Total Tayangan Halaman

Senin, 25 April 2016

Makalah Tentang Siklus Sel



Makalah Tentang Siklus Sel

 

Dosen Pengampu :







DISUSUN OLEH :

1.      Dian Eka Pratiwi                     (13620046)
2.      Anis Nur Laily                        (13620047)
3.      Desy Rahma Y                        (13620048)
4.      Putri Mardyana                       (13620049)
5.      Zahroul Afifah                        (13620050)





JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015

KATA PENGANTAR


            Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya lah makalah yang berjudul ‘Siklus Sel” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Serta para pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini agar dapat menjadi rujukan untuk mempelajari tentang siklus sel.
          Dalam penulisan makalah ini penulis mencoba semaksimal mungkin dalam penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak,begitupun dengan makalah ini,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah sederhana ini.
            Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan,wawasan mengenai materi siklus sel.




Malang, 16 Februari 2015



Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................  i   
DAFTAR ISI ..............................................................................................................  ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................................................  1
B.Rumusan Masalah...................................................................................................   2
C.Tujuan  ...................................................................................................................    2
D.Manfaat  .................................................................................................................   3
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................   4
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................................  25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................  26








Siklus sel adalah kegiatan sel yang terjadi dari satu pembelahan sel  ke pembelahan sel berikutnya.  Siklus sel mencakup dua fase, yaitu: Fase Persiapan (interfase) dan Fase Pembelahan (Mitosis).   Pada Interfase,  biasanya mencakup sekitar  90%  siklus sel. Pada saat interfaselah  sel bertumbuh dan membuat salinan kromosom-kromosom sebagai persiapan untuk pembelahan sel.
A.  Fase Persiapan (Interfase)
  Interfase dapat dibagi menjadi subfase : fase G1, fase S (sintesis),  fase G2. Selama ketiga subfase, sel bertumbuh dengan cara menghasilkan  protein dan organel sitoplasma seperti mitokondria dan retikulum endoplasma.  Akan tetapi, kromosom diduplikasi hanya pada fase S. Dengan demikian sel bertumbuh  (G1), terus tumbuh sambil menyalin kromosom-kromosomnya (S), bertumbuh lagi sambil menyelesaikan persiapan untuk  pembelahan sel (G2)  dan membelah atau fase Mitosis. Sel-sel anakan kemudian bisa mengulangi siklus tersebut.
Priode G1 (Gab : rentang) adalah priode sel sedang aktif mensintesis  RNA (traskripsi) dan protein (translasi). Ini berguna untuk membentuk protoplasma baru yang membina sel anak kelak.  Selain bahan genetis, seluruh bahan sitoplasma  dan organel dibuat rangkap dua. Dengan proses transkripsi dan translasi serta sintesis bahan protoplasma baru, menyebabkan inti dan protoplasma bertambah volumenya dari keadaan normal.
Priode S (Sintesis), ialah masa aktif mensintesis DNA (replikasi). Pilinan benang DNA yang sepasang akan longggar dan terbuka karena kehadiran enzim replikasi. Enzim ini dapat melepaskan DNA benamannya dalam histon dan non histon  sehingga ia akan terangsang bereplikasi. Tiap belahan DNA lama akan membentuk DNA baru, sehingga  DNA anak ada dua pasang, terdiri dari sebelah DNA lama  dan sebelah lagi DNA baru.  Replikasi prinsipnya sama dengan traskripsi, hanya saja yang dibentuk adalah DNA juga, bukan RNA. Basanya setangkup selalu Adenin dari DNA lama membentuk Timin dari DNA baru, Sitokinin  dari DNA lama membentuk Guanin dari DNA baru.
Terdapat dalam  Jurnal Natur Indonesia I1 (1): 1 - 11 (1999) TELAAH BEBERAPA FUNGSI TITIK-UJI SIKLUS PEMBELAHAN SEL FASE G1 DAN S DARI INHIBITORKINASE-BERGANTUNG-SIKLIN SIC1 Oleh:Titania Tjandrawati Nugroho, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.  Menjelaskan bahwa sebelum pembagian, sel harus memastikan bahwa mereka menyelesaikan replikasi DNA, perbaikan DNA dan perakitan spindel, serta pertumbuhan ukuran tertentu. Hal ini dilakukan dengan kontrol umpan balik pada titik-titik dalam siklus sel yang disebut pos pemeriksaan. Karena Sic1 dapat menghambat Cdc28 dan hilangnya Sic1 menyebabkan tingginya tingkat kehilangan dan kerusakan kromosom, peran yang jelas untuk Sic1 adalah sebagai protein pos pemeriksaan yang memantau berhasil menyelesaikan peristiwa siklus sel tertentu dan menghentikan siklus sel sebelum peristiwa lain dapat dimulai. Dalam makalah ini fungsi beberapa pos Sic1 di fase G1 dan S dari siklus sel diuji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sic1 tidak diperlukan untuk penangkapan siklus sel sebagai respons terhadap kerusakan DNA atau sintesis DNA lengkap, respon terhadap feromon kawin atau kelaparan nitrogen. Attemps di memperlambat siklus sel di G1 awal atau fase S tidak menyelamatkan Dsic1 sel dari kehilangan dan kerusakan kromosom.
Priode G2, ialah persiapan sitoplasma untuk membelah, pada riode inilah bahan yang disintesis  pada priode G1 dirampungkan, sehingga bahan sitoplasma dan organel menjadi  rangkap dua: priode G2 akan disusul dengan fase pembelahan sel.
Gambar  1. Siklus Sel , Fase Persiapan (Interfase)
Sel manusia tertentu mungkin mengalami satu pembelahan dalam 24 jam . Dari priode itu, fase Mitosis menghabiskan kurang dari satu jam, sedangkan fase S mungkin berlangsung 10-12 jam, atau sekitar separuh siklus. Sisa waktu mungkin dibagi rata antara fase G1 dan fase G2. Fase G2 biasanya berlangsung   4 – 6 jam dalam contoh kita G1 akan berlangsung sekitar 5 – 6 jam. G1 adalah fase dengan lama waktu yang paling bervariasi pada tipe sel yang berbeda.
 Terdapat dalam journal  The initiation of cell division in a contact-inhibited mammalian cell line, oleh George J. Todaro, Gerald K. Lazar, Howard Green. Article first published online: 4 FEB 2005. Yang didalamnya menerangkan tetang, Sel-sel dari garis mouse didirikan fibroblast, 3T3, memiliki efisiensi plating tinggi dan tumbuh pesat dalam budaya jarang, tetapi berhenti tumbuh pada kepadatan sangat rendah saturasi dibandingkan dengan garis lain, karena 3T3 sangat sensitif untuk menghubungi penghambatan pembelahan sel. Setelah setiap perubahan menengah, Namun, ada terjadi pada sebagian kecil dari sel-sel dalam kultur kerapatan saturasi serangkaian perubahan yang menghasilkan sebuah divisi yang agak disinkronkan tunggal 30 jam kemudian. Hal ini disebabkan zat makromolekul dalam serum yang muncul untuk bertindak dengan mengurangi sensitivitas sel untuk kontak inhibisi. Acara dikenali pertama setelah penambahan serum untuk budaya fase diam adalah peningkatan sepuluh kali lipat dalam tingkat sintesis RNA, terjadi dalam waktu 30 menit. Kenaikan dalam tingkat sintesis protein berikut beberapa jam kemudian. Sintesis DNA tidak dimulai sebelum 12 jam, melainkan dua jam setelah perubahan menengah fraksi yang cukup dari sel-sel menjadi berkomitmen untuk sintesis DNA dan pembelahan sel akhirnya. Urutan peristiwa menunjukkan bahwa regulasi sintesis RNA adalah sarana yang inhibisi kontak mengontrol pembelahan sel.
B. Fase Pembelahan Sel (Fase Mitosis)
            Pada fase pembelahan sel (fase mitosis)  adalah salah satu bagian siklus sel.  Pada fase ini diawali dengan serangkaian proses fosforilasi protein yang dipicu  faktor pemrakarsa mitosis an diakhiri oleh proses defosforilasi,  sehingga protein-protein tersebut  kembali kekeadaan interfase.Fosforilasi yang terjadi selama mitosis mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan morfologis pada sel, umpamanya pemadatan kromosom,  menghilangnya  selubung nuklear dan perubahan sitoskelet.
            Secara konvensional mitosis dibagi menjadi lima tahap, yaitu : Profase, prometafase,  metafase, anafase,  dan telofase.  Sitokinesis diawali pada anafase dan berakhir pada saat pembelahan sel.  
            Profase. Pada Profase, sentromer membelah setiap anakan sentroma menjadi pusat mikrotubul aster yang terpisah. Ujung-ujung  bebas mikrotubula dari setiap aster memanjang, sehingga kedua sentrosom saling berjauhan. Pada saat itu anyaman kromatin di dalam nukleus telah mengalami replikasi dan memadat membentuk kromosom. Setiap kromosom memiliki daerah tertentu yaitu sentromer yang diperlukan untuk pemisahan kromatida.
            Prometafase. Selubung nuklear menghilang, menyebabkan terjadinya hubungan antara kromosom dengan mikrotubul dari setiap sentrosom.  Dua anakan sentrosom, sekarang disebut kutub gelendong. Bersamaan dengan pembentukan gelendong mitotik, di sentromer setiap kromosom terbentuk pula suatu struktur yang terdiri dari molekul-molekul protein yang rumit.   Struktur ini disebut Kinekotora.
                                                                                         
Gambar 2 : Pembelahan Mitosis. Mitosis terdiri dari pembagian bahan inti (karyokinesis) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma) dan menghasilkan dua sel anak yang identik melalui tahapan-tahapan :  profase,metafase, anafase dan telofase. 
Metafase. Beberapa ujung positif mikrotubul gelendong mitotik menempel pada  setiap kinetokor yang berada di dekatnya.  Mikrotubul tersebut dinamakan  mikrotubul kinetokor. Akibat interaksi antara mikrotubul gelendong mitotik dengan kromosom menyebabkan pebagian kromosom ke sel anakan sama. Dari beberpa percobaan dinyatakan bahwa apabila mikrotubul kinetokor dari salah satu kutub dirusak atau diganggu maka kromosom segera berpindah kearah kutub yang mikrotubul kinetokornya masih utuh. Demikian pula bila perlekatan dua buah kromatin di sentromer dirusak, maka tiap kromatid akan segera berpindah ke kutub-kutub sel.
Waktu yang digunakan untuk pembelahan sel dapat diperpanjang beberapa jam atau beberapa hari, apabila pada stadium profase akhir atau prometafase sel dipengaruhi dengan obat antibiotik seperti kolkisin, vimblastin.
Seperti yang terdapat dalam journal I. M. Hagan dan     J.S. Hyams+ Penulis Afiliasi     Departemen Biologi, University College London, Inggris 1 maret 1988 J your Sci 89, 343-357, Penggunaan siklus pembelahan sel mutan untuk menyelidiki kontrol distribusi mikrotubulus dalam ragi fisi pombe Schizosaccharomyces . Ditandai perubahan dalam organisasi mikrotubulus yang terjadi melalui siklus pembelahan sel dari ragi fisi pombe Schizosaccharomyces dengan mikroskop imunofluoresensi tidak langsung. Selama interfase, kelompok mikrotubulus sitoplasma, independen dari tubuh tiang spindle (SPB), membentuk sebuah array memperluas antara ujung sel. Mikrotubulus ini terlibat dalam posisi inti di ekuator sel dan dalam pembentukan polaritas sel. Pada mitosis, array interfase menghilang dan digantikan oleh spindle intranuklear memperluas antara SPBs sekarang diduplikasi. Pemanjangan gelendong melihat penampilan astral mikrotubulus yang berasal dari muka sitoplasma dari SPBs. Ini bertahan sampai akhir anafase dimana gelendong mikrotubulus mikrotubulus pusat depoliymerize dan dua pengorganisasian (MTOC) di ekuator sel membangun kembali array interfase. Sehingga  telah menggunakan sifat unik dari mutan siklus pembelahan sel untuk menyelidiki lebih lanjut berbagai fungsi array mikrotubulus yang berbeda dan kontrol mereka temporal dan posisional.
Anafase. Fase ini ditandai dengan terbelahnya kromosom menjadi dua kromatida, masing-masing dengan sebuah kinetokora. Pemrakarsa anafase, bukan hanya gaya tarik  dan dorong dari gelendong mitotik saja. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa kenaikan kadar Ca 2+ pada awal anafase. Setelah kromosom terbelah menjadi dua kromatida, maka setiap kromatida bergerak menuju kekutub gelendong mitosis masing-masing. Di sini kromatida-kromatida tersebut dirakit menjadi inti sel (nukleus) baru. Menjelang akhir anafase, setiap belahan kromosom membentuk dua kelompok, satu kelompok pada tiap kutub gelendong.
Telofase. Selubung  nuklear yang pada akhir profase tersebar, terakit kembali di sekeliling setiap kelompok kromosom baru untuk membentuk dua nukleus anakan yang berada pada stadium interfase.  Segera setelah proses defosforilasi, vesikula selaput nuklear berhubungan denga setiap kromosom dan melebar membentuk kembali selubung nuklear.  Selama proses defosforilasi pori nuklear terakit kembali dan molekul-molekul lamin yang terdefosforilasi bergabung kembali membentuk lamina nuklear. Setelah nuklei terbentuk sintesis RNA berlangsung lagi setiap anakan nukleus yang menyebabkan nukleulus tampak kembali di setiap nukleus. Disaat itu pula kromosom terurai menjadi benang-benang kromatin dan membentuk susunan seperti pada saat interfase sel induknya.
            Di terangkan  pada jurnal penelitian, bahwa  laju pembelahan  sel dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk suhu, atau pengaruh enzim dan hormon Jurnal yang berjudul Mutan Saccharomyces cerevisiae tidak responsif untuk mengontrol pembelahan sel oleh hormon polipeptida kawin. Oleh ;     L H Hartwell.  Diterangkan bahwa,  Suhu-sensitif mutasi yang menghasilkan ketidakpekaan untuk menangkap pembagian dengan alpha-faktor, feromon kawin, diisolasi dalam suatu strain MATA dari Saccharomyces cerevisiae dan ditunjukkan oleh studi komplementasi untuk difine delapan gen. Semua mutasi (ditunjuk ste) menghasilkan sterilitas pada suhu ketat dalam sel Mata, dan mutasi di tujuh dari gen menghasilkan sterilitas dalam sel alfa MAT. Dalam hal tidak ada sterilitas yang terkait dengan mutasi coorectible oleh termasuk wild type sel jenis perkawinan yang sama dalam tes kawin juga tidak bahkan dari mutan menghambat kawin dari sel tipe liar; cacat tampaknya intrinsik untuk sel untuk mutasi di setiap gen. Rupanya, tidak ada mutan cacat secara eksklusif dalam penangkapan pembagian dengan alpha-faktor, seperti sterilitas tidak ada yang ditekan oleh mutasi suhu-sensitif 28 CDC (yang terakhir memaksakan penangkapan divisi pada tahap siklus sel yang benar untuk kawin). Para mutan diperiksa untuk fitur yang diinduksi dalam sel MATA oleh faktor alfa (agglutinin sintesis serta penangkapan divisi) dan untuk karakteristik yang membedakan MATA konstitutif dari sel MAT alpha (faktor-produksi, alpha-faktor kehancuran). Mutan ste2 rusak khususnya di dua sifat diinduksi, sedangkan ste4, 5, 7, 8, 9, 11, dan 12 mutan rusak, untuk berbagai tingkat, di konstitutif serta aspek diinduksi. Mutasi di ste8 dan 9 mengasumsikan pola pemula seperti kutub baik MATA atau sel alfa MAT namun karakteristik Mata / alpha sel. Penelitian ini mendefinisikan tujuh gen yang berfungsi dalam dua jenis sel (Mata dan alpha) untuk mengontrol diferensiasi jenis sel dan satu gen, ste2, yang berfungsi secara eksklusif dalam sel MATA untuk menengahi respon terhadap hormon polipeptida.
Sitokinesis
Fitur kedua dari M fasa adalah waktu di mana komponen-komponen lain dari sel-membran, sitoskeleton, organel, dan protein-larut didistribusikan ke dua sel anak melalui proses yang disebut sitokinesis. Ini adalah tugas akhir yang sel harus menyelesaikan untuk menyelesaikan reproduksi 

Gambar 3. Sitokinesis
Sebuah kerutan batin dari membran sel adalah tanda pertama dari sitokinesis. Hal ini disebabkan oleh struktur cytoskeletal kedua disebut cincin kontraktil [2], yang mulai mengencangkan di wilayah sel. Kerut terjadi tegak lurus terhadap gelendong mitosis yang menarik kromosom ke sisi berlawanan dari sel dan dengan demikian memastikan divisi seluler akan menghasilkan satu inti di masing-masing sel anak.  Setelah berkumpul, cincin kontraktil akan memperketat lebih lanjut dan lebih lanjut sampai sel terjepit dalam dua. Gaya yang dibutuhkan untuk melakukan ini adalah disediakan oleh arsitektur molekul dari cincin kontraktil, yang terdiri dari dua jenis filamen (disebut aktin dan myosin filamen) yang meluncur di atas satu sama lain untuk menciptakan suatu kekuasaan pengetatan [2]. Bahkan, cincin kontraktil yang mampu mengerahkan kekuatan cukup kuat untuk membengkokkan jarum halus kaca dimasukkan ke dalam sel. Ini adalah struktur sementara yang secara bertahap menjadi lebih kecil sebagai hasil sitokinesis dan disassembles benar sekali sel dibelah dua.
Setelah sitokinesis selesai, sel telah berhasil melewati satu putaran siklus sel dan menghasilkan dua sel dari prekursor tunggal. Untuk bakteri atau ragi, yang organisme bersel tunggal, hal ini pembelahan sel akan menghasilkan organisme baru dan lengkap. Dalam organisme multiseluler (seperti manusia), sebuah telur dibuahi bersel tunggal memerlukan banyak pembelahan sel untuk membuat individu baru. Dalam kedua kasus itu adalah penyelesaian siklus sel yang menghasilkan organisme baru, sebuah proses yang bisa berlangsung sepanjang hidup. Dalam sebuah manusia dewasa, untuk saraf misalnya, dewasa dan sel-sel otot tidak membagi sama sekali. Sel-sel hati membagi setahun sekali. Lebih dari satu divisi setiap hari terjadi dalam prekursor sel darah di sumsum tulang dan sel-sel lapisan usus. Kelangsungan hidup kita memerlukan produksi jutaan sel detik. Fakta ini digambarkan oleh paparan organisme untuk dosis besar x-sinar yang menghentikan semua pembelahan sel dan menyebabkan seorang individu mati dalam beberapa hari. Pada akhirnya, itu adalah siklus sel yang menjamin hidup akan selalu mampu menghasilkan kehidupan yang lebih dalam cara yang terorganisir.



    





DAFTAR PUSTAKA

Sipahutar. H, Sianturi. P, Hasanah. U, Silitonga. M, Girsang. J,  2007, Biologi Sel, Medan, FPMIPA UNIMED.
Campbell.N. A, Reece. J.B, 2008,  BIOLOGI Eighth Edition Jilid I ,  Pearson Education Inc. Translation copyright by Penerbit Erlangga.
Subowo, DR, 1986, BIOLOGI SEL , Bandung,  Penerbit Elstar Offset .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar