MAKALAH ANATOMI
DAN FISIOLOGI MANUSIA
Anatomi, Fisologi Ginjal Manusia
Dan Batu Ginjal
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Anatomi
dan Fisiologi Manusia
Dosen Pengampu:
drg. Risma Aprinda K.
Disusun Oleh:
Anis Nur Laily (13620047)
Novivy Ratna Sari (13620051)
Lathifatul Qulbi (13620065)
Dafik Abayan (13620086)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah makalah yang
berjudul “Anatomi dan Fisologi Ginjal Manusia Serta Batu Ginjal” ini
dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini agar dapat menjadi
rujukan untuk mempelajari tentang Anatomi
dan Fisologi Ginjal Manusia Serta Batu Ginjal.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mencoba semaksimal mungkin dalam
penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah
ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memperbaiki makalah sederhana ini. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan, wawasan pembaca.
Malang, 25 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………...i
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelangsungan hidup dan
berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam,
asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel
juga bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan
berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus urinarius merupakan sistem yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur
yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen
plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa
metabolisme.
Tractus Urinarius atau Sistem Urinaria adalah suatu sistem sistem
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal
atau homeostatis, selain itu dalam sistem ini terjadi proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dan bersih dari zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh .Hasil keluaran sistem
urinari berupa urin atau air seni. Sistem ini terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Semua itu adalah ciptaan Allah yang dimana telah
tersusun rapi sesuai dengan takaran dan ukurannya masing-masing. Sebagaimana
Allah berfirman dalam Q.S. Al- Hijr ayat 21 yang berbunyi:
ÙˆَØ¥ِÙ†ْ Ù…ِÙ†ْ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ø¥ِÙ„َّا عِÙ†ْدَÙ†َا Ø®َزَائِÙ†ُÙ‡ُ ÙˆَÙ…َا Ù†ُÙ†َزِّÙ„ُÙ‡ُ
Ø¥ِÙ„َّا بِÙ‚َدَرٍ Ù…َعْÙ„ُومٍ
Artinya
: Dan tidak
ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (15: 21)
Allah Swt adalah pencipta alam semesta dan seluruh isinya. Allah
menentukan ukuran dan kapasitas tertentu bagi makhluk berdasarkan hikmah-Nya.
Karena Allah adalah pencipta, maka Dia pula yang akan memenuhi seluruh
kebutuhan makhluk-Nya dan Dia pula sumber seluruh potensi dan kemampuan seluruh
makhluk. Allah menurunkan setiap karunia-Nya dengan ukuran yang tepat,
sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat al-Quran dengan menggunakan kata
takdir yang berarti ukuran dan ketentuan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak
bermakna mengabaikan peran manusia dalam meraih anugerah dan kenikmatan Ilahi.
Ketika manusia berusaha, maka ia akan mendapatkan karunia tersebut. Secara
alamiah, tanpa usaha dan kerja keras, anugerah Ilahi tidak akan tercapai. (Dan
tiada) tidak ada (sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya) huruf
min adalah zaidah; yang dimaksud adalah kunci-kunci perbendaharaan segala
sesuatu itu (dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran-ukuran yang
tertentu) sesuai dengan kepentingan-kepentingannya.
Segala kebaikan yang ada pada Kami bagaikan khazanah yang penuh,
dari segi penyiapan dan pemberian pada waktunya. Tidak ada musibah yang menimpa
manusia kecuali sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, sejalan dengan hikmah
dan kebijaksanaan Kami di alam raya. Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang
dapat dipetik adalah alam semesta
berserta seluruh potensi dan kekayaannya berada di tangan Allah Swt dan Dia
menganugerahkan kenikmatan kepada makhluk-Nya sesuai kebutuhan berdasarkan
hikmah dan kemaslahatan. Dan segala sesuatu berasal dari Allah Swt. Dengan
demikian tidak boleh bagi umatnya mencari dan meminta kepada selain-Nya.
Ginjal merupakan unit kesatuan dari sistem traktus urinarius yang
terdapat sepasang organ yang berbentuk seperti kacang buncis, berwarna coklat
agak kemerahan yang terdapat pada kedua sisi kolumna vertebral posterior
terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam. Ginjal
terbentang dari verterba torakalis kedua belas sampai vertebra lumbalis ketiga.
Sebuah kelenjar adrenal terletak di kutub superior setiap ginjal, tetapi tidak
berhubungan secara langsung dengan proses eliminasi urine. Ginjal
berjumlah 2 buah, berat + 150 gr
(125 – 170 gr pada Laki-laki, 115 – 155 gr pada perempuan); panjang 5 –
7,5 cm; tebal 2,5 – 3 cm. Pada posisi berdiri letak ginjal kanan lebih rendah
daripada ginjal kiri. Hal ini adalah ukuran dalam ginjal yang sesuai dengan
bentuk dan fungsi ginjal itu sendiri sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-Qomar
ayat 49 yang berbunyi:
Ø¥ِÙ†َّا ÙƒُÙ„َّ Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ Ø®َÙ„َÙ‚ْÙ†َٰÙ‡ُ بِÙ‚َدَرٍ
Artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran. (Q.S. Al-Qomar
ayat 49)
Allah SWT adalah pencipta alam semesta dan seluruh isinya. Hal ini
mencakup semua makhluk, dan alam bagian atas maupun bagian bawah. Dia
menciptakannya dengan qadha’ (qadar) yang telah diketahui-Nya, tertulis oleh
pena-Nya, demikian pula sifat-sifat yang ada padanya, dan bahwa yang demikian
itu mudah bagi Allah. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman
di ayat selanjutnya, “Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan
seperti kejapan mata.”
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran yang
sesuai dengan hikmah. Seluruh apa yang ada di langit dan di bumi ini adalah
ciptaan Allah SWT, Dia adalah Pencipta seluruh jagad raya dunia ini. Allah SWT
menciptakan segala sesuatu itu menurut ukuran dan takarannya. Artinya Allah SWT
itu menciptakan sesuatu tidak asal buat saja, tetapi berdasarkan ukurannya dan
tentu saja mengandung hikmah yang begitu besar. Jadi semua itu sudah ada ukuran
dan takarannya, bahkan air yang turun dari langit sudah ada ukuran yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT dan segala sesuatu itu sudah diciptakan dan dirancang
Allah SWT dengan ukuran yang begitu rapinya.
Ginjal memiliki anatomi
berupa lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan
lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau medula. Lapisan
paling dalam berupa rongga ginjal yang disebut pelvis renalis. Selain
itu, terdapat beberapa bagian ginjal diantaranya adalah glemerolus, tubulus
ginjal, ureter, verika urinaria, dan uretra. Sehingga semuanya menjadi satu
kesatuan unit yang fungsional dalam menjankan mekanismenya seperti filtrasi,
augmentasi, dan sekresi. Adanya sistem ginjal yang bekerja juga mempengaruhi
keseimbangan cairan pada tubuh manusia karena organ ini pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh sekitar 1500 ml per
hari.
Banyak kejadian penyakit yang berhubungan dengan
ginjal sehingga mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh, seperti pada penyakit
batu ginjal. Batu ginjal merupakan bentuk deposit mineral, paling umum oksalat dan
fosfat; namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu. Penyakit ini juga
disebabkan beberapa faktor seperti usia, stress, sakit, kondisi lingkungan, dan
sebaginya. Oleh karena itu, untuk mempelajari penyakit yang terdapat pada
ginjal, maka makalah ini dibuat untuk mengetahui terlebih dahulu anatomi,
fisiologi, pengaturan cairan tubuh agar dapat memahami faktor penyebab dari
penyakit batu ginjal tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan
yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana anatomi dan fisiologi ginjal
manusia?
2.
Bagaimana susunan cairan tubuh dan pengaturan volume cairan tubuh manusia?
3.
Bagaimana pathogenesis penyakit batu ginjal?
1.3 Tujuan
Tujuan yang
terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi ginjal manusia.
2.
Untuk mengetahui susunan cairan tubuh dan pengaturan volume cairan tubuh manusia.
3.
Untuk mengetahui pathogenesis penyakit batu ginjal.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Ginjal
A. Pengertian Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ yang berbentuk seperti kacang
buncis, berwarna coklat agak kemerahan yang terdapat pada kedua sisi kolumna
vertebral posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian
dalam. Ginjal terbentang dari verterba torakalis kedua belas sampai vertebra
lumbalis ketiga. Sebuah kelenjar adrenal terletak di kutub superior setiap
ginjal, tetapi tidak berhubungan secara langsung dengan proses eliminasi urine. Ginjal
berjumlah 2 buah, berat + 150 gr
(125 – 170 gr pada Laki-laki, 115 – 155 gr pada perempuan); panjang 5 –
7,5 cm; tebal 2,5 – 3 cm. Pada posisi berdiri letak ginjal kanan lebih rendah
daripada ginjal kiri.
B. Struktur Ginjal
Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan
lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau medula. Lapisan
paling dalam berupa rongga ginjal yang disebut pelvis renalis.
1. Corteks
Korteks adalah lapisan bagian terluar pada ginjal. Pada bagian
korteks terdapat jutaan nefron yang terdiri dari badan malpighi dan tubulus (saluran).
Badan malpighi terdiri atas glomerulus yang diselubungi kapsula bowman. Tubulus
terbagi menjadi tubulus kontortus proksimal (dekat dengan malpighi), tubulus
kontortus distal (menjauhi malpighi), dan tubulus kolektivus (menuju kandung
kemih). Korteks pada
ginjal berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul sisa dan cairan sisa lainnya akan
dibuang.
2. Medulla
Medula adalah
lapisan dalam ginjal. Medula terdiri atas beberapa badan membentuk piramida
(kerucut). Di sini terdapat lengkung henle ascenden (naik) dan lengkung henle
descenden (turun). Lengkung ini menghubungkan antara tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distal. Disini, hasil penyaringan dari
korteks diserap zat-zat pentingnya, seperti garam, gula, dan asam amino. Bagian
ini berfungsi untuk mengkonsentrasikan urine.
3. Pelvis
Pelvis Renalis
(Rongga Ginjal) adalah tempat
bermuaranya tubulus ginjal. Pelvis Ginjal berfungsi sebagai tempat penampungan
urin dan membawa urin tersebut ke ureter. Urin dari Ureter akan dibawa ke
Kandung Kemih dan disimpan sementara pada Kandung kemih sampai waktunya
dikeluarkan melalui Uretra.
Ø Nefron
Unit
fungsional ginjal disebut nefron. Secara mikroskopis ginjal terdiri dari Nefron
berjumlah + 2,4 Juta. Secara
morfologis, ada 2 macam nefron:
a.
Nefron Cortical
Terdapat di 2/3 bagian luar Cortex, +85% jumlah Nefron mempunyai
Loop Henle pendek dikelilingi kapiler disebut Peritubuler Kapiler, atau degan kata lain nefron di mana
korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya
sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada medula.
b.
Nefon Juxta Medullary
Dekat ke arah Medulla + 15% dari Nefron. Glomerolus lebih besar,
loop Henle lebih panjang dikelilingi kapiler peritubulus disebut Vasa Retca
atau dengan kata lain, nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi
medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan
pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ø Bagian-bagian ginjal
adalah sebagai berikut :
1)
Glomerolus
Renalis memvascularisasi ginjal setelah bercabang-cabang akhirnya
menuju masing-masing Nefron dalam bentuk Arteriolle Afferent dan memasuki
tubulus yang mengalami invagensesi yang disebut Capsula Bowmani dan membentuk
kapiler. Capsula Bowmani dan capiler ini disebut Glomerolus. Capiler ini
meninggalkan Glomerolus dan membentuk Arteriolle Efferent, Arteriolle Efferent
ini membentuk kapiler yang mengelilingi tubule
2)
Tubulus Ginjal
Setelah
mengalami filtrasi, cairan akan ditampung dan mengalami berbagai proses di
tubulus ginjal.
(a)
Tubulus Proximalis
Menampung hasil
filtrasi Glomerolus, berkelok-kelok disebut Tubulus Contortus Proximalis
(b) Loop of Henle : kelanjutan tubulus proximalis tidak berkelok,
terdiri dari :
·
Pars Descenden, dibagi bagian tebal dan tipis
·
Pars Ascenden, dibagi 2 bagin tebal dan tipis
·
Ansa Henle : pertemuan pars Ascenden dan Descenden berupa
lengkungan.
(c) Tubulus Distalis, berkelok-kelok dan berakhir menjadi Tubulus Arcuatus yang bermuara ke dalam Tubulus Colectivus bergabung menjadi Ductus Papillaris Bellini dan menjadi Calix Minor
(d) Aparatus Justa Glomerolus merupakan sel ginjal yang menghasilkan Renin. Sel ini terdapat pada epithel tunik, media arteriole afferent di tempat arteriole ini
memasuki glomerolus.
3) Ureter
Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
(a)
Lapisan luar (Jaringan ikat/fibrosa)
(b)
Lapisan tengah (otot polos)
Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang mendorong urine melalui ureter. Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30
cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis
renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak
retroperitoneal (organ
pencernaan berada posterior dari peritoneum parieta ; pankreas, ginjal,
sebagian duodenum dan kolon, serta aorta abdominal.), masing-masing satu untuk setiap
ginjal.
4) Vesika
Urinaria/Kandung kemih/ Buli-buli
Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi
sebagai penampung air seni yang berubah-ubah, untuk selanjutnya diteruskan ke
uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Karenanya kandung kemih
dapat mengembang dan mengempis.Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic
floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
5) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih. Berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang
menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra
berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan
sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi.
2.2 Fisiologi Ginjal
1. Fungsi Ginjal :
a)
Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air
dalam darah.
b)
Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat
bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
c)
Kadar
ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan aldosteron
untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.
d)
Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena
kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin,
untuk menekan sekresi air) sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada
tubulus ginjal. Akibatnya konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98%.
1.
Mekanisme dasar fungsi ginjal
Pada
dasarnya fungsi utama ialah membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh dengan cara :
a)
Filtrasi
1.
Proses pembentukan urin diawali dengan
penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler
glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada
glomerulus mempermudah proses penyaringan.
2.
Selain penyaringan, di glomelurus juga
terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar
protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti
glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
3.
Hasil penyaringan di glomerulus disebut
filtrat glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium,
dan garam-garam lainnya
b)
Reabsorbsi
Mekanisme
reabsorbsi:
Bahan-bahan yang masih
diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus
proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat
sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino
meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa
osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus
distal. Substansi yang masih diperlukan
seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat amonia, obat-obatan
seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin
sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya
urea.
c)
Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif
molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi
yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah
terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
d)
Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Urine yg telah terbentuk (urine sekunder),
dari tubulus kontortus distal
akan turun menuju saluran pengumpul (duktus kolektivus), selanjutnya urine dibawa ke pelvis renalis.
Dari pelvis renalis, urine mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria
(kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara bagi urine. Jika
kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan
sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi urine yang dikeluarkan meliputi air, garam, urea, dan sisa substansi
lainnya seperti pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.
Warna urine setiap orang berbeda dan biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan
yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan, ataupun penyakit. Warna normal urine
adalah bening hingga kuning pucat.
Ø Hal-hal yang
mempengaruhi produksi urine:
1.
Jumlah air yang diminum
Jika seseorang banyak minum air maka
kosentrasi protein darah akan turun. Darah menjadi terlalu encer, sehingga
sekresi ADH terhalang. Maka penyerapan air oleh dinding
tubulus kurang efektif, sehingga, terbentuk urin yang banyak.Dan Apabila kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi (kadar) air
dalam darah menjadi rendah. Hal ini akan merangsang hipofisis mengeluarkan ADH.
Hormon ini akan meningkatkan reabsorpsi air di ginjal sehingga volume urine
menurun.
2.
Hormone Anti Deuretik
Hormon ini dihasilkan kelenjar
hipofisis bagian posterior. Sekresi ADH dikendalikan oleh
konsentrasi air dalam darah.Hormon antidiuretik mempengaruhi proses penyerapan
air oleh dinding tubulus. Bila sekresi ADH banyak, penyerapan
air oleh dinding tubulus akan meningkat, sehingga urin yang terbentuk sedikit.
Sebaliknya jika sekresi ADH kurang,
maka penyerapan air oleh dinding tubulus menurun, sehingga dihasilkan banyak
urin.
3.
Suhu
Jumlah dan type makanan merupakan faktor Ketika suhu
panas atau banyak mengeluarkan keringat, konsentrasi air dalam darah turun
mengakibatkan sekresi ADH meningkat
sehingga urin yang di hasilkan sedikit. Sebaliknya jika
suhu udara dingin konsentrasi air dalam darah naik sehingga menghalangi
sekresi ADH maka produksi urin banyak.
4.
Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine
yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
5. Saraf,rangsang
saraf renalis akan menyempitkan arteriole aferent,aliran darah
berkurang,filtrasi kurang afektif,urine sedikit.
6. Stress
dan emosi dapat menimbulkan produksi urine menjadi meningkat.
2.3 Susunan Cairan Tubuh
·
Air.
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60%
dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari
berat badannya.
·
Solut(terlarut).
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut elektrolit dan
non-elektrolit.
a) Elektrolit
: Substansi yang berionisasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan
arus listrik. Elektrolit berionsasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur
dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter)
atau dengan berat molekul dalam garam (milimol/litermEq/L). Jumlah kation dan
anion, yang diukur dalam miliekuivalen, mol/L dalam larutan selalu sama.
·
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam
larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan
kation intraselular utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat
di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
·
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam
larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion
intraselular utama adalah ion fosfat (PO4-).
Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan
interstisial secara esensial sama, nilai elektrolit plasma menunjukkan
komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan
interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan
komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua
kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan
atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan
dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit
palsma.
b) Non-elektrolit
: Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berionisasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya
yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
2.4 Pergerakan
Cairan Tubuh
Dalam perpindahan, cairan dan elektrolit
mempunyai berbagai macam cara, antara lain dengan difusi, osmosis, dan
transportasi aktif:
a)
Difusi
Difusi didefinisikan sebagai kecenderungan
alami dari suatu substansi untuk
bergerak dari suatu area dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke area dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Suatu contoh difusi adalah pertukaran oksigen
dengan karbon dioksida antara kapiler dan alveoli paru.
b) Osmosis
Merupakan bergeraknya
pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermiabel dari larutan yang
berkonsentrasi lebih rendah kekonsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya
menarik. Solut adalah zat pelarut, sedangkan solven adalah larutannya. Air merupakan
solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel. Pada kondisi osmosis, sedikit berbeda dengan
proses difusi. Jika pada difusi yang berpindah adalah materinya, sedangkan pada osmosis yang
berpindah adalah pelarutnya. Membran sebagai pembatas antara dua kompartemen
tersebut permeabel terhadap zat pelarut, tetapi tidak permeable terhadap solut
atau zat terlarut.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur
kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan
penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga
jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda dan di dalamnya dimasukkan
sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang
dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama
dengan larutan dalam sistem vaskular.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengankepekatan
rendah kelarutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran semipermiabel,
sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang
larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
c) Transport Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke
tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. Berbeda dengan difusi dan osmosis, proses
transport aktif memerlukan energi metabolik. Proses transfor aktif penting
untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalium antara cairan intraseluler
dan ekstraseluler. Dalam kondisi
normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada
cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.
Untuk mempertahankan keadaan ini, diperlukan mekanisme transfor aktif melalui
pompa natrium–kalium. Selain perpindahan internal dalam tubuh, cairan dan
elektrolit juga dapat mengalami penurunan akibat perpindahan keluar tubuh
(misalnya melalui urine dan keringat). Karenanya, tubuh memerlukan asupan
cairan dan elektrolit yang cukup setiap
hari.
2.5 Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan tubuh adalah
cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Kemudian elektrolit itu
sendiri adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman dan cairan intravena (IV) dan di
distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan
penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya,
peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting
untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang. Mempertahankan keseimbangan
asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan
tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar
dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan
antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.Water turnover
dibagi dalam:
1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara
tubuh dengan lingkungan luar; dan
2. Internal fluid
exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen seperti proses filtrasi
dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan
garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu
dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.Permasalahannya
adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia
konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi, seseorang mengkonsumsi
garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam
yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan
keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi
dengan cara:
a.
Mengontrol
jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
b.
Mengontrol
jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang
berperan mengontrol tekanan darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur
reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon
atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini disekresi leh sel
atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.Penurunan
reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine
sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan osmolaritas
cairan ekstrasel
Osmolaritas cairan adalah
ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. Semakin
tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi air dalam larutan tersebut. Air akan berpindah dengan cara osmosis
dari area yang konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi)
ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika
terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menembus membran plasma di
intrasel dan ekstrasel. Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di
cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan
aktivitas osmotik cairan ekstrasel. Sedangkan di dalam cairan intrasel, ion
kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.
Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan
perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik
di kedua kompartmen ini.
Ø Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui:
a. Perubahan osmolaritas
di nefron
Di sepanjang tubulus yang
membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas
yang pada akhirnya akan
membentuk urin yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh
secara keseluruhan di
duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (± 300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars desending sangat
permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke
kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen
tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle
pars asenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl
keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam tanpa osmosis air.
Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urin yang dibentuk di
duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresin/ ADH.
b. Mekanisme haus dan
peranan vasopresin (anti diuretic hormone/ ADH)
Peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel (> 280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypothalamus.
Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypothalamus yang menyintesis
vasopressin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah
dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. Ikatan vasopressin
dengan resptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal
air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan
urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau
pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dapat dipertahankan.
Ø Mekanisme Keseimbangan cairan
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik
(ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai hal tersebut antara lain :
1) Rasa Haus
Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan.
Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg.
Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap
perubahan osmolalitas pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel
akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Rasa
haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya
menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neuron yang bertanggungjawab meneruskan sensasi haus.
b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan
osmotic dan mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
2) Hormon ADH
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di dalam
neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi
juga dapat terjadi pada kondisi stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada
penggunaan beberapa jenis anestetik dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan
reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan
mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopresin
karena mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
2) Hormon Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar
natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin.
3) Prostaglandin
Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak jaringan
dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi
uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan
mengatur sirkulasi ginjal, reabsorpsi natrium.
4) Glukortikoid
Glukortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga memperbesar
volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan
kadar glukortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
Ø Hasil Pengeluaran Cairan
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan
haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi
melalui beberapa organ, yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.
a. Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini
disebabkan oleh aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi
demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilah insensible
water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.
b. Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu bentuk
respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau
kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
c. Pencernaan. Dalam kondisi normal,
jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan setiap harinya berkisar 100-200
ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan
penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 10C.
d. Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh. Pada
individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.
Ø
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Banyak faktor yang mampu mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Tugas perawat adalah mengidentifikasi
faktor-faktor yang mampu mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Hal ini dikarenakan pada setiap tahapan perkembangan mempunyai
kebutuhan yang berbeda. Berikut ini adalah hal-hal yang bisa mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit, yaitu:
1.
Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan
usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan
tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Secara normalnya, kebutuhan
cairan dan elektrolit akan berjalan beriringan dengan perubahan perkembangan
seseorang. Akan tetapi, hal itu bias berubah jika didapatkan penyakit.
Dikarenakan faktor penyakit ini akan mengganggu status hemostatis cairan dan
elektrolit.
2.
Temperatur
Lingkungan
Suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan
cairan dan elektrolit seseorang. Disaat suhu lingkungan mengalami peningkatan,
maka keringat akan lebih banyak dikeluarkan untuk menjaga kelembaban kulit dan
mendinginkan permukaan kulit yang panas. Ion natrium dan klorida juga
dilepaskan bersamaan dengan keringat. Sedangkan pada kondisi suhu lingkungan
dingin, respon tubuh kita berbeda. Saat itu, pori-pori tubuh mengecil dan
sedikit untuk memproduksi keringat karena kulit kita sudah lembab. Akan tetapi,
yang dieksresikan akan lebih banyak. Hal ini merupakan kompensasi tubuh untuk
menjaga regulasi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tersebut diperlukan asupan yang adekuat.
3.
Diet
Dalam mempertahankan status cairan dan
elektrolit, asupan cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium penting untuk
diperhatikan. Secara langsung asupan
yang seimbang akan menjaga keseimbangan cairan. Selain itu, asupan karbohidrat, protein, dan lemak juga berkaitan
dengan keseimbangan asam basa dan
nantinya berhubungan dengan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada saat tubuh
kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah
cadangan makanan yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi
pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh
pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4.
Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme
sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan
retensi sodium dan air. Proses ini dapat
meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5.
Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang
rusak, sehingga untuk memperbaiki sel
yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang
cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh, seperti
ketidakseimbangan hormonal, yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan
cairan.
2.6 Batu Ginjal
1.
Pengertian
Batu ginjal adalah bentuk deposit mineral,
paling umum oksalat dan fosfat;namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk
batu. Meskipun kalkus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran
perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. Batu
ginjal adalah batu (kalkuli) didalam nefron dan keberadaanya dapat menghambat
aliran urin, terjadinya obstruksi, secara perlahan dapat merusak unit fungsional
(nefron) ginjal. Selain itu dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa dan
ketidaknyamanan.
2. Komposisi dan Jenis Batu yang Terdapat dalam
Ginjal
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung
unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat
(MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan
penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
3. Jenis Batu
dalam Ginjal
a. Batu Kalsium
Batu kalsium
(kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar
75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
·
Hiperkalsiuria: Kadar kasium
urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi
kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi
kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid.
·
Hiperoksaluria: Ekskresi
oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca
pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi
instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama
bayam.
·
Hiperurikosuria: Kadar asam
urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak
sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat
dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.
·
Hipositraturia: Dalam urine,
sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi
ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi
pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
·
Hipomagnesiuria: Seperti halnya
dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium
karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium
oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
b.
Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu
infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih.
Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti:
Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus)
yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui
hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit.
c.
Batu Urat
Batu asam urat meliputi
5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout,
penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan,
alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami
penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah:
urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi
dan hiperurikosuria.
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal
secara pasti belum dapat diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan
karena adanya hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya
hiperkalsiuria. Kadang–kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang
menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa
albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu. Penyebab
terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
a.
Faktor
intrinsik
1.
Herediter;
diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2.
Umur; paling
sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3.
Jenis kelamin;
jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b. Faktor
ekstrinsik
1.
Geografi; pada
beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah
lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2.
Iklim dan
temperatur.
3.
Asupan air;
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
4.
Diet; diet
tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5.
Pekerjaan;
penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
4.
Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran
kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan
proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
·
Adanya
presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni
jenuh akan terjadi pengendapan.
·
Adanya inti (
nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini menjadi
inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada
inti tersebut.
·
Perubahan pH
atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.
5.
Teori
Terbentuknya Batu Saluran Kemih
·
Teori nukleasi:
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
·
Teori matriks:
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
·
Penghambat
kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal
yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika
kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya
batu dalam saluran kemih. Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa
obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih
bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada
batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau
hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan
infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen
(gagal ginjal).
6.
Komplikasi
·
Sumbatan atau obstruksi
akibat adanya pecahan batu.
·
Infeksi, akibat
diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
·
Kerusakan
fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau pengangkatan
batu ginja
BAB III
PENUTUP
2.5
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan makalah
yang disajikan adalah sebagai berikut:
1.
Anatomi ginjal adalah ginjal mempunyai 3 lapisa. Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan
lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau medula. Lapisan paling
dalam berupa rongga ginjal yang disebut pelvis renalis. Sedangkan bagian-bagian ginjal adalah Glomerolus,
Tubulus Ginjal, Ureter, Vesika Urinaria, Uretra. Fungsi ginjal adalah mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi
air dalam darah, mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Fungsi
utama ialah membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh dengan cara filtrasi, reabsorbsi, sekresi, augmentasi.
2.
Susunan cairan tubuh yaitu air dan zat terlarut. Zat terlarut mengandung dua jenis substansi terlarut elektrolit
dan non-elektrolit. Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel.
3.
Batu ginjal
adalah batu (kalkuli) didalam nefron dan keberadaanya dapat menghambat aliran
urin, terjadinya obstruksi, secara perlahan dapat merusak unit fungsional
(nefron) ginjal. Selain itu dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa dan
ketidaknyamanan. Mekanisme pembentukan batu ginjal diantaranya adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam
air seni, dimana apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan, adanya inti ( nidus ), perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam
air seni akan menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
DAFTAR PUSTAKA
Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Elisabeth. Jakarta : EGC
Ethel Sloane. 2003. Anatomi
dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2007. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
Kus Irianto. 2004. Struktur
dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung : Kanisius
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika:.
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi
dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: PT Gramedia
Saiffuddin.
2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar