Total Tayangan Halaman

Selasa, 07 Februari 2017

MAKALAH ZOOLOGI CHORDATA REPTIL ORDO SQUAMATA



MAKALAH ZOOLOGI CHORDATA
REPTIL ORDO SQUAMATA

Dosen Pengampu: Mujahidin Ahmad, M.Sc

Description: E:\My Privacy\UIN mlg\images.jpg

Disusun Oleh:
Risky Rahmawati      13620045
Dian Eka Pratiwi      13620046
Anis Nur Laily           13620047

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah makalah yang berjudul “Reptil Ordo Squamata” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini agar dapat menjadi rujukan untuk mempelajari tentang Reptil Ordo Squamata.
            Dalam penulisan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin dalam penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak,begitupun dengan makalah ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah sederhana ini. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan mengenai materi Reptil Ordo Squamata.

Malang, 04 April 2015


DAFTAR ISI

Cover




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Kelas reptilia merupakan suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar kadal, ular, penyu atau kura-kura, dan buaya. Ini adalah pengelompokkan tradisional dan didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Namun demikian, analisis kladistik menunjukkan bahwa pengelompokkan semua vertebrata tersebut diatas di dalam satu kelas yang tidak menyertakan burung merupakan suatu hal yang tidak sesuai dengan filogeni. Burung tampaknya memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan buaya daripada antara kura-kura dan buaya. Pada kenyataannya, kelas reptilia tidak dapat didefinisikan kecuali oleh tidak adanya ciri-ciri yang membedakan burung (bulu terbang) dan mamalia (rambut dan kelenjar susu). Terlepas dari permasalahan taksonomik ini, mempelajari reptilia (dalam pengertian tradisional) memberikan fakta-fakta yang membantu kita memahami semua hewan amniota (Campbell, dkk., 2003).
            Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah. Penandukan atau cornificatio kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar (Jasin, 1984). Kelas reptilia merupakan salah satu kelas dari vertebrata yang telah berjaya pada masa mesozoikum, untuk lebih mengetahui lebih banyak lagi informasi-informasi seputar reptilia, maka disusunlah makalah ini.

1.2 Ruusan Masalah

            Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah karakteristik umum reptil?
2.      Apakah klasifikasi dari ordo squamata?
3.      Bagaimanakah morfologi dan anatomi ular?
4.      Dimanakah persebaran reptil?
5.      Bagaimanakah system organ dari dari reptil?
6.      Bagaimanakan peran reptile dalam ekosistem?
7.      Apakah dalil penciptaan dari reptil?

1.3 Tujuan

            Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui karakteristik umum reptil
2.      Untuk mengetahui klasifikasi dari ordo squamata
3.      Untuk mengetahui morfologi dan anatomi ular
4.      Untuk mengetahui persebaran reptil
5.      Untuk mengetahui system organ dari dari reptil
6.      Untuk mengetahui peran reptile dalam ekosistem
7.      Untuk mengetahui dalil penciptaan dari reptil


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Umum Reptilia

Nama reptilia diambil dari model cara hewan berjalan (latin: reptum=melata atau merayap) dan studi tentang reptilia disebut Herpetology (Yunani: creptes = reptil) (Jasin, 1984).
Reptilia memiliki beberapa adaptasi untuk kehidupan darat yang umumnya tidak ditemukan pada amfibia, sisik yang menagndung protein keratin membuat kulit reptilia kedap air, sehingga membantu mencegah dehidrasi di udara kering. Kulit berkeratin merupakan analog hewan vertebrata dari kutikula berkitin pada serangga dan kutikula berlilin pada tumbuhan darat. Karena reptilia tidak dapat bernafas melalui kulit yang kering, maka sebagian besar reptilia mendapatkan semua kebutuhan oksigennya melalui paru-paru. Banyak kura-kura juga menggunakan permukaan lembap pada kloakanya untuk pertukaran gas (Campbell, dkk., 2003).
Reptilian memiliki karakteristik sebagai berikut (Kurniati, 2009):
1.      Tubuh: ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin), biasanya dilengkapi sisik atau kuku; kelenjar di permukaan kulit sedikit.
2.      Memiliki 2 pasang anggota badan, masing-masing dengan 5 jari yang pada bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan untuk berlari, merayap atau memanjat; anggota badan menyerupai dayung pada penyu, memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis kadal dan semua jenis ular.
3.       Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi   rongga oksipital.
4.      Jantung terdiri dari 4 ruang yang belum terpisah sempurna, 2 serambidan ventrikel yang sebagian saling terpisah; 1 pasang bekas aorta; sel darah merah oval bikonkaf dengan inti.
5.      Respirasi dengan paru-paru; pada kura-kura air dilengkapi dengan respirasi kloaka.
6.      Terdapat 12 pasang syaraf cranial.
7.       Suhu tubuh berubah-ubah tergantung  suhu lingkungan (poikolotermis).
8.      Fertilisasi internal,menggunakan organ kopulasi; telurnya besar mengandung kuning telur yang terbungkus cangkang licin atau berkulit; biasanya telur ditetaskan tetapi pada beberapa jenis ular dan kadal embrio berkembang di dalam tubuh betina.
9.      Otak kecil sederhana, otak besar (serebrum) sudah mulai berkembang dengan tubuhnya disebut Neopalium. Neopalium adalah pertumbuhan serebral kortex yang baru.
10.  Gigi reptilian bervariasi, letak dirahang atas dan bawah yaitu maxilla dan mandibulla, juga ada pada langit-langit ada juga reptilia yang tidak punya gigi (kura-kura).

2.2 Klasifikasi Ordo Squamata

                 Adapun klasifikasi dari ordo Squamata adalah sebagai berikut (Jasin, 1984):
Filum : Chordata
            Subfilum : Vertebrata
      Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Reptilia       
            Subkelas : Diapsida
      Supraordo : Lepidosauria
Ordo : Squamata
            Subordo : Lacertilia/Sauria
            Subordo : Serpentes/ Ophidia
Famili Eublepharidae
Famili Gekkonidae
Famili Agamidae
Famili Chameleonidae
Famili Iguanidae
Famili Colubridae
Famili Elapidae
Famili Viperidae
Famili Boidae
Famili Pythonidae
Ø  Subordo Sauria
·         Tubuh panjang
·         Mandibula bersatu di bagian anterior.
·         Kelopak mata biasa dapat digerakkan.
·         Bentuk lidah bercabang.
·         Mempunyai kandung kemih
1.      Famili Eublepharidae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\tiwi\new sph\index.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Eublepharidae
Genus              : Goniurosaurus
Spesies            : G.araneus

1.      Memiliki kelopak mata yang dapat digerakkan
2.      Berwarna kuning dan memiliki empat garis coklat lebar di bagian belakang
3.      Mata gelap coklat kemerahan

2.      Famili Gekkonidae
Contoh/Klasifikasi
Cirri-ciri
Description: D:\tiwi\new sph\2.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Gekkonidae
Genus              : Hoplodactylus
Spesies            : Hoplodactylus sp

1.    Jari-jari kaki yang memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan untuk berada di bagian  permukaan tanpa menggunakan cairan atau tegangan permukaan.

3.      Famili  Agamidae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\tiwi\new sph\3.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Agamidae
Genus              : Sitana
Spesies            : Sitana ponticeriana

1.      Kaki kuat
2.      Ekor tidak dapat beregenerasi
3.       Kaki belakang relative lebih panjang dari kaki depan
Keunikan
Mampu mengubah warna tubuh untuk mengatur suhu tubuh



4.      Famili Chameleonidae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\tiwi\new sph\g.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Chameleonidae
Genus              : Uromastyx
Spesies            : Uromastyx acanthinuru

1.      Ukuran tubuh relatif besar
2.      Kulit yang keras dan warna tubuh gelap.
Habitat :
Didalam gua-gua


5.      Famili Iguanidae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\tiwi\new sph\h.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Iguanidae
Genus              : Ctenosaura
Spesies            : Ctenosaura similis

1.      Ukuran tubuh bervariasi.
2.      Mempunyai sisik yang keras dan berwarna hijau
3.      Mempunyai cakar.
Habitat :
Di daratan dan di bebatuan.


Ø  Subordo Ophidia (ular)
·         Tidak mempunyai kaki ( tidak mempunyai telapak kaki ).
·         Lubang telinga, tulang dada (sternum), dan kandung kemih tidak ada.
·         Mandibula dihubungkan di bagian anterior oleh sebuah ligamentum.
·         Bola mata tidak dapat digerakkan, tertutup oleh sisi transparan.
·         Tidak mempunyai kelopak mata.
·         Lidah panjang, bercabang dua dapat dijulurkan keluar
1.      Famili Colubridae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\tiwi\new sph\w.jpg
Kingdom       : Animalia
Phylum          : Vertebrata
Class              : Reptilia
Ordo              : Squamata
Family            : Colubridae
Genus             : Chrysopedia
Spesies           : Chrysopedia ornata


1.      Tubuh hitam, ditutupi oleh sisik berwarna hijau
2.      Kepala berbentuk segitiga.
3.       Melilit di batang pohon.
4.      Hidup dipepohonan

2. Famili Elapidae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\Lesson\KULIAH\Semester 4\SPT 2\Praktikum\Parenkim\Naja_haje_1.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Elapidae
Genus              : Naja
Spesies            : Naja haje        

1.      Memiliki sepasang taring yang digunakan untuk menyuntikkan racun dari kelenjar yang terletak di bagian belakang rahang atas.
2.      Tubuh panjang dan ramping dengan sisik halus, tubuh berwarna gelap.


3.   Family Viperidae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\Lesson\KULIAH\Semester 4\Zoologi Chordata\Tugas\Makalah reptil\vipera.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Viperidae
Genus              : Vipera
Spesies            : Vipera aspis

1.      Panjang tubuh  28 cm sampai 3,6 m (Lachesis sesuai , Crotalinae )
2.      Kepala berbentuk segitiga


4.   Famili Boidae
Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\Lesson\KULIAH\Semester 4\Zoologi Chordata\Tugas\Makalah reptil\Red-Tailed Boa Constrictor.jpg
Kingdom       : Animalia
Phylum          : Vertebrata
Class              : Reptilia
Ordo              : Squamata
Family            : Boidae
Genus             : Boa
Spesies           : Boa Constrictor

1.        Rahang bawah yang relatif kaku dengan elemen koronoideus, sisa korset panggul dengan anggota belakang yang sebagian terlihat sebagai sepasang taji , satu di kedua sisi lubang .
2.        Jantan dubur taji lebih besar dan lebih mencolok dari betina.




5.   Famili Pythonidae

Contoh/Klasifikasi
Ciri-ciri
Description: D:\Lesson\KULIAH\Semester 4\Zoologi Chordata\Tugas\Makalah reptil\pyton.jpg
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Vertebrata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Family             : Pythonidae
Genus              : Python
Spesies            : Python molurus
1.              Tidak menyerang manusia kecuali terkejut atau terprovokasi
2.              Mangsa dibunuh oleh proses penyempitan


2.3 Morfologi dan Anatomi Ular

2.3.1        Karakteristik Khusus
1.      Warna Tubuh
             Warna juga menjadi penting dalam termoregulasi, yaitu akan menjadi perubahan konsentrasi granula-granula pigmen dalam kromatofora akibat respon temperatur tinggi dengan mengurangi pewarnaan sehingga warna menjadi lebih terang., sementara itu temepratur rendah menyebabkan pewarnaan gelap. Warna juga disiapkan untuk melindungi organ-organ vital dari bahaya radiasi matahari. Kadangkala pigmentasi berfungsi untuk perisai organ intermuskular bahkan untuk perlindungan jaringan peritoneum (Kutnianti, 2009).
2.      Sisik Epidermal
             Tubuh reptil dibungkus oleh sisik kering sebagai pelindung tubuh seperti halnya sisik ikan. Sisik-sisik ini terbagi dalam 2 kategori, yaitu epidermal dan dermal. Tipe sisik reptil adalah superfisial dan umumnya berganti secara berkala. Sisik dermal adalah lempengan tulang yang tertanam permanen pada kulit dan bertahan selama hidupnya (Hickman, 2001).
             Reptil memiliki sisik epidermal yang terlihat amat nyata pada kadal dan ular. Sisik epidermal secara terus menerus diproduksi oleh karena pertumbuhan dari lapisan stratum germinativun epidermis dan umunya berlipat sehingga menjadi tumpang tindih satu sama lain. Ketika lapisan sisik epidermal tumbuh secara sempurna atau secara utuh, akhirnya menjadi terpisah dari stratum germinativum dan tampak sebagai benda mati. Ular dan kadal sisik-sisiknya berganti yang disebut dengan proses ekdisis. Sebelum berlangsungnya ekdisis, sisik-sisik baru yang akan menggantikan sisik yang sudah tua sudah terbentuk. Kebanyakan ular berganti kulit secara sekaligus.Epidermal yang lepas pertama pada daerah kepala termasuk kulit di dorsal mata, ular pada akhirnya beringsut ke luar dari penutup lama. Pergantian kulit pada ular dihitung mulai saat pertama seekor ular  berganti kuloit adalah bergantung pada tingkat pertumbuhannya. Jenis ular yang cepat pertumbuhannya biasanya berganti kulit setiap dua bulan (Hickman, 2001).
             Beberapa ular berbisa seperti pada Crotalus cerates dan Cerates cerates memiliki struktur seperti tanduk di atas matanya yang merupakan modifikasi dari sisik-sisik. Tanduk ini akan melipat ke bawah menutupi mata ketika kepala ular ditekan. Tanduk ini mungkin bermanfaat untuk melindungi mata ketika ular bergerak melalui bebatuan, akar-akar, belukar atau apa saja yang dapat menyebabkan luka. Lapisan kulit epidermal pada kadal tidak berganti secara keseluruhan dalam waktu relatif pendek (Hickman, 2001).
Gambar 1. Crotalus cerates
             Sisik epidermal reptil menunjukkan lebih banyak keragaman bentuk dan struktur, terutama pada ular dan kadal.Sisik tersebut mugkin tersusun secara longitudinal, diagonal atau transversal (baris-baris melintang). Sisik pada kepala umumnya berbeda dalam penampilan dari sisik bagian tubuh lain dan diberi nama sesuai dengan lokasinya. Sisik di sepanjang bagia bibir atas disebut sisik-sisik labial atas.,sisik yang melingkari mata adalah sisik okular, yang diantara kedua mata adalah sisik interokular. Perbedaan dalam ukuran, bentuk dan jumlah sisik ini memberikan ciri khusus dan penting untuk klasifikasi (Hickman, 2001).
             Sisik ular biasanya sikloid atau berbentuk segi empat. Sisik kadal mungkin dikelompokkan ke dalam sisik granular, sikloid, quadrangular atau mucromate, dan sisik mungkin halus atau kasar. Sisik bagian tubuh tertentu bisa termodifikasi hingga menjadi panjang seperti duri yang ditemukan pada iguana (Hickman, 2001).
             Sisik pada bagian ventral tubuh ukar umumnya lebih besar umumnya lebih besar, pitamoris melintang disebut scute yang berfungsi untuk memperluas lebar tubuh.Keberadaan scute di bagian bawah permukaan tubuh biasanya digunakan sebagai ciri dasar untuk membedakan ular dari kadal (Hickman, 2001).
3.      Kelenjar Kulit
             Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit kelenjar kulit. Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa kawin.Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan.Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin (Sukiya, 2005).
             Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau generation gland.Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan pertumbuhan sisik pada kulit (Sukiya, 2005)..
4.       Gigi
              Ular umumnya memiliki gigi tipe pleurodont yang tersusun pada jajaran di rahang atas dan bawah. Beberapa ular berbisa memiliki gigi berlekuk yang disebut gigi opistoglifi. Ular berbisa kuat, umumnya memiliki sepasang taring berlubang terletak pada bagian anterior rahang atas, bentuk taring seperti jarum hipodermik dan dasar taring berhubungan dengan kantong kelenjar bisa. Kontraksi otot di sekitar kelenjar bisa pada saat ular menyerang, bertanggung jawab untuk menyuntikkan bisa melewati taring ke korban. Taring, seperti juga gigi yang lain akan diganti bila tanggal. Taring ular berbisa opistoglifi adalah gigi bisa yang terletak pada rahang atas bagian posterior sedangkan gigi bisa yang terletak pada rahang atas bagian anterior dan dapat dilipat (bisa digerakkan) karena ada engsel disebut gigi solenoglifi. Gigi bisa pada ular kobra dan ular mamaba taringnya terletak pada rahang atas bagian anterior dan gigi bisa ini tidak bisa digerakkan yang disebut dengan tipe gigi taring proteroglifi (Sukiya, 2005).
Berdasarkan letak taringnya, tipe gigi ular dapat dibedakan menjadi empat dan dapat dijadikan acuan ular tersebut berbisa atau tidak, yaitu (Jasin, 1984):
a.       Aglypha: Tidak memiliki taring bisa. Contoh : Ptyas korros (Ular kayu), Python reticulatus (Ular sanca batik). Ular ini tidak berbisa.
b.      Ophistoglypha: Memiliki taring bisa pendek dan terletak agak ke belakang pada rahang atas. Contoh : Boiga dendrophila (ular cincin emas). Ular ini berbisa menengah.
c.       Proteroglypha: Memiliki taring bisa panjang dan terletak di bagian depan. Contoh : Naja naja sputatrix (ular kobra), Ophiophagus Hannah (ular king kobra) Ular ini berbisa tinggi.
d.      Solenoglypha: Memiliki taring bisa sangat panjang di bagian depan dan dapat dilipat. Contoh : Agkistrodon rhodhostoma (Ular tanah) Ular ini berbisa tinggi.
Gambar 2. Tipe gigi ular
5.                     Alat Gerak (appendages) dan Lokomosi
              Gerakan melata pada ular adalah hal yang menarik. Ternyata ular melata dengan cara berbeda. Ada 4 tipe gerakan maju, yaitu berombak horizontal, rectilinear, concertina dan sidewinder. Rattlesnake dan ular berbisa memiliki lubang sensor khusus di setiap sisi kepala. Keberadaan lubang ini telah dipelajari oleh Noble dan Schmidt (1937), bahwa walaupun semua organ utama dirusak atau diblok ternyata ular mampu menemukan atau mengetahui lokasi dan mematuk mangsanya sebab objek memiliki suhu tubuh lebih tinggi atau lebih rendah dari lingkungan sekitar. Lubang-lubang sensor ini bersifat saraf opthithalmic cabang dari saraf cranial ke V. Organ sensor di kepala ular fiton Australia (Morelia spilotes) mampu menerima sinar infra merah (Sukiya, 2005).
ab        cd
Gambar 3. a. Horizontal, b. Rectilinear, c. Cocertina, d. Sidewinding
2.3.2  Morfologi ular
Pada bagian morfologi  ular memiliki  mulut , dengan lidah yang bercabang yang menghasilkan bisa lidah yang panjang dan silindris berfungsi sebagai indera perasa dan peraba. Lidah dapat dijulurkan melalui noktah tengah yang berada di bibir bawah sehingga ular mampu menjulurkan lidah tanpa harus membuka mulut. Umumnya lidah berwarna hitam, tetapi adakalanya berwarna merah terang atau kebiruan. Walaupun panjang dan bergerak sangat dinamis, lidah bukan sebagai alat bantu menelan. Sebagai indera perasa, lidah ular dipakai untuk mengenali lingkungan baru dengan cara dijulurkan ke luar agak lama. Bila ada makanan atau benda baru di dekatnya, ular akan menjulurkan lidah dan menyentuhkannya berkali-kali sebelum menelan atau menolaknya. Bila timbul rangsangan istimewa maka lidah akan dijulurkan dan bergetar. Ternyata dalam mulut ular terdapat kumpulan saraf yang bernama Jacobson. Letaknya di bagian atas mulut ular. Lidah ular yang berbentuk seperti garpu inilah yang berfungsi seperti hidung. Lalu, segala yang diciumnya akan dikirimkan ke Jacobson. dari situlah, ular akan bergerak, dan gurat sisik, Seluruh tubuh ular dibalut kulit yang elastis sehingga pergerakan tubuhnya sangat lentur. Kulit yang elastis ini memungkinkan ular meregang dan mengembang saat menelan mangsa. Saat tubuh sedang mengembang, antara sisik dan kulit yang terkembang tampak sangat tipis. Lapisan epidermis kulit luar dapat kasar atau halus. Sisiknya tersusun rapi dari yang besar sampai kecil. Sisik ini sebenarnya merupakan “tulang kulit” yang disebut dermalcore atau osteoderm dan ada yang tersusun tumpang tindih (overlapping) (Brotowidjoyo, 1994).
2.3.3        Anatomi
             Ular adalah binatang yang istimewa, bagian-bagian organ dalam ular ini mengikuti kontur tubuhnya yang panjang dan ramping. Pada pengamatan anatomi terdapat kerongkongan, batang tenggorokan, paru-paru, untuk peredaran darah terdapat jantung terdiri atas bagian kiri dan kanan, hati lambung, kantung udara, pancreas, limpa, usus, ovarium, organ sekresi ginjal dan berakhir di kloaka (Jasin, 1984).

2.4      Zoogeografi

Reptil bisa ditemui di semua benua kecuali Antartika, walaupun distribusi Reptil yang utama hanya di daerah tropis dan sub-tropis. Habitat dari kelas reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu ordo Crocodilia dan beberapa anggota ordo Chelonia, beberapa sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, beberapa anggota ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil sub-ordo Ophidia dan Lacertilia (Wikipedia, 2012).
Reptilia hidup di rawa atau di sungai, atau di tapi laut. Untuk tempat perlindungan, misalnya buaya menggali lubang di tepi sungai.Makanan terdiri dari berbagai hewan.Reptilia mencakup empat ordo besar yaitu Chelonia atau Testudines, Squamata atau Lepidosauria, Rhynchocephalia, dan Crocodilia. Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang pohon. Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas persebarannya di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti pulau Komodo, Padar, Rinca dan di ujung barat pulau Flores (Wikipedia, 2012).
Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan rawa-rawa. Di perkotaan, biawak sering temukan hidup di gorong-gorong saluran air yang bermuara ke sungai.Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat teduh. Persebaran lacertilia sangat hampir setiap tempat dapat ditemukan kecuali di daerah Arktik, Antartika dan Greenland (Wikipedia, 2012).

2.5 Sistem Organ

1.      Sistem Sirkulasi
                 Sistem sirkulasi pada reptil lebih sempurna dari pada amfibi oleh sebab adanya paru-paru fungsional dan ginjal metanefros. Atrium jantung terbagi sempurna menjadi ruangan kanan dan kiri, sinus venosus menyatu dengan dinding atrium kanan, ventrikel terpisah oleh septum (sekat). Ventrikel pada aligator dan buaya terbagi menjadi 2 kamar secara sempurna (Sukiya,2005).
                 Jantung pada hewan ini terletak di bagian anterior ventral dari rongga thorax, terdiri dari sinus venosus yang kecil yang berfungsi menerima darah dari vena, dua buah auricular dan dua ventrucula.antara ventricular terdapat septum yang umumnya tidak sempurna karena masih terdapat foramen panizzae. Darah dari vena akan masuk ke dalam jantung melalui sinus venosus, auriculum dextra, ventruculum dextra, arteri pulmonalus dari paru-paru darah kembali masuk ke auriculum sinestra dan akan terus ke ventriculum sinestra. Dari sini akan melalui sepasang arcus aorticus yang selanjutnya ke arah dorsal mengelilingi oesophagus, dari dasar archus aorticus dexter muncul dua arteri ke leher dan kepala. Dua archus aorticus menghubungkan diri menjadi satu di sebelah dorsal menjadi aorta dorsalis yang akan memberikan darah kepada alatalat di dalam rongga tubuh, ke ektremitas posterior dan ekor. Darah vena dikumpulkan oleh vena cava anterior yang menampung darah dari kepala dan kedua ekstremitas anterior, sebuah vena cava posterior menampung darah dari organum reprodactivum dan ren, vena porta hepatica menampung darah dari tractus digestive yang memecah menjadi kapiler-kapiler di dalam hepar dan dikumpulkan oleh vena hepatica yang pendek. Vena epigastris pada masing-masing sisi pada rongga abdominalis menampung darah dari ekstremitas posterior, ekor, dan tubuh. Dari kedua vena cava tersebut akan masuk melalui sinus venosus (Kutnianti, 2009).
2.      Sistem Pencernaan
                  Sistem pencernaan pada reptil disesuaikan dengan kebiasaan makan. Reptil umumnya herbivora, hanya sedikit yang karnivora. Reptil karnivora kecil makanan pokoknya serangga dan avertebrata lain, sedangkan karnivora yang lebih besar mangsa pokoknya adalah vertebrata lain mulai dari ikan sampai mamal (Sukiya, 2005).
                  Reptil darat umumnya mempunyai kelenjar pencernaan di mulut yang berkembang lebih baik. Hal ini dihubungkan dengan keperluan untuk pelumasan  makanan yang kering agar mengurangi gesekan saat ditelan. Kelenjar-kelenjar ini antara lain di daerah fasial lingual dan sublingual. Kelenjar racun padareptil berasal dari beberapa kelenjar mulut tersebut. Kelenjar racun pada kadal beracun merupakan modifikasi dari kelenjar sublingual (Sukiya, 2005).
                  Lidah ular berkembang baik. Lidah dapat dijulurkan untuk menangkap mangsa, ujungnya dipertebal dan lengket sehingga mangsa dapat menempel. Ujung lidah ular bercabang dan dapat dijulurkan, berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan rangsangan kimia dari lingkungan luar. Esofagus mudah dibedakan dengan ventrikulus. Usus halus umumnya bergelung-gelung untuk memperbesar permukaan penyerangan. Caecum terletak pada titik persimpangan antara usus halus dan usus besar, tetapi tidak semua reptil memiliki (Sukiya, 2005).
                  Pada hewan ini terdapat dentes atau gigi yang berfugsi untuk mempertahankan serta mengunyah. Barisan gigi ini dapat dibedakan atas dua deretan, deretan gigi yang berbentuk kerucut menempel pada rahang dan gigi ini sebagai gigi pleurodont, bengkok kearah cavum oris. Pada tulang langit-langit (palatum) terdapat deretan gigi yang halus disebut dengan dentes palatini. Lingua pipih bersifat bipida atau bercabang dua terletak di dasar cavum oris. Kemudian pada belakang faring terdapat oesophagus yang merupakan saluran silindris menuju ventriculus yang terdiri atas bagin fundus yang agak bulat dan bagian kecil disebut pyloris. Bagian ini akan bersambung dengan intesinum tenue (usus halus) dan akan berlanjut di intestinum crasum (usus besar) yang biasa disebut rectum. Diantara kedua intestinum terdapat saecum yang pendek, dan pada akhirnya rectum bermuara pada kloaka. Kloaka merupakan muara umum dari tractus digestive dan reproduktifa(Kutnianti, 2009).
3.       Sistem Pernafasan
                  Paru-paru pada reptil lebih berkembang dari pada amfibi, tetapi masih lebih sederhana bila dibandingkan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Paru-paru kiri pada ular, tereduksi atau bahkan tidak ada. Reduksi atau eliminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh memanjang (Sukiya, 2005).
                  Pada proses respirasi, hewan ini mengambil udara melalui nares ekterna terus menembus plat yang keras menuju ke nares interna yang terletak di belakang lubang ekterna. Larynx tersusun atas tulang rawan tiga buah dan berisi beberapa pita suara. Selanjutnya berhubungan dengan trakea yang tersusun atas gelang-gelang tulang rawan. Trakea bercabang menjadi dua bronchi yang selanjutnya masing-masing menuju ke paru-paru. Paru-paru terbagi atas bagian anterior yang lebih kompleks (Jasin, 1984).
4.       Sistem Reproduksi
                  Sistem reproduksi dapat dibedakan antara sistem genitalis feminine (betina) dan sistem genitalis musculina (jantan). Sistem genitalis feminine terdiri atas sepasang ovarium yang berbentuk ovoid pada datarannya terdapat benjolan retroperitonial. Oviduct yang merupakan saluran yang berdinding tipis, mulai dari cranial sabagai corong ostium abdominalis. Oviduct memiliki kelenjar dindingnya yang memberi kulit keras pada ovum yang sudah dibuahi. Oviduct bermuara di kloaka yang dinding dorsal agak ke muka daripada muara ureter. System genitalis musculina terdiri atas sepasang testis yang berbentuk oval kecil yang berwarna keputih-putihan. Di dekatnya terdapat saluran epididimis kemudian dilanjutkan oleh saluran vasa deferensia. Pada bagian caudalnya bersatu dahulu dengan ureter baru masuk kloaka. Di samping itu semua terdapat alat kopulation yang disebut hemi-penis yang terjadi antara dua organon yang terjadi karena tonjolan dinding kloaka. Pada waktu istirahat melipat masuk dengan dinding otot di sebelahnya. Pada waktu copulation hemi-penis ditonjolkan keluar sedang otot daging ke sebelah dalam. Semua bagian alat-alat genitalis itu digantung oleh alat penggantung yang masing-masing ialah mesovarium untuk ovarium, ligamentum untuk oviduct, dan mesorchium untuk penis (Brotowijoyo, 1994).

2.6 Peran dalam Ekosistem

                 Beberapa Reptlia bermanfaat dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut(Wikipedia, 2012):
a.       Sebagai predator alami, contohnya ular memekan tikus, bengkarung memakan serangga.
b.       Sebagai bahan pangan, contohnya daging ular, daging kura-kura, dan telur penyu.
c.       Minyak ular atau racun ular dimanfaatkan manusia sebagai bahan obat-obatan.
d.      Beberapa reptilia juga merugikan, misalnya ular memangsa hewan ternak dan ular berbisa dapat membunuh manusia.
                 Banyak jenis kadal dan ular yang menguntungkan manusia karena memakan serangga dan rodentia. Banyak kulit ular yang diperdagangkan sebagai bahan baku pembuatan tas, sepatu dll. Bagi sebagian orang daging ular juga dijadikan makanan karena dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Bisa ular juga sebagai penawar gigitan ular.
                 Maha suci Allah yang telah menciptakan makhluk dengan sedemikian rupa dan juga dengan manfaat yang terdapat di dalam nya.

2.7 Dalil Penciptaan Reptil

Surah An Nuur 45 


Artinya :
                 Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. 24:45).
Penjelasan Ayat :
                 Pada ayat ini Allah mengarahkan perhatian manusia supaya memperhatikan binatang-binatang yang bermacam-macam jenis dan bentuknya.
                 Allah telah menciptakan semua jenis binatang itu dari air. Ternyata memang air itulah yang menjadi pokok bagi kehidupan binatang dan sebagian besar dari unsur-unsur yang ada dalam tubuhnya adalah air, dan tidak akan dapat bertahan dalam hidupnya tanpa air.
                 Di antara binatang-binatang itu ada yang melata yang bergerak dan berjalan dengan perutnya seperti ular. Di antaranya ada yang berjalan dengan dua kaki dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki, bahkan kita lihat pula di antara binatang-binatang itu yang banyak kakinya, tetapi tidak disebutkan dalam ayat ini karena Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan apa yang dikehendaki Nya bukan saja binatang-binatang yang berkaki banyak tetapi mencakup semua binatang dengan berbagai macam bentuk.
                 Masing-masing binatang itu diberinya naluri anggota dan alat-alat pertahanan agar ia dapat menjaga kelestarian hidupnya. Ahli-ahli ilmu hewan merasa kagum memperhatikan susunan tubuh anggota masing-masing hewan itu sehingga ia dapat bertahan atau menghindarkan diri dari musuhnya yang hendak membinasakannya.
                 Hal itu semua menunjukkan kekuasaan Allah dan atas ketelitian dan kekokohan ciptaan Nya. Memang tidaklah dapat manusia bagaimanapun tinggi ilmu dan teknologinya menciptakan sesuatu seperti ciptaan Allah.


BAB III

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Karakteristik umum reptil adalah tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin). Memiliki 2 pasang anggota badan. Masing-masing dengan 5 jari yang pada bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan untuk berlari, merayap atau memanjat. Anggota badan menyerupai dayung pada penyu, memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis kadal dan semua jenis ular. Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi   rongga oksipital. Jantung terdiri dari 4 ruang yang belum terpisah sempurna, 2 serambi dan ventrikel yang sebagian saling terpisah; 1 pasang bekas aorta; sel darah merah oval bikonkaf dengan inti. Respirasi dengan paru-paru. Terdapat 12 pasang syaraf cranial. Suhu tubuh berubah-ubah tergantung  suhu lingkungan (poikolotermis). Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi. Otak kecil sederhana, otak besar (serebrum) sudah mulai berkembang dengan tubuhnya disebut Neopalium. Gigi reptilian bervariasi, letak dirahang atas dan bawah yaitu maxilla dan mandibulla.
2.      Klasifilasi daro ordo squamata adalah:
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
                        Ordo : Squamata
                                    Subordo : Lacertilia/Sauria
                                                Famili Eublepharidae
                                                Famili Gekkonidae
                                                Famili Agamidae
                                                Famili Chameleonidae
                                                Famili Iguanidae

                                    Subordo : Serpentes/ Ophidia
                                                Famili Colubridae
                                                Famili Elapidae
Famili Viperidae
Famili Boidae
Famili Pythonidae
3.       Morfologi: Pada bagian morfologi  ular memiliki  mulut , dengan lidah yang bercabang yang menghasilkan bisa lidah yang panjang dan silindris berfungsi sebagai indera perasa dan peraba. Umumnya lidah berwarna hitam. Seluruh tubuh ular dibalut kulit yang elastis sehingga pergerakan tubuhnya sangat lentur. Lapisan epidermis kulit luar dapat kasar atau halus. Sisiknya tersusun rapi dari yang besar sampai kecil. Sisik ini sebenarnya merupakan “tulang kulit” yang disebut dermalcore atau osteoderm dan ada yang tersusun tumpang tindih (overlapping).
Anatomi: terdapat kerongkongan, batang tenggorokan, paru-paru, untuk peredaran darah terdapat jantung terdiri atas bagian kiri dan kanan, hati lambung, kantung udara, pancreas, limpa, usus, ovarium, organ sekresi ginjal dan berakhir di kloaka.
4.       Reptil bisa ditemui di semua benua kecuali Antartika, walaupun distribusi Reptil yang utama hanya di daerah tropis dan sub-tropis. Reptilia hidup di rawa atau di sungai, atau di tapi laut.
5.      Sistem organ dari reptil (ular) adalah Sistem Sirkulasi, Sistem Pencernaan, Sistem Pernafasan, Sistem Reproduksi.
6.      Diantara peran ular dalam ekosistem adalah Sebagai predator alami, sebagai bahan pangan, minyak ular atau racun ular dimanfaatkan manusia sebagai bahan obat-obatan.
7.      Dalil yang menyatakan mengenai penciptaan ular adalah Al-Quran surah An-Nuur:45 yang artinya “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

5.2 Saran

            Diharapkan untuk penuliasan makalah selanjutnya dapat digunakan istilah-istilah yang mudah agar mahaaiawa dapat memahaminya.selain itu diharapkan pada penulis untuk memperbanyak referensi yang dibutuhkan.


DAFTAR PUSTAKA


Brotowijoyo, Djarubito Mukayat. 1994.  Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Campbell, N. A., Jane, B. Reece., dan lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga
Hickman, P. Hickman, Jr. 2008. Integrated Principles Of Zoology, Fourteenth Edition. New York: McGraw-Hill
Jasin, Maskoeri. 1984.  Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Jaya
Kutniati, Tuti dkk. 2009.  Zoologi Vertebrata. Jakarta: UIN Sunan Gunung Djati
Sukiya. 2005. Zoology Vertebrata. Malang: UM Press








Tidak ada komentar:

Posting Komentar