol
karena fase ini tekanan ekstravaskuler(≈tekanan ventrikel kiri) melebihi
tekanan di lumen arteri koronaria. Karena itu, suplai darah ke ventrikel kiri
sebagian terbatas saat fase diastol. Sebaliknya, tekanan jaringan sistolik yang
tinggi menekan darah keluar dari sinus koronaria dan vena-vena lain sehingga
darah kebanyakan mengalir ke kanan selama fase sistol
2. adaptasi terhadap kebutuhan O₂
umumnya dicapai melalui perubahan resistensi vascular. Kebutuhan O₂ dari suatu
organ meningkat ketika aktivitas fisik atau hipertensi;
3. aliran darah koroner berhubungan erat dengan
kebutuhan O₂ di moikardium, jika suplai O₂ tak lagi mengimbangi kebutuhan oksigen, misal pada frekuensi denyut
jantung yang tinggi dengan periode sistol yang panjang atau pada atau pada
obstruksi aterosklerotik arteri koronaria, akan terjadi insufisiensi koroner
(hipoksia).
Ø Skema sirkulasi koroner :
Aorta Coronary arteries –
Arterioles - Ccapilaries – Venula - sinus koronarius - Raigt atrium.
Ø Pembagian arteri koroner
1.
Arteri koroner
kanan (RCA)
RCA → atrium kanan, 55 % SA node, 90% AV node dan 90% bundle his,RV
a.
conus branch :
superior RV
b.
Sinus node art.
: SA node,atrium kanan dan atrium kiri
c.
right ventriculer
branch : RV wall
d.
right atrial
branch : RA
e.
acute marginal
branch : inferior RV, posterior apical dari interventrikular septum
f.
av node branch
: av node dan bagian bawah interatrial septum
g.
PDA:
posterosuperior interventrikular septum.
h.
left ventrikuler
branch : RV posterior
i.
left atrial
branch : LA
2.
Arteri koroner kiri (LMCA) : LAD, LCX
LAD → ant LV,
2/3 septum intervenrtikuler bagian ant, apex,right bundle,left ant bundle
a.
first diagonal
branch : hight lateral of LV wall
b.
second diagonal
branch : lower lateral dinding apex
c.
right
ventrikuler branch : menuju conus branch dan berakhir di apical branch
memperdarahi anterior dan diafragmatik LV wall dan apex .
LCX →LV lateral
posterior,45 % SA node,10 % av node, bundle of his dan branch bundle(10 %),
Left atrium
a.
atrial
circumflex branch : LA wall
b.
sa node artery
: 45 % sa node
c.
obtuse marginal
branch:memperdarahi dinding posterior vent kiri.
d.
Posterior
lateral branch: dinding posterior v.kiri
Ø Vena Koronaria
Setelah darah
melewati arteri pada sirkulasi koroner dimana nutrisi dan oksygen dikirim ke
otot jantung kemudian masuk ke dalam vena,dimana darah banyak mengandung CO2
dan sisa metabolisme. Darah yang di oxsygenisasi dialirkan ke sinus vascular
besar pada permukaan posterior dari jantung yang di sebut sinus coronary yang
mana mengosongkan atrium kanan.
Sinus vascular adalah dinding vena yang tipis tidak mempunyai otot yang halus untuk merubah diameter. Prinsip dari ketiga vena membawa darah masuk ke sinus coronaries yang merupakan vena terbesar jantung yang mengalir ke aspek anterior jantung dan tengah vena jantung mengalirkan aspek posterior jantung.
Sinus vascular adalah dinding vena yang tipis tidak mempunyai otot yang halus untuk merubah diameter. Prinsip dari ketiga vena membawa darah masuk ke sinus coronaries yang merupakan vena terbesar jantung yang mengalir ke aspek anterior jantung dan tengah vena jantung mengalirkan aspek posterior jantung.
Distribusi vena
koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri koroner . Sistem vena
jantung mempunya 3 bagian yaitu :
1)
Vena tebesian
merupakan system yang terkecil, menyalurkan sebagian darah vena dari miokard
langsung ke dalam RA, RV dan LV daripada melalui sinus coronaries. Darah vena
tertuang langsung kedalam LV dalam jumlah yang normal.
2)
Vena kardiaka
anterior mempunyai fungsi yang cukup berarti, mengosongkan sebagian besar isi
vena ventrikel langsung ke atrium kanan.
3)
Sinus
koronarius dan cabang-cabangnya merupakan system vena yang paling besar dan
paling penting, berfungsi menyalurkan pengembalian darah vena miokard ke dalam
atrium kanan melalui ostium smus koronarius yang bermuara disamping vena cava
inferior.
2.2.11.
Hormon
pada Jantung
Tiroid
berasal dari bahasa Yunani, thyreos yang berarti perisai dan eidos yang
berarti bentuk. Hormon tiroid merupakan hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid.
Hormon ini mempengaruhi berbagai metabolisme tubuh, sistem kardiovaskuler,
sistem saraf pusat, kulit, saluran makanan, hati, gonad, laktasi dan
pertumbuhan tubuh.
Dibawah
pengaruh hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh
hipofisis, kelenjar tiroid mensintesa tetraiodothyronine atau
tiroksin (T4) sebanyak 85 % dan triiodothyronin (T3) sebanyak
15 %. Hormon tiroid terutama T3 mengatur inotropik dan kronotropik jantung
melalui mekanisme secara langsung dan tidak langsung. T3 menyebabkan
termogenesis dengan merangsang lipolisis di jaringan.
|
Gambar 2.2 Kinerja hormon T3
|
T3
secara langsung menurunkan resistensi vaskuler sistemik dengan mempengaruhi
otot polos vaskuler dan menstimuli endotel vaskuler untuk mensintesa nitric
oxide yang bersifat vasodilator. Mean Arteri Pressure (MAP)
menjadi menurun menyebabkan Renal Blood Flow menurun sehingga
mengaktifkan sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS) untuk
meningkatkan reabsorpsi natrium di ginjal sehingga volume plasma meningkat
ditambah dengan merangsang eritropoitin dan volume darah pun meningkat. Volume
darah yang meningkat menyebabkan venous return meningkat dancardiac
output pun meningkat.
1. Mekanisme
Kerja Hormon Tiroid pada Otot Jantung
Hormon
tiroid bekerja pada sel otot jantung dan set otot polos vaskuler. T3 masuk ke
dalam sel otot jantung secara difusi pasif melalui transportermonocarboksilat
8 (MCT8) dan masuk ke inti sel, berikatan dengan reseptor inti T3
membentuk suatu komplek. Komplek ini berikatan dengan Thyroid hormone
response element bekerja mengatur transkripsi gen untuk sintesis
protein. Salah satu hasil sintesis protein adalah rantai berat myosin (myosin
heavy chains) α dan β yang merupakan protein myofibril pada filamen tebal
dari bagian kontraksi sel otot jantung. Jika terjadi perubahan sintesis protein
akibat penyakit tiroid akan mengubah rantai berat myosin sehingga dapat
mengakibatkan gangguan kontraksi jantung.
Gambar 2.4 Mekanisme kerja hormon tiroid pada jantung
|
T3 mengatur pembentukan protein retikulum sarkoplasma, aktivasi pompa
kalsium ATP ase (Ca2+-ATP ase) dan phospholamban (pengikat
fosfat) yang berperan penting dalam pelepasan dan pengambilan kembali kalsium
pada saat kontraksi atau relaksasi otot jantung. Aktivasi pompa Ca2+-ATPase
pada retikulum sarkoplasma yang selanjutnya dikenal dengan SERCA sangat penting
dalam mengatur siklus kalsium dalam miokard. SERCA 2a (bentuk SERCA dominan
pada jantung) diatur oleh phospholamban. Phospholambanmerangsang
SERCA 2a untuk melepaskan kalsium dari dalam retikulum sarkoplasma. Sebaliknya phospholamban
yang berikatan dengan fosfat (phospholamban fosforilasi) akan merangsang SERCA
2a untuk menyimpan kalsium ke dalam retikulum sarkoplasma. Pengambilan kembali
kalsium ke dalam retikulum sarkoplasma pada awal diastolik adalah bagian yang
menentukan lamanya rileksasi ventrikel kiri (waktu isovolumetrik relaksasi).
Kekurangan phospholamban akan
menyebabkan waktu relaksasi otot jantung semakin singkat. Agen Inotropik (ephinefrin/norephinefrin)
akan merangsang cyclic Adenosine Monophosphat (cAMP) yang
kemudian merangsang terbentuknya phospholamban fosforilasi sehingga meningkatkan
kontraktilitas jantung. Hormon tiroid menghambat aktivitas phospholamban dan
meningkatkan phospholamban fosforilasi. Hormon tiroid juga mengatur
struktural protein pada kanal ion di membran jantung. Perubahan dalam gen
miokard termasuk Na+/K+-ATPase dapat meningkatkan konsumsi
oksigen basal pada penyakit jantung tiroid.
2. Hormon Tiroid dan Gagal Jantung
Pada gagal jantung, gangguan tiroid
yang paling sering ditemukan adalah penurunan kadar T3 dalam sirkulasi. Sekitar
10-30% pasien gagal jantung mempunyai kadar T3 rendah, yang dikenal dengan low
thyroid syndrome atau euthyroid sick syndrome. Turunnya kadar T3 serum
berhubungan dengan penurunan transkripsi gen alfa-miosin rantai berat maupun gen
SERCa2. Efek fenotipik yang ditemukan adalah penurunan kontraktilitas ventrikel
kiri dan peningkatan waktu relaksasi ventrikel kiri, yang menyebabkan
perburukan fungsi sistolik dan diastolik jantung. Penurunan kadar T3 juga
menurunkan polimerisasi aktin pada sarkomer, menyebabkan gangguan struktural
dan susunan geometri kardiomiosit, yang memengaruhi kontraktilitas jantung.
Selain
hipertrofi fisiologis, stimulasi hormon tiroid jangka lama dapat memacu
sinyal-sinyal intraseluler yang menyebabkan hipertrofi patologis. Hipertrofi
patologis akibat T3 difasilitasi oleh protein sitoplasma, yaitu transforming
growth factor β-activated kinase 1 (TAK-1). Baik hipotiroidisme maupun
hipertiroidisme dalam jangka lama dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipotiroidisme menyebabkan gangguan pertukaran kalsium kardiomiosit dan
perubahan susunan protein kontraktil kardiomiosit. Efeknya adalah penurunan
relaksasi kardiomiosit dan gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri sehingga
secara klinis, terjadi pengurangan kontraktilitas jantung dan curah jantung. Hipertiroidisme
menyebabkan kenaikan massa ventrikel kiri yang dapat menimbulkan efek berupa
gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri.
2.2.12. Kerja Sistem Saraf Otonom terhadap Jantung
Saraf
otonom adalah sistem yang berperan dominan dalam kinerja jantung. Saraf otonom
terbagi menjadi dua, yaitu saraf otonom simpatis dan saraf otonom parasimpatis.
Kecepatan jantung ditentukan oleh kecepatan depolarisasi spontan Nodus SA (Sinoatrium),
penurunan membran potensial membran otomatis secara perlahan diantara denyut
jantung ini disebabkan oleh proses kompleks perpindahan ion yang melibatkan
penurunan permeabilitas K+ permeabilitas Na+ yang
konstan, dan peningkatan permeabilitas Ca2+. Ketika permeabilitas
Nodus SA mencapai ambang, terbentuk suatu potensial aksi yang menyebar ke
seluruh jantung, memicu jantung untuk berkontraksi atau berdenyut. Hal ini
terjadi 70 kali permenit. Dan hal inilah yang menjadi rerata denyut jantung
permenit. Sehingga diketahui bahwa jantung tidak perlu distimulasi oleh saraf
apapun untuk memulai kontraksi.
Gambar 2.5 Kerja saraf otonom terhadap
jantung
a. Peran
Saraf Parasimpatis pada Jantung
Saraf
Parasimpatis, Saraf Vagus dalam perjalanannya lebih banyak mensarafi pada
atrium, khsusnya pada nodus SA dan nodus AV (Atrioventrikular). Secara
prinsip sistem saraf simpatis ini adalah mengurangi kecepatan jantung, Acetylcholine yang
dilepaskan dari saraf vagus berikatan dengan reseptor muskarinik dan
dihubungkan protein G inhibitorik yang mengurangi aktivitas di jalur cAMP.
Mekanisme ini meningkatkan permeabilitas nodus SA terhadap K+, yang
berakibat kecepatan potensial aksi berkurang melalui efek ganda. Efek ganda
tersebut adalah :
1. Dengan
meningkatnya permeabilitas K+ menyebabkan hiperpolarisasi dari
membran nodus SA karena lebih banyak ion kalium positif meningalkan sel
daripada normal sehingga bagian dalam menjadi lebih negatif. Karena dalam
posisi yang lebih jauh dari ambang maka potensial istrahat memerlukan waktu
lebih lama untuk mencapai ambang.
2. Meningkatnya
permeabilitas dari K+ yang diinduksikan oleh stimulasi vagus
juga melawan penurunan otomatis permeabilitas K+ yang merupakan
penyebab depolarisasi gradual membran ke ambang, efek kontra ini mengurangi
frekuensi depolarisasi spontan, memperlama waktu yang diperlukan untuk bergeser
ke ambang. Maka dari hal ini Nodus SA lebih jarang mencapai ambang dan
melepaskan muatan dan frekuensi denyut jantung berkurang.
Pengaruh
saraf pada nodus AV adalah mengurangi terjadinya eksitabilitas nodus, memperlama
transmisi impuls ke ventrikel, bahkan lebih lama daripada penundaan lazim di
nodus AV. Peristiwa ini terjadi karena adanya peningkatan permeabilitas K+ yang
menyebabkan hiperpolarisasi membran sehingga inisiasi eksitasi di nodus AV
tertunda. Pada sel kontraktil atrium saraf parasimpatis bekerja dengan
mempersingkat potensial aksi, mengurangi arus masuk lambat yang dibawa Ca2+ yaitu
fase datar memendek, dengan efek kontraksi dari atrium akan melemah. Sehingga
pada garis besarnya sistem saraf parasimpatis mempengaruhi kinerja jantung
menjadi lebih lambat, santai, dan tenang, menciptakan kontraksi atrium yang
lebih lemah dan membuat jarak antara kontraksi atrium dan ventrikel menjadi
lebih panjang.
b. Peran
Saraf Simpatis pada Jantung
Saraf
simpatis bergerak mensarafi atrium, termasuk nodus SA, AV dan lebih banyak lagi
berada di ventrikel. Cara kerja saraf simpatis dalam meningkatkan denyut
jantung adalah dengan pertama kali dilepaskannya neurotransmiter norepinefrin
berikatan dengan reseptor adrenergik β1 dan dihubungkan dengan
protein G stimulatorik yang mempercepat jalur c.AMP di sel sasaran. Sehingga
kinerja dari saraf simpatis adalah dengan meningkatkan kinerja dari jantung.
Pada
nodus SA saraf simpatis menstimulasi dengan mempercepat depolarisasi sehingga ambang
lebih cepat tercapai. Norepinefrin yang dikeluarkan dari ujung saraf simpatis
mengurangi permeabilitas K+ dengan mempercepat inaktivasi saluran K+.
Dengan adanya penurunan ion kalium yang meninggalkan sel, bagian dalam sel
menjadi kurang negatif sehingga timbul efek depolarisasi. Pergeseran ambang
yang lebih cepat dibawah pengaruh simpatis ini memungkinkan potensial aksi
menjadi lebih sering dan karenannya kecepatan jantung menjadi meningkat
Stimulasi
saraf simpatis pada nodus AV adalah mengurangi penundaan nodus AV dengan
meningkatkan kecepatan hantaran, mungkin dengan meningkatkan arus Ca2+ masuk
yang berjalan perlahan. Hal ini juga berjalan kepada jalur hantaran khusus yang
terdapat pada jantung. Pada sel kontraktil atrium dan ventrikel, keduanya
memiliki banyak ujung saraf simpatis, stimulasi saraf simpatis meningkatkan
kekuatan kontraksi otot sehingga jantung berdenyut lebih kuat, sehingga mampu
memeras keluar lebih banyak darah. Peristiwa ini disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas Ca2+, yang menigkatkan influks Ca2+ dan
mengintensifkan partisipasi dari Ca2+ dalam penggabungan
eksitasi-kontraksi. Sehingga kinerja dari saraf simpatis adalah mengurangi
penundaan antara kontraksi atrium dan ventrikel, mengurangi waktu hantaran
keseluruh jantung, dan meningkatkan kekuatan kontraksi. Dengan demikian,
layaknya kerja sitem saraf otonom biasa, efek simpatis dan parasimpatis pada
jantung bersifat antagonistik, pada setiap saat, kinerja
jantung ditentukan oleh keseimbangan inhibisi oleh saraf Vagus dan stimulasi
oleh saraf simpatis pada nodus SA. Dengan prinsipnya, yaitu kinerja dari kedua
saraf otonom pada jantung ini adalah dengan mengubah aktivitas sistem pembawa
pesan kedua c.AMP di sel-sel jantung.
2.3.
Gagal Jantung
Gagal
jantung adalah keadaan fatofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung
ditinjau dari efek-efeknya terhadap perubahan 3 penentu utama dari fungsi
miokardium yaitu freeload (beban awal) yaitu derajat peregangan serabut
miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau diastolik. Afterload (beban
akhir) yaitu besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus dicapai selama
sistol untuk memompa darah. Kontraktilitas miokardium yaitu perubahan kekuatan
kontraksi.
2.3.1.
Patofisiologi gagal jantung
Bila jantung tidak kuat dalam memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa yang
mengakibatkan terjadinya gagal jantung. Pada
kebanyakan penderita gagal jantung disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik
ditemukan bersama. Pada disfungsi sistolik kekuatan kontraksi ventrikel kiri
terganggu sehingga ejeksi darah berkurang, menyebabkan curah jantung berkurang.
Pada disfungsi diastolik relaksasi dinding ventrikel terganggu sehingga
pengisian darah berkurang menyebabkan curah jantung berkurang. Gangguan
kemampuan jantung sebagai pompa tergantung pada bermacam-macam faktor yang
saling terkait. Menurunnya kontraktilitas miokard memegang peran utama pada
gagal jantung. Bila terjadi gangguan kontraktilitas miokard atau beban
hemodinamik berlebih diberikan pada ventrikel normal, maka jantung akan
mengadakan sejumlah mekanisme untuk meningkatkan kemampuan kerjannya sehingga
curah jantung dan tekanan darah dapat dipertahankan. Adapun mekanisme
kompensasi jantung yaitu:
a.
Peningkatan Aktivitas Adrenergik Simpatis
Menurunnya volume
sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatis kompensatorik.
Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis merangsang pengeluaran katekolamin dari
saraf-saraf adrenergik jantung dan medulla adrenal. Denyut jantung dan kekuatan
kontraksi akan meningkat secara maksimal untuk mempertahankan curah jantung. Selain
itu terjadi vasokonstriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan
redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ-organ yang
rendah metabolismenya (seperti kulit dan ginjal) agar perfusi ke jantung dan
otak dapat dipertahankan. Jantung akan semakin bergantung pada katekolamin yang
beredar dalam sirkulasi untuk mempertahankan kerja ventrikel.
b.
Aktivasi Rennin-Angiotensin-Aldosteron
Aktivasi Rennin-Angiotensin-Aldosteron
(RAA) bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah, keseimbangan cairan dan
elektrolit. Renin merupakan suatu enzim yang sebagian besar berasal dari
jaringan ginjal. Sekresi rennin akan menghasilkan angiotensin II (Ang II), yang
mamiliki 2 efek utama yaitu sebagai vasokonstriktor kuat dan sebagai perangsang
produksi aldosteron di korteks adrenal. Efek vasokonstriksi oleh aktivitas
simpatis dan Ang II akan meningkatkan beban awal (preload) dan beban akhir
(afterload) jantung, sedangkan aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium
yang akan menambah peningkatan preload jantung. Tekanan pengisian ventrikel
(preload) yang meningkat akan meningkatkan curah jantung.
c.
Hipertropi Miokardium dan Dilatasi Ventrikel
Jika ventrikel tidak
mampu memompakan darah keseluruh tubuh maka darah yang tinggal dalam ventrikel
kiri akan lebih banyak pada akhir diastole. Oleh karena itu kekuatan untuk
memompa darah pada denyut berikutnya akan lebih besar. Jantung akan melakukan
kompensasi untuk meningkatkan curah jantung yang berkurang berupa hipertropi
miokardium yaitu pembesaran otot-otot jantung sehingga dapat membuat kontraksi
lebih kuat dan dilatasi atau peningkatan volume ventrikel untuk meningkatkan
tekanan dinding ventrikel. Jika penyakit jantung berlanjut, maka diperlukan
peningkatan kompensasi untuk menghasilkan energi dalam memompa darah, hingga
pada suatu saat kompensasi tidak lagi efektif untuk menghasilkan kontraksi yang
lebih baik dan jantung akan gagal melakukan fungsinya.
2.3.2.
Klasifikasi Gagal Jantung
1. Gagal
Jantung Berdasarkan Manisfetasi Klinis
a.
Gagal Jantung Kiri dan Gagal Jantung Kanan
Gagal jantung
kiri dan gagal jantung kanan dapat terjadi secara tersendiri karena pemompaan
ventrikel yang terpisah satu dengan yang lain. Gagal jantung kiri dapat terjadi
akibat disfungsi ventrikel kiri yang tidak mampu memompakan darah. Peningkatan
tekanan atrium kiri meningkatkan tekanan vena pulmonalis sehingga menyebabkan
edema paru yang pada akhirnya dapat mengakibatkan sesak napas, batuk, dan
kadang hemoptisis. Gagal jantung kanan terjadi akibat disfungsi ventrikel kanan
yang tidak mampu menangani pengembalian darah dari sirkulasi sistemik dan pada
akhirnya dapat mengakibatkan edema perifer karena darah terbendung dan kembali
ke dalam sirkulasi sistematis. Gangguan pada salah satu fungsi ventrikel dapat
menghambat fungsi ventrikel yang lain dimana volume darah yang dipompa dari
masing-masing ventrikel bergantung pada volume darah yang diterima oleh
ventrikel tersebut.
b. Gagal
Jantung High Output dan Low Autput
Apabila curah jantung
normal atau melebihi normal tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh akan darah teroksigenasi disebut gagal jantung high output. Tanda khas
dari gagal jantung high output adalah mudah lelah dan lemah. Apabila curah jantung
menurun di bawah nilai normal disebut gagal jantung low output. Tanda khas dari
gagal jantung low output adalah edema karena terjadi aliran balik darah akibat
gagal ventrikel
c.
Gagal Jantung Akut dan Kronik
Gagal jantung akut
disebabkan bila pasien secara mendadak mengalami penurunan curah jantung dengan
gambaran klinis dispnea, takikardia serta cemas, pada kasus yang lebih berat
penderita tampak pucat dan hipotensi. Sedangkan gagal jantung kronik terjadi
jika terdapat kerusakan jantung yang disebabkan oleh iskemia atau infark
miokard, hipertensi, penyakit jantung katup dan kardiomiopati sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung secara bertahap.
d. Gagal
jantung Forward dan Backward
Gagal jantung
forward terjadi oleh karena suplai darah tidak cukup ke aorta. Rasa lelah
terutama sewaktu melakukan pekerjaan adalah gejala yang khas pada gagal jantung
forward. Gagal jantung backward terjadi apabila ventrikel kiri tidak mampu
memompakan darah yang datang dari vena vulmonalis dan atrium kiri sehingga
terjadi pengisian yang berlebihan di paru-paru. Gagal jantung backward biasanya
mangakibatkan edema paru.
2. Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kemampuan
fungsional
Gagal
jantung menurut New York Heart Association (NYHA) diklasifikasikan menjadi:
a.
Kelas I
Penderita gagal jantung yang tidak ada
pembatasan aktivitas fisik.
b.
Kelas II
Penderita gagal jantung yang
dikategorikan ringan dengan sedikit batasan aktivitas fisik karena akan timbul
gejala pada saat melakukan aktivitas tetapi nyaman pada saat istrahat.
c.
Kelas III
Penderita gagal jantung yang
dikategorikan sedang dengan adanya batasan aktivitas fisik bermakna karena akan
timbul gejala pada saat melakukan aktivitas ringan.
d.
Kelas IV
Penderita gagal jantung yang
dikategorikan berat dimana penderita tidak mampu melakukan aktivitas fisik
karena gejala sudah dirasakan pada saat istrahat.
2.3.3.
Gejala Gagal Jantung
Beberapa gejala atau keluhan yang sering
ditemukan pada penderita gagal jantung adalah:
a.
Dispnea
Dispnea atau perasaan sulit benapas pada
saat beraktivitas merupakan manisfetasi gagal jantung yang paling umum. Dispnea
diakibatkan karena terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
alveoli serta meningkatnya tahanan aliran udara.
b.
Ortopnea
Yaitu kesulitan bernafas apabila
berbaring telentang. Ortopnea disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari
bagian-bagian tubuh ke jantung dan paru-paru. Penurunan kapasitas vital
paru-paru merupakan suatu faktor penyebab yang penting.
c. Paroxysmal
Nocturnal Dyspnea (PND)
Yaitu dispnea yang timbul secara tiba-tiba
pada saat tidur. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) terjadi karena akumulasi cairan
dalam paru ketika sedang tidur dan merupakan manifestasi spesifik dari gagal
jantung kiri.
d.
Batuk
Penderita gagal jantung dapat mengalami
keluhan batuk pada malam hari, yang diakibatkan bendungan pada paru-paru, terutama
pada posisi berbaring. Batuk yang terjadi dapat produktif, tetapi biasanya
kering dan pendek. Hal ini bisa terjadi karena bendungan mukosa bronkial dan
berhubungan dengan adanya peningkatan produksi mukus.
e.
Rasa mudah lelah
Penderita gagal jantung akan merasa
lelah melakukan kegiatan yang biasanya tidak membuatnya lelah. Gejala mudah
lelah disebabkan kurangnya perfusi pada otot rangka karena menurunya curah
jantung. Kurangnya oksigen membuat produksi adenisin tripospat (ATP) sebagai
sumber energi untuk kontaksi otot berkurang. Gejala dapat diperberat oleh
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat disertai kegelisahan dan
kebingungan.
f.
Gangguan pencernaan
Gagal jantung dapat menimbulkan
gejala-gejala berupa gangguan pada pencernaan seperti kehilangan nafsu makan
(anoreksia), perut kembung, mual dan nyeri abdomen yang disebabkan oleh
kongesti pada hati dan usus. Gejala ini bisa
diperburuk oleh edema organ intestinal, yang bisa menyertai peningkatan menahun
dalam tekanan vena sistemik.
g.
Edema (pembengkakan)
Pada penderita gagal jantung dapat
ditemukan edema, misalnya pada pergelangan kaki. Edema kaki dapat terjadi pada
venderuta yang mengalami kegagalan ventrikel kanan.
2.3.4.
Faktor resiko
a.
Umur
Umur
berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung walaupun gagal jantung dapat
dialami orang dari berbagai golongan umur tetapi semakin tua seseorang maka
akan semakin besar kemungkinan menderita gagal jantung karena kekuatan pembuluh
darah tidak seelastis saat muda dan juga timbulnya penyakit jantung yang lain
pada usia lanjut yang merupakan faktor resiko gagal jantung. Menurut
penelitian Siagian di Rumah Sakit Haji Adam Malik (2009) proporsi penderita
gagal jantung semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia yaitu 9,6% pada
usia ≤ 15 tahun, 14,8% pada usia 16-40 tahun dan 75,6% pada usia > 40 tahun.
b.
Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki
lebih beresiko terkena gagal jantung daripada perempuan. Hal ini disebabkan
karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang berpengaruh terhadap bagaimana
tubuh menghadapi lemak dan kolesterol. Menurut menurut panelitian Whelton dkk
di Amerika (2001) laki-laki mamiliki resiko relatif sebesar 1,24 kali (P=0,001)
dibandingkan dengan perempuan untuk terjadinya gagal jantung.
c.
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung
koroner dalam Framingham study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung 46%
pada laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner seperti diabetes dan
merokok juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari
gagal jantung. Selain itu berat badan serta tingginya rasio kolesterol total
dengan kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko independen
perkembangan gagal jantung. Menurut Whelton dkk di Amerika (2001) penyakit
jantung koroner memiliki resiko reatif sebesar 8,11 (P=0,001) untuk terjadinya
gagal jantung.
d.
Hipertensi
Hipertensi merupakan
suatu kondisi yang ditandai dengan tekanan darah yang tinggi terus-menerus.
Ketika tekanan darah terus di atas 140/80, jantung akan semakin kesulitan
memompa darah dengan efektif dan setelah waktu yang lama, risiko berkembangnya
penyakit jantung meningkat. Penurunan berat badan, pembatasan konsumsi garam,
dan pengurangan alkohol dapat membantu memperoleh tekanan darah yang
menyehatkan. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa
mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri
dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk
terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat
dengan perkembangan gagal jantung. Menurut Whelton dkk di amerika (2001)
hipertensi memiliki resiko reatif sebesar 1,4 (P=0,001) untuk terjadinya gagal
jantung.
e.
Penyakit
Katup Jantung
Penyakit katup sering
disebabkan oleh penyakit jantung rematik. Penyebab utama terjadinya gagal
jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regurgitasi mitral dan regurgitasi
aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan
stenosis aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload). Menurut
Whelton dkk di amerika (2001) penyakit katup jantung memiliki risiko relatif
sebesar 1,46 (P=0,001) untuk terjadinya gagal jantung.
f. Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit
jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau
fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin. Penyakit jantung bawaan bisa
terdiagnosis sebelum kelahiran atau sesaat setelah lahir, selama masa
anak-anak, atau setelah dewasa. Penyakit jantung bawaan dengan adanya kelainan
otot jantung akan mengarah pada gagal jantung.
g.
Penyakit Jantung Rematik
Penyakit
Jantung Rematik (PJR) atau Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi
dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan, atau
kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya
gejala sisa dari Demam Rematik. Demam rematik akut
dapat mneyebabkan peradangan pada semua lapisan jantung. Peradangan endokardium
biasanya mengenai endotel katup, dan erosi pinggir daun katup Bila miokardium terserang
akan timbul nodular yang khas pada dinding jantung sehingga dapat menyebabkan
pembasaran jantung yang berakhir pada gagal jantung.
h.
Aritmia
Aritmia adalah
berkurangnya efisiensi jantung yang terjadi bila kontraksi atrium hilang
(fibrilasi atrium, AF). Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal
jantung dan dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel
kiri pada penderita hipertensi.
i.
Kardiomiopati
Kardiomiopati
merupakan penyakit pada otot jantung yang bukan disebabkan oleh penyakit
jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung kongenital, ataupun penyakit
katup jantung. Kardiomiopati ditandai dengan
kekakuan otot jantung dan tidak membesar sehingga terjadi kelainan fungsi
diastolik (relaksasi) dan menghambat fungsi ventrikel.
j.
Merokok dan Konsumsi Alkohol
Kebiasaan
merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung. Merokok mempercepat denyut
jantung, merendahkan kemampuan jantung dalam membawa dan mengirimkan oksigen, menurunkan
level HDL-C (kolesterol baik) di dalam darah, serta menyebabkan pengaktifan
platelet, yaitu sel-sel penggumpalan darah. Pengumpalan cenderung terjadi pada
arteri jantung, terutama jika sudah ada endapan kolesterol di dalam arteri.
Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut
maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi). Konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot
jantung alkoholik). Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 – 3% dari kasus.
Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan defisiensi tiamin.
Obat-obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi seperti
doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan gagal
jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.
2.3.6. Pencegahan Gagal
Jantung
1. Pencegahan primordial
Pencegahan
primordial ditujukan pada masyarakat dimana belum tampak adanya resiko gagal
jantung. upaya ini bertujuan memelihara kesehatan setiap orang yang sehat agar
tetap sehat dan terhindar dari segala jenis penyakit termasuk penyakit jantung.
cara hidup sehat merupakan dasar pencegahan primordial penyakit gagal jantung
seperti mengkomsumsi makanan sehat, tidak merokok, berolah raga secara teratur,
meghindari stress, seta memelihara lingkungan hidup yang sehat.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan
primer ditujukan pada masyarakat yang sudah menunjukkan adanya faktor risiko
gagal jantung. Upaya ini dapat dilakukan dengan membatasi komsumsi makanan yang
mengandung kadar garam tinggi, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol
tinggi, mengontrol berat badan dengan membatasi kalori dalam makanan
sehari-hari serta menghindari rokok dan alkohol.
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang
sudah terkena gagal jantung bertujuan untuk mencegah gagal jantung berlanjut ke
stadium yang lebih berat. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan diagnosa gagal
jantung, tindakan pengobatan dengan tetap mempertahankan gaya hidup dan
mengindari faktor resiko gagal jantung.
A. Diagnosis gagal jantung
1. Anamnesis
Anamnesis
merupakan cara untuk mendapatkan keterangan dan data klinis tentang keadaan
penyakit pasien melalui tanya jawab. Keluhan pasien merupakan gejala awal gagal
jantung. Pengambilan anamnese secara teliti penting untuk mendeteksi gagal
jantung.
2. Rontgen Toraks
Rontgen
toraks dapat menunjukkan adanya pembesaran ukuran jantung (kardiomegali) yang
ditandai dengan peningkatan diameter tranversal lebih dari 15,5 cm pada pria
dan lebih 14,5 cm pada wanita, hipertensi vena, atau edema paru.
3. Elektrokardiografi
Elektrokardiografi
memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien (80-90%),
antara lain:
a.
Gelombang
Q yang menunjukkan adanya infark miokard dan kelainan gelombang ST-T
menunjukkan adanya iskemia miokard.
b.
LBBB
(left bundle branch block), kelainan ST-T dan pembesaran atrium kiri
menunjukkan adanya disfungsi bilik kiri.
c.
LVH
(left ventricular hypertrophy) dan inverse gelombang T menunjukkan adannya
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi.
d.
Aritmia jantung
4. Ekokardiografi
Ekokardiografi
harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Ekokardiografi
dua dimensi M-mode dan Doppler bisa memperlihatkan fungsi ventrikel (sistolik
dan diastolik), gerakan struktur jantung, penyakit miokard dan katup.
5. Tes latihan fisik
Tes
latihan fisik sering dilakukan untuk menilai adanya iskemia miokard dan pada
beberapa kasus untuk mengukur konsumsi oksigen maksimum (VO2 maks),
yaitu kadar dimana konsumsi oksigen lebih lanjut. VO2 maks merupakan
kadar dimana konsumsi oksigen lebuh lanjut tidak akan meningkat meskipun
terdapat peningkatan latihan lebih lanjut. VO2 maks menunjukkan
batas toleransi latihan aerobik dan sering menurun pada gagal jantung.
6. Kateterisasi jantung
Kateterisasi
jantung dilakukan pada semua gagal jantung yang penyebabnya belum diketahui.
Dengan kateterisasi jantung maka dapat diketahui besar tekanan ruang-ruang
jantung dan pembuluh darah serta penentuan besarnya curah jantung.
7. Pencitraan radionukleotida
Merupakan
metode pemeriksaan untuk menilai fungsi ventrikel dan sangat berguna apabila
citra yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh.
B.
Terapi non-farmakologik
Terapi
ini meliputi:
1.
Diet
Pasien
gagal jantung dengan obesitas harus diberi diet yang sesuai untuk menurunkan
gula darah, lipid darah darah dan berat badannya. Asupan NaCl harus dibatasi
menjadi 2-3 gr/ hari untuk gagal jantung ringan atau < 2 gr/hari untuk gagal
jantung berat.
2.
Merokok harus dihentikan
3.
Aktifitas Fisik
Olahraga
yang teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan untuk pasien gagal
jantung yang stabil (NYHA kleas II-III) dengan intensitas yang nyaman bagi
pasien. b.4. Istirahat dianjurkan untuk gagal jantung akut atau tidak stabil (NYHA
kelas IV).
C.
Terapi Farmakologi atau Pengobatan
1. Diuretik digunakan
untuk mengendalikan retensi natrium dan air. Furosemid 40 mg/hari atau
bumetamid 1 mg/hari biasanya efektif.
2.
Inhibitor ACE dapat menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II,
menimbulkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
3.
Bloker β seperti bisoprolol, karvedilol yang dimulai
dari dosis yang sangat rendah dan bisa ditambahkan untu k menurunkan aktivitas
simpatis yang berlebihan dan mendorong remodeling otot jantung.
4.
Digoksin diindikasikan untk mengendalikan fibrilasi
atrium yang terjadi bersamaan.
D.
Tranplantasi jantung
Jika
pasien tidak lagi berespon terhadap semua tindakan terapi dan diperkirakan
tidak akan bertahan hidup selama 1 tahun lagi, maka pasien ini akan
dipertimbangkan cangkok jantung atau tranplantasi jantung. Sejak adanya
skrining donor jantung yang lebih cermat, maka harapan hidup pasien yang
menjalani transplantasi jantung sangat meningkat. Pada beberapa pusat kesehatan
harapan hidup 1 tahun telah mencapai lebih 80-90% dan harapan hidup 5 tahun
sekitar 70%.
2.3.6.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi yang lebih berat atau kematian
akibat gagal jantung. Upaya yang dilakukan dapat berupa latihan fisik yang
teratur untuk memperbaiki fungsional pasien gagal jantung.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan makalah yang disajikan adalah sebagai berikut:
1.
Anatomi jantung
diantaranya adalah lapisan jantung yang terdiri dari : Endokardium, Miokardium,
Pericardium. Ruang Jantung terbagi atas empat
ruang: Atrium kanan dan atrium kiri yang
dipisahkan oleh septum
intratrial,Ventrikel kanan dan ventrikel kiri yang
dipisahkan oleh septum. Katup jantung terdiri dari : Katup
Trikuspidalis, Katup pulmonal ,Katup Bikuspid,
Katup Aorta. Pembuluh darah dalam jantung : Arteri Koroner, Vena Kava Superior,
Vena kava Inferior, Vena Pulmonalis, Aorta, Arteri Pulmonalis.
2.
Fisiologi jantung
terbagi dalam beberapa bagian diantaranya Sistem pengaturan jantung terdapat
serabut parkinje yang merupakan serabut otot jantung khusus, nodus
sinoatrial,nodus atrioventrikular, dan berkas A-V. Aktivitas kelistrikan
jantung ,siklus jantung,bunyi jantung,frekuensi jantung,curah
jantung,cara kerja jantung. Skema sirkulasi koroner yaitu Aorta Coronary arteries – Arterioles -
Ccapilaries – Venula - sinus koronarius - Raigt atrium.
Komponen-komponen eksitasi dari jantung secara urut terdiri dari sino-auricular
node (SA node), jaras internodal atrium, atrio-ventricular node (AV node),
bundle His, cabang kiri-kanan bundel dan sistem Purkinje.
3. Gagal jantung adalah kegagalan
jantung dalam memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Cara pencegahan gagal jantung ada 4 yaitu pencegahan
primodial, primer, sekunder, dan tersier. Cara pengobatan dapat dilakukan
dengan terapi farmakologi atau transplantasi jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Barret, Kim E; Boitano, Scott;
Barman, Susan M; Brooks, Hedden L; Ganong’s, Review of Medical Physiology; Chap. 33 : 555-557, Twenty-Third
Edition, Mc Graw Hill Medical Co.
Guyton dan Hall. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hartopo,
A. B. 2013. Hormon Tiroid dan Efeknya pada Jantung. Bagian Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular. Continuing Medical
Education. Vol. 9 No. 9
http://eprints.undip.ac.id/44143/3/Rr._Retno_Suminar__G2A009141_BabIIKTI.pdf
Klein, I, & Ojamaa, K. 2001. Thyroid Hormone and the Cardiovascular System. In: Epstein FH,eds. N Engl J Med. 344 :501-507
Klein, I. 2008. Endocrine Disorders and Cardiovascular
Disease. In : Braunwald’s Heart Disease 8th ed. Braunwald E, Libby P, Bonow RO,
Mann DL, Zipes DP, eds. Saunders Elsevier.
Philadelphia: 2038-2045
Masud, Ibnu. 1989. Dasar-Dasar
Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC
Pearce Elyn. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
PT. Gramedia
Ross dan Wilson. 2011. Dasar
Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika
Sherwood, Lauralee. 2002. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2011. Anatomi
Fisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
King Casino Login | All your games online and - Community Khabar
BalasHapusLogin King Casino, Play, and Win! Login King Casino, Play. Login King communitykhabar Casino, Play. Login casino-roll.com King Casino, หาเงินออนไลน์ Play. Login King Casino, Play. www.jtmhub.com Login King Casino, Play. Login King Casino, https://octcasino.com/