Makalah Tentang Siklus Sel
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
1.
Dian Eka Pratiwi (13620046)
2.
Anis Nur Laily (13620047)
3.
Desy Rahma Y (13620048)
4.
Putri Mardyana (13620049)
5.
Zahroul Afifah (13620050)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah makalah
yang berjudul ‘Siklus Sel” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini
agar dapat menjadi rujukan untuk mempelajari tentang siklus sel.
Dalam penulisan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin dalam
penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak,begitupun dengan makalah
ini,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memperbaiki makalah sederhana ini.
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan,wawasan mengenai materi siklus
sel.
Malang, 16 Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................................
i
DAFTAR ISI
..............................................................................................................
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
........................................................................................................
1
B.Rumusan
Masalah...................................................................................................
2
C.Tujuan
................................................................................................................... 2
D.Manfaat
.................................................................................................................
3
BAB II.
PEMBAHASAN..........................................................................................
4
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
................................................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................................
26
Siklus sel adalah kegiatan sel yang terjadi dari satu
pembelahan sel ke pembelahan sel
berikutnya. Siklus sel mencakup dua fase,
yaitu: Fase Persiapan (interfase) dan
Fase Pembelahan (Mitosis). Pada Interfase, biasanya mencakup sekitar 90%
siklus sel. Pada saat interfaselah
sel bertumbuh dan membuat salinan kromosom-kromosom sebagai persiapan
untuk pembelahan sel.
A. Fase
Persiapan (Interfase)
Interfase dapat dibagi menjadi subfase : fase G1, fase S
(sintesis), fase G2. Selama ketiga
subfase, sel bertumbuh dengan cara menghasilkan
protein dan organel sitoplasma seperti mitokondria dan retikulum
endoplasma. Akan tetapi, kromosom
diduplikasi hanya pada fase S. Dengan demikian sel bertumbuh (G1), terus tumbuh sambil menyalin
kromosom-kromosomnya (S), bertumbuh lagi sambil menyelesaikan persiapan
untuk pembelahan sel (G2) dan membelah atau fase Mitosis. Sel-sel
anakan kemudian bisa mengulangi siklus tersebut.
Priode G1 (Gab : rentang) adalah priode sel sedang aktif mensintesis RNA (traskripsi) dan protein (translasi). Ini
berguna untuk membentuk protoplasma baru yang membina sel anak kelak. Selain bahan genetis, seluruh bahan
sitoplasma dan organel dibuat rangkap
dua. Dengan proses transkripsi dan translasi serta sintesis bahan protoplasma
baru, menyebabkan inti dan protoplasma bertambah volumenya dari keadaan normal.
Priode S (Sintesis), ialah masa aktif mensintesis
DNA (replikasi). Pilinan benang DNA yang sepasang akan longggar dan terbuka
karena kehadiran enzim replikasi. Enzim ini dapat melepaskan DNA benamannya
dalam histon dan non histon sehingga ia
akan terangsang bereplikasi. Tiap belahan DNA lama akan membentuk DNA baru,
sehingga DNA anak ada dua pasang,
terdiri dari sebelah DNA lama dan
sebelah lagi DNA baru. Replikasi
prinsipnya sama dengan traskripsi, hanya saja yang dibentuk adalah DNA juga,
bukan RNA. Basanya setangkup selalu Adenin
dari DNA lama membentuk Timin dari
DNA baru, Sitokinin dari DNA lama membentuk Guanin dari DNA baru.
Terdapat dalam Jurnal Natur
Indonesia I1 (1): 1 - 11 (1999) TELAAH BEBERAPA FUNGSI
TITIK-UJI SIKLUS PEMBELAHAN SEL FASE G1 DAN S DARI
INHIBITORKINASE-BERGANTUNG-SIKLIN SIC1 Oleh:Titania Tjandrawati
Nugroho, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Riau. Menjelaskan
bahwa sebelum pembagian, sel harus memastikan bahwa mereka menyelesaikan
replikasi DNA, perbaikan DNA dan perakitan spindel, serta pertumbuhan ukuran tertentu.
Hal ini dilakukan dengan kontrol umpan balik pada titik-titik dalam siklus sel
yang disebut pos pemeriksaan. Karena Sic1 dapat menghambat Cdc28 dan hilangnya
Sic1 menyebabkan tingginya tingkat kehilangan dan kerusakan kromosom, peran
yang jelas untuk Sic1 adalah sebagai protein pos pemeriksaan yang memantau
berhasil menyelesaikan peristiwa siklus sel tertentu dan menghentikan siklus
sel sebelum peristiwa lain dapat dimulai. Dalam makalah ini fungsi beberapa pos
Sic1 di fase G1 dan S dari siklus sel diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Sic1 tidak diperlukan untuk penangkapan siklus sel sebagai respons terhadap
kerusakan DNA atau sintesis DNA lengkap, respon terhadap feromon kawin atau
kelaparan nitrogen. Attemps di memperlambat siklus sel di G1 awal atau fase S
tidak menyelamatkan Dsic1 sel dari kehilangan dan kerusakan kromosom.
Priode G2, ialah persiapan sitoplasma untuk membelah, pada riode inilah
bahan yang disintesis pada priode G1
dirampungkan, sehingga bahan sitoplasma dan organel menjadi rangkap dua: priode G2 akan disusul dengan
fase pembelahan sel.
Gambar 1. Siklus Sel , Fase Persiapan (Interfase)
Sel manusia tertentu mungkin
mengalami satu pembelahan dalam 24 jam . Dari priode itu, fase Mitosis
menghabiskan kurang dari satu jam, sedangkan fase S mungkin berlangsung 10-12
jam, atau sekitar separuh siklus. Sisa waktu mungkin dibagi rata antara fase G1
dan fase G2. Fase G2 biasanya berlangsung
4 – 6 jam dalam contoh kita G1 akan berlangsung sekitar 5 – 6 jam. G1
adalah fase dengan lama waktu yang paling bervariasi pada tipe sel yang
berbeda.
Terdapat dalam journal The
initiation of cell division in a contact-inhibited mammalian cell line, oleh George J.
Todaro, Gerald K. Lazar, Howard Green. Article first published online: 4 FEB
2005. Yang didalamnya menerangkan tetang, Sel-sel dari garis mouse didirikan
fibroblast, 3T3, memiliki efisiensi plating tinggi dan tumbuh pesat dalam
budaya jarang, tetapi berhenti tumbuh pada kepadatan sangat rendah saturasi
dibandingkan dengan garis lain, karena 3T3 sangat sensitif untuk menghubungi
penghambatan pembelahan sel. Setelah setiap perubahan menengah, Namun, ada
terjadi pada sebagian kecil dari sel-sel dalam kultur kerapatan saturasi
serangkaian perubahan yang menghasilkan sebuah divisi yang agak disinkronkan
tunggal 30 jam kemudian. Hal ini disebabkan zat makromolekul dalam serum yang
muncul untuk bertindak dengan mengurangi sensitivitas sel untuk kontak inhibisi.
Acara dikenali pertama setelah penambahan serum untuk budaya fase diam adalah
peningkatan sepuluh kali lipat dalam tingkat sintesis RNA, terjadi dalam waktu
30 menit. Kenaikan dalam tingkat sintesis protein berikut beberapa jam
kemudian. Sintesis DNA tidak dimulai sebelum 12 jam, melainkan dua jam setelah
perubahan menengah fraksi yang cukup dari sel-sel menjadi berkomitmen untuk
sintesis DNA dan pembelahan sel akhirnya. Urutan peristiwa menunjukkan bahwa
regulasi sintesis RNA adalah sarana yang inhibisi kontak mengontrol pembelahan
sel.
B. Fase Pembelahan Sel (Fase Mitosis)
Pada
fase pembelahan sel (fase mitosis)
adalah salah satu bagian siklus sel.
Pada fase ini diawali dengan serangkaian proses fosforilasi protein yang dipicu
faktor pemrakarsa mitosis an diakhiri oleh proses defosforilasi, sehingga
protein-protein tersebut kembali
kekeadaan interfase.Fosforilasi yang terjadi selama mitosis mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan morfologis pada sel, umpamanya pemadatan
kromosom, menghilangnya selubung nuklear dan perubahan sitoskelet.
Secara
konvensional mitosis dibagi menjadi lima tahap, yaitu : Profase,
prometafase, metafase, anafase, dan telofase.
Sitokinesis diawali pada anafase dan berakhir pada saat pembelahan
sel.
Profase. Pada Profase, sentromer
membelah setiap anakan sentroma menjadi pusat mikrotubul aster yang terpisah.
Ujung-ujung bebas mikrotubula dari
setiap aster memanjang, sehingga kedua sentrosom saling berjauhan. Pada saat
itu anyaman kromatin di dalam nukleus telah mengalami replikasi dan memadat
membentuk kromosom. Setiap kromosom memiliki daerah tertentu yaitu sentromer
yang diperlukan untuk pemisahan kromatida.
Prometafase. Selubung nuklear
menghilang, menyebabkan terjadinya hubungan antara kromosom dengan mikrotubul
dari setiap sentrosom. Dua anakan
sentrosom, sekarang disebut kutub gelendong. Bersamaan dengan pembentukan
gelendong mitotik, di sentromer setiap kromosom terbentuk pula suatu struktur
yang terdiri dari molekul-molekul protein yang rumit. Struktur ini disebut Kinekotora.
Gambar 2 : Pembelahan Mitosis. Mitosis terdiri dari pembagian bahan inti
(karyokinesis) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma) dan menghasilkan dua sel
anak yang identik melalui tahapan-tahapan :
profase,metafase, anafase dan telofase.
Metafase. Beberapa
ujung positif mikrotubul gelendong mitotik menempel pada setiap kinetokor yang berada di
dekatnya. Mikrotubul tersebut
dinamakan mikrotubul kinetokor. Akibat
interaksi antara mikrotubul gelendong mitotik dengan kromosom menyebabkan
pebagian kromosom ke sel anakan sama. Dari beberpa percobaan dinyatakan bahwa
apabila mikrotubul kinetokor dari salah satu kutub dirusak atau diganggu maka
kromosom segera berpindah kearah kutub yang mikrotubul kinetokornya masih utuh.
Demikian pula bila perlekatan dua buah kromatin di sentromer dirusak, maka tiap
kromatid akan segera berpindah ke kutub-kutub sel.
Waktu yang digunakan untuk
pembelahan sel dapat diperpanjang beberapa jam atau beberapa hari, apabila pada
stadium profase akhir atau prometafase sel dipengaruhi dengan obat antibiotik
seperti kolkisin, vimblastin.
Seperti yang terdapat dalam journal
I. M. Hagan dan J.S. Hyams+ Penulis
Afiliasi Departemen Biologi, University College London,
Inggris 1 maret 1988 J your Sci 89, 343-357, Penggunaan siklus pembelahan sel
mutan untuk menyelidiki kontrol distribusi mikrotubulus dalam ragi fisi pombe
Schizosaccharomyces . Ditandai perubahan dalam organisasi mikrotubulus
yang terjadi melalui siklus pembelahan sel dari ragi fisi pombe
Schizosaccharomyces dengan mikroskop imunofluoresensi tidak langsung. Selama
interfase, kelompok mikrotubulus sitoplasma, independen dari tubuh tiang
spindle (SPB), membentuk sebuah array memperluas antara ujung sel. Mikrotubulus
ini terlibat dalam posisi inti di ekuator sel dan dalam pembentukan polaritas
sel. Pada mitosis, array interfase menghilang dan digantikan oleh spindle
intranuklear memperluas antara SPBs sekarang diduplikasi. Pemanjangan gelendong
melihat penampilan astral mikrotubulus yang berasal dari muka sitoplasma dari
SPBs. Ini bertahan sampai akhir anafase dimana gelendong mikrotubulus
mikrotubulus pusat depoliymerize dan dua pengorganisasian (MTOC) di ekuator sel
membangun kembali array interfase. Sehingga
telah menggunakan sifat unik dari mutan siklus pembelahan sel untuk
menyelidiki lebih lanjut berbagai fungsi array mikrotubulus yang berbeda dan
kontrol mereka temporal dan posisional.
Anafase. Fase ini
ditandai dengan terbelahnya kromosom menjadi dua kromatida, masing-masing
dengan sebuah kinetokora. Pemrakarsa anafase, bukan hanya gaya tarik dan dorong dari gelendong mitotik saja.
Beberapa percobaan menunjukkan bahwa kenaikan kadar Ca 2+ pada awal anafase.
Setelah kromosom terbelah menjadi dua kromatida, maka setiap kromatida bergerak
menuju kekutub gelendong mitosis masing-masing. Di sini kromatida-kromatida
tersebut dirakit menjadi inti sel (nukleus) baru. Menjelang akhir anafase,
setiap belahan kromosom membentuk dua kelompok, satu kelompok pada tiap kutub
gelendong.
Telofase.
Selubung nuklear yang pada akhir profase
tersebar, terakit kembali di sekeliling setiap kelompok kromosom baru untuk
membentuk dua nukleus anakan yang berada pada stadium interfase. Segera setelah proses defosforilasi, vesikula
selaput nuklear berhubungan denga setiap kromosom dan melebar membentuk kembali
selubung nuklear. Selama proses
defosforilasi pori nuklear terakit kembali dan molekul-molekul lamin yang
terdefosforilasi bergabung kembali membentuk lamina nuklear. Setelah nuklei
terbentuk sintesis RNA berlangsung lagi setiap anakan nukleus yang menyebabkan
nukleulus tampak kembali di setiap nukleus. Disaat itu pula kromosom terurai
menjadi benang-benang kromatin dan membentuk susunan seperti pada saat
interfase sel induknya.
Di
terangkan pada jurnal penelitian,
bahwa laju pembelahan sel dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk suhu, atau pengaruh enzim dan hormon Jurnal yang berjudul Mutan
Saccharomyces cerevisiae tidak responsif untuk mengontrol pembelahan sel oleh hormon
polipeptida kawin. Oleh ; L H Hartwell. Diterangkan bahwa, Suhu-sensitif mutasi yang menghasilkan
ketidakpekaan untuk menangkap pembagian dengan alpha-faktor, feromon kawin,
diisolasi dalam suatu strain MATA dari Saccharomyces cerevisiae dan ditunjukkan
oleh studi komplementasi untuk difine delapan gen. Semua mutasi (ditunjuk ste)
menghasilkan sterilitas pada suhu ketat dalam sel Mata, dan mutasi di tujuh
dari gen menghasilkan sterilitas dalam sel alfa MAT. Dalam hal tidak ada
sterilitas yang terkait dengan mutasi coorectible oleh termasuk wild type sel
jenis perkawinan yang sama dalam tes kawin juga tidak bahkan dari mutan
menghambat kawin dari sel tipe liar; cacat tampaknya intrinsik untuk sel untuk
mutasi di setiap gen. Rupanya, tidak ada mutan cacat secara eksklusif dalam
penangkapan pembagian dengan alpha-faktor, seperti sterilitas tidak ada yang
ditekan oleh mutasi suhu-sensitif 28 CDC (yang terakhir memaksakan penangkapan
divisi pada tahap siklus sel yang benar untuk kawin). Para mutan diperiksa
untuk fitur yang diinduksi dalam sel MATA oleh faktor alfa (agglutinin sintesis
serta penangkapan divisi) dan untuk karakteristik yang membedakan MATA
konstitutif dari sel MAT alpha (faktor-produksi, alpha-faktor kehancuran).
Mutan ste2 rusak khususnya di dua sifat diinduksi, sedangkan ste4, 5, 7, 8, 9,
11, dan 12 mutan rusak, untuk berbagai tingkat, di konstitutif serta aspek
diinduksi. Mutasi di ste8 dan 9 mengasumsikan pola pemula seperti kutub baik
MATA atau sel alfa MAT namun karakteristik Mata / alpha sel. Penelitian ini
mendefinisikan tujuh gen yang berfungsi dalam dua jenis sel (Mata dan alpha)
untuk mengontrol diferensiasi jenis sel dan satu gen, ste2, yang berfungsi
secara eksklusif dalam sel MATA untuk menengahi respon terhadap hormon polipeptida.
Sitokinesis
Fitur kedua
dari M fasa adalah waktu di mana komponen-komponen lain dari sel-membran,
sitoskeleton, organel, dan protein-larut didistribusikan ke dua sel anak
melalui proses yang disebut sitokinesis. Ini adalah tugas akhir yang sel harus
menyelesaikan untuk menyelesaikan reproduksi
Gambar 3. Sitokinesis
Sebuah
kerutan batin dari membran sel adalah tanda pertama dari sitokinesis. Hal ini
disebabkan oleh struktur cytoskeletal kedua disebut cincin kontraktil
[2], yang mulai mengencangkan di wilayah sel. Kerut terjadi tegak lurus
terhadap gelendong mitosis yang menarik kromosom ke sisi berlawanan dari sel
dan dengan demikian memastikan divisi seluler akan menghasilkan satu inti di
masing-masing sel anak. Setelah
berkumpul, cincin kontraktil akan memperketat lebih lanjut dan lebih lanjut
sampai sel terjepit dalam dua. Gaya yang dibutuhkan untuk melakukan ini adalah
disediakan oleh arsitektur molekul dari cincin kontraktil, yang terdiri dari
dua jenis filamen (disebut aktin dan myosin filamen) yang meluncur di atas satu
sama lain untuk menciptakan suatu kekuasaan pengetatan [2]. Bahkan, cincin
kontraktil yang mampu mengerahkan kekuatan cukup kuat untuk membengkokkan jarum
halus kaca dimasukkan ke dalam sel. Ini adalah struktur sementara yang secara
bertahap menjadi lebih kecil sebagai hasil sitokinesis dan disassembles benar
sekali sel dibelah dua.
Setelah
sitokinesis selesai, sel telah berhasil melewati satu putaran siklus sel dan
menghasilkan dua sel dari prekursor tunggal. Untuk bakteri atau ragi, yang
organisme bersel tunggal, hal ini pembelahan sel akan menghasilkan organisme
baru dan lengkap. Dalam organisme multiseluler (seperti manusia), sebuah telur
dibuahi bersel tunggal memerlukan banyak pembelahan sel untuk membuat individu
baru. Dalam kedua kasus itu adalah penyelesaian siklus sel yang menghasilkan
organisme baru, sebuah proses yang bisa berlangsung sepanjang hidup. Dalam
sebuah manusia dewasa, untuk saraf misalnya, dewasa dan sel-sel otot tidak membagi
sama sekali. Sel-sel hati membagi setahun sekali. Lebih dari satu divisi setiap
hari terjadi dalam prekursor sel darah di sumsum tulang dan sel-sel lapisan
usus. Kelangsungan hidup kita memerlukan produksi jutaan sel detik. Fakta ini
digambarkan oleh paparan organisme untuk dosis besar x-sinar yang menghentikan
semua pembelahan sel dan menyebabkan seorang individu mati dalam beberapa hari.
Pada akhirnya, itu adalah siklus sel yang menjamin hidup akan selalu mampu
menghasilkan kehidupan yang lebih dalam cara yang terorganisir.
DAFTAR
PUSTAKA
Sipahutar. H, Sianturi. P, Hasanah. U, Silitonga. M,
Girsang. J, 2007, Biologi Sel, Medan, FPMIPA UNIMED.
Campbell.N. A, Reece. J.B, 2008, BIOLOGI
Eighth Edition Jilid I , Pearson
Education Inc. Translation copyright by Penerbit Erlangga.
Subowo, DR, 1986,
BIOLOGI SEL , Bandung, Penerbit
Elstar Offset .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar