BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kromosom
adalah untaian material genetik yang terdapat didalam setiap sel mahkluk hidup.
Setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang
kromosom non-sex (kromosom 1s/d kromosom 22) dan 1 pasang kromosom sex
(kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin.
Kromosom
juga berfungsi untuk membawa informasi genetik yang sangat menentukan proses
pertumbuhan dan perkembangan janin dan juga fungsi tubuh untuk kehidupan
sehari-hari. Proses pertumbuhan ini meliputi pembentukan protein-protein tubuh,
sehingga kelainan genetik atau struktur dan jumlah kromosom akan sangat mempengaruhi
pembentukan protein-protein tubuh dan dapat mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan janin atau bayi yang tidak normal.
Setiap orang
mendapatkan 1 dari tiap pasangan kromosom dari ayahnya dan 1 dari ibunya,
dengan kata lain setiap orang mendapatkan 23 kromosom dari ayah (dibawa oleh
sperma) dan 23 kromosom dari ibunya (dibawa oleh sel telur), yang kemudian
total menjadi 46 kromosom (23 pasang) setelah pembuahan.
Penyimpangan kromosom gangguan dalam
isi kromosom sel normal, dan merupakan penyebab utama kondisi genetik pada
manusia, seperti sindrom Down. Beberapa kelainan kromosom tidak menyebabkan
penyakit pada operator, seperti translokasi, inversi kromosom atau, meskipun
mereka dapat menyebabkan kesempatan yang lebih tinggi melahirkan anak dengan kelainan
kromosom. Jumlah abnormal kromosom atau set kromosom, aneuploidi, bisa
mematikan atau menimbulkan gangguan genetik, misalnya Sindrom
klinefelter yang merupakan suatu keadaan pada individu yang mempunyai kelebihan
satu kromosom, sehingga susunan kromosomnya adalah 22AA + AAY atau 47,XXY.
Sindrom klinefelter terjadi pada seorang laki-laki. Penderita ini memiliki 47
kromosom, termasuk satu kromosom Y dan dua kromosom X. Oleh karena itu, diperlukan konseling genetik
ditawarkan untuk keluarga yang mungkin membawa penataan ulang kromosom. Penyimpangan
kromosom adalah perubahan dalam struktur kromosom. Ia memiliki peran besar
dalam evolusi.
Pentingnya
mengetahui
dan mempelajari masalah mengenai abnormalitas perubahan jumlah kromosom, maka
disusunlah makalah ini.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan abnormalitas akibat
perubahan jumlah kromosom?
2. Kelainan
atau penyakit apa saja yang ditimbulkan?
3. Apa penyebab terjadinya perubahan jumlah kromosom?
I.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu
mengetahui apa saja kelainan yang ditimbulkan akibat terjadinya abnormalitas
akibat perubahan jumlah kromosom dan penyebabnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan
Jumlah Kromosom
2.1.1 Aneuploid dan
Poliploid
Idealnya, benang – benang gelendong meiotik
mendistribusikan kromosom pada sel-sel anak tanpa kesalahan. Tetapi adakalanya
terjadi kecelakaan,disebut nondisjungsi,
dimana bagian – bagian dari sepasang kromosom yang homolog tidak bergerak
memisahkan diri sebagaimana mestinya pada waktu meiosis I, atau dimana kromatid
saudara gagal berpisah selama meiosis II. Nondisjungsi dapat juga terjadi
selama mitosis. Jika kesalahan seperti itu berlangsung di awal-awal
perkembangsn embrionik, maka kondisi aneuploid ini diteruskan oleh mitosis
kepada sejumlah besar sel dan ini bisa berdampak bagi organisme tersebut.
Kasusnya,
satu gamet menerima dua jenis kromosom yang sama dan satu gamet lainnya
tidak mendapat salinan sama sekali. Kromosom-kromosom lainnya biasannya terdistribusi
secara normal. Jika salah satu dari antara gamet- gamet yang menyimpang ini
bersatu dengan gamet normal pada waktu
pembuahan, keturunannya akan akan memiliki jumlah kromosom yang tidak normal,
disebut aneuploid.
2.1.2 Macam –
macam aneuploid
a. Monosomik (2n-1) , yaitu mutasi karena
kekurangan satu kromosom. Kemudian mitosis akan meneruskan anomali ini ke semua
sel embrionik. Jika organ tersebut mamapu bertahan hidup, organisme itu
biasannya memperlihatkan sejumlah gejala yang disebabkan oleh abnormalnya
jumlah gen yang terletak pada kromosom tambahan kromosom yang hilang tersebut.
b. Nulisomik (2n-2), yaitu mutasi karena
kekurangan dua kromosom.
c. Trisomik (2n+1), yaitu jka kromosom
hadir dalam bentuk triplikat (rangkap tiga) di dalam telur yang telah
dibuahi sehingga selnya mempunyai jumlah
total kromosom 2n+1.
d. Tetrasomik (2n+2) yaitu mutasi karena
kelebihan dua kromosom.
. Mutasi
kromosom yang melibatkan pengurangan atau penambahan perangkat/set
kromosom(genom) disebut euploid. Organisme
yang kehilangan satu set kromosomnya disebut monoploid. Organisme monoploid memiliki satu genom atau satu
perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya. Sel kelamin (gamet ),
yaitu sel telur (ovum) dan spermatozoa, masing-masing memiliki satu perangkat
kromosom =satu genom (n kromosom) disebut haploid.
Beberapa organisme memiliki lebih dari dua set kromosom yang lengkap. Istilah
umum untuk perubahan kromosom ini adalah poliploid, dengan
istilah yang spesifik triploid(3n)
dan tetraploid (4n) yang
masing – masing menunjukan tiga atau empat set kromosom. Satu cara suatu sel triploid dapat dihasilkan adalah dengan
fertilisasi dari telur diploid abnormal yang dihasilkan oleh nondisjungsi dari
semua kromosomnya. Satu contoh kecelakaan yang kecelakaan menghasilkan tetraploid adalah kegagalan zigot 2n
membelah diri setelah mereplikasi kromosom – kromosomnya. Sehingga mitosis
berikutnya akan menghasilkan sebuah embrio 4n.
2.1.3 Kelainan genetik
akibat perubahn jumlah kromosom
1.
Turner Syndrome
Sindrom
ini dinamai setelah Henry Turner, seorang endokrinologi Oklahoma, yang
digambarkan pada tahun 1938. Di Eropa, ini sering disebut sindrom Turner
Ullrich-atau bahkan Bonnevie-Ullrich-sindrom Turner untuk mengakui
bahwa kasus-kasus sebelumnya juga telah dijelaskan oleh para dokter Eropa.
Laporan pertama yang diterbitkan atas seorang wanita dengan 45, kariotipe X
adalah pada tahun 1959 oleh Dr Charles Ford dan rekan di Rumah Sakit Harwell
dan Guy di London. Ini ditemukan di seorang gadis 14 tahun dengan tanda-tanda
sindrom Turner.
Sekitar 98
persen dari semua janin dengan hasil sindrom Turner di keguguran. Sindrom
Turner menyumbang sekitar 10 persen dari jumlah aborsi spontan di Amerika
Serikat. Kejadian sindrom Turner pada kelahiran perempuan hidup diyakini 1 di
2500.
·
Faktor Risiko
Sindrom Turner
Faktor
risiko sindrom Turner tidak dikenal. Nondisjunctions meningkat dengan usia ibu,
seperti untuk sindrom Down, tapi efek yang tidak jelas untuk sindrom Turner.
Hal ini juga diketahui jika ada hadiah predisposisi genetik yang menyebabkan
kelainan, meskipun sebagian besar peneliti dan dokter yang mengobati wanita
Turner setuju bahwa ini adalah sangat tidak mungkin. Saat ini tidak ada
penyebab dikenal untuk sindrom Turner, meskipun ada beberapa teori seputar
subjek. Satu-satunya fakta yang solid yang dikenal saat ini, adalah bahwa
selama konsepsi sebagian atau seluruh kromosom seks kedua tidak ditransfer ke
janin. .
·
Diagnosis
Sindrom Turner
Sindrom
Turner dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama kehamilan. Kadang-kadang,
janin dengan sindrom Turner diidentifikasi oleh temuan USG abnormal (cacat
jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma kistik, asites). Meskipun risiko
kekambuhan tidak meningkat, konseling genetik sering direkomendasikan bagi
keluarga yang memiliki kehamilan atau anak dengan sindrom Turner. Tes, yang
disebut kariotipe atau analisis kromosom, analisis komposisi kromosom individu.
Ini adalah tes pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner.
Berikut
adalah ciri-ciri syndrome turner dengan kariotipe (22AA + X0). Jumlah kromosom
45 dan kehilangan satu kromosom seks.
1. Pasien
dengan sindrom Turner perempuan, tapi tidak berkembang ovumnya (disgenesis
ovaricular).
2. Penderita
sindrom Turner cenderung berciri fisik tertentu seperti bertubuh pendek,
kehilangan lipatan kulit di sekitar leher, pembengkakan pada tangan dan kaki,
wajah menyerupai anak kecil, dan dada berukuran kecil. Beberapa penyakit
cenderung menyerang penderita sindrom ini, di antaranya adalah penyakit
kardiovaskular, penyakit ginjal dan tiroid, kelainan rangka tulang seperti
skoliosis danosteoporosis, obesitas, serta gangguan pendengaran dan
penglihatan.
3. Sebagian
besar penderita sindrom ini tidak memiliki keterbelakangan intelektual, namun
dibandingkan wanita normal, penderita memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk menderita keterbelakangan intelektual. Sebagian penderita sindrom Turner
memiliki kesulitan dalam menghafal, mempelajari matematika, serta kemampuan
visual dan pemahaman ruangnya rendah. Perbedaan fisik dengan wanita normal juga
membuat penderita sindrom Turner cenderung sulit untuk bersosialisasi.
2.
Jacob
syndrome
Sindrom
laki-laki super ditemukan oleh P.A. Jacobs tahun 1965. Pada sindroma XYY,
seorang bayi laki-laki terlahir dengan kelebihan kromosom Y. Oleh karena itu,
sindrom ini terjadi pada manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki
biasanya hanya memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y, digambarkan sebagai 46,
XY. Pria dengan sindroma XYY memiliki 2 kromosom Y dan digambarkan kariotipenya
sebagai 47, XYY. Kelainan ini ditemukan pada 1 diantara 1.000 pria.
Sindrom XYY merupakan kelainan yang terjadi ketika sel telur dibuahi oleh sel
sperma dengan kromosom YY. Sebuah aneuploidy ( nomor abnormal ) dari kromosom
seks di mana sebuah laki-laki manusia menerima sebuah Y-chromosome ekstra,
memberikan total 47 kromosom, yang biasanya hanya 46 kromosom.
Sindrom Laki-laki Super (47 XYY) dapat terjadi ketika sel
telur dibuahi oleh sel sperma dengan kromosom YY ( akibat mengalami gagal
barpisah pada kromosom seksnya.
Pembuahan
tersebut menghasilkan keturunan dengan 47 kromosom terdiri atas 44 autosom dan
3 kromosom seks, yaitu XYY.
Perhatikan
ada 2 kromosom Y maka kromosom seksnya adalah XYY
Berikut ini adalah ciri- ciri jacob
syndrome dengan kariotipe (22AA + XYY), mengalami kelainan pada kromosom no.13
berupa trisomik.
·
Pada saat lahir, bayi biasanya
tampak normal, lahir dengan berat dan panjang badan yang normal, tanpa kelainan
fisik dan organ seksualnya normal.
·
Pada awal masa kanak-kanak,
penderita memiliki kecepatan pertumbuhan yang pesat, rata-rata mereka memiliki
tinggi badan 7 cm diatas normal.
·
Postur tubuhnya normal, tetapi berat
badan nya relatif lebih rendah jika dibandingkan terhadap tinggi badannya.
·
Pada masa kanak-kanak, mereka lebih
aktif dan cenderung mengalami penundaan kematangan mental, meskipun fisiknya
berkembang secara normal dan tingkat kecerdasannya berada dalam kisaran normal.
·
Perkembangan seksual fisiknya
normal, dimana organ seksual dan ciri seksual sekundernya berkembang secara
normal. Pubertas terjadi pada waktunya.
·
Pria XYY tidak mandul, mereka
memilki testis yang berukuran normal serta memiliki potensi dan gairah seksual
yang normal.
·
Penderita sindrom ini umumnya
berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata dengan benda tajam, seperti
pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal.
·
Anak laki-laki dengan sindroma XYY
seirngkali secara fisik lebih aktif daripada saudara kandungnya dan jika
aktivitas ini ditanggapi dan disalurkan dengan baik, biasanya tidak akan
menimbulkan masalah.
·
Mereka cenderung mengalami
keterlambatan dalam kematangan emosi dan cenderung mengalami kesulitan belajar
di sekolah sehingga perlu dirangsang secara dini dan adekuat.
·
Pria XYY memiliki keadaan hormon
seks yang normal dan tidak perlu menjalani terapi hormonal.
Gambar.1.1 penderita syndrome jacob
Sumber:http//www.kelainangenetik.com
3.
Klinifelter syndrome
Sindrom Klinefelter
adalah kelainan genetik
pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom
X. Laki-laki normal memiliki kromosom
seks berupa XY, namun penderita sindrom
klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter
akan mengalami infertilitas,
keterbelakangan mental,
dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia
(perbesaran kelenjar
susu dan berefek pada perbesaran
payudara).
a.
Penyebab
Kelebihan kromosom X
pada laki-laki terjadi karena terjadinya nondisjungsi
meiosis (meiotic nondisjunction)
kromosom seks selama terjadi gametogenesis
(pembentukan gamet)
pada salah satu orang tua.[3] Nondisjungsi
meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom
seks untuk memisah (disjungsi)
selama proses meiosis terjadi.
Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel
anaknya,sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40%
nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu.
Sebagian besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada
pula yang memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.
b.
Ciri-ciri
·
Mental
Anak
laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan intelektual IQ di
bawah rata-rata anak normal. Sebagian penderita klinefelter memiliki
kepribadian yang kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, ataupun aktivitas
yang dilakukan dibawah level rata-rata (hipoaktivitas). Pada sebagian penderita
sindrom ini juga terjadi autisme. Hal ini terjadi karena perkembangan tubuh dan
neuromotor yang abnormal. Kecenderungan lain yang dialami penderita klinefelter
adalah keterlambatan dan kekurangan kemampuan verbal, serta keterlambatan
kemampuan menulis. Sifat tangan kidal juga lebih banyak ditemui pada penderita
sindrom ini dibandingkan dengan manusia normal. Pada pasien dewasa, kemampuan
seksualnya lebih tidak aktif dibandingkan laki-laki normal
·
Fisik
Gejala klinis dari
sindrom klinefelter ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual yang
abnormal atau tidak berkembang, seperti testis yang kecil dan aspermatogenesis
(kegagalan memproduksi sperma).[6] Testis yang kecil
diakibatkan oleh sel germinal testis
dan sel
selitan (interstital cell) gagal
berkembang secara normal.[6] Sel
selitan adalah sel yang ada di antara sel
gonad dan dapat menentukan hormon seks pria. Selain itu, penderita sindrom ini
juga mengalami defisiensi atau kekurangan hormon
androgen, badan tinggi,
peningkatan level gonadotropin,
dan ginekomastia.[6] Penderita
klinefelter akan mengalami ganguan koordinasi gerak
badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan,
melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat.[6] Dilihat dari
penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki otot
yang kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan.[
c. Pencegahan
Gejala
klinefelter pada janin jarang sekali terdeteksi, kecuali bila menggunakan
deteksi sebelum-kelahiran (prenatal
detection). Sindrom ini
kadang-kadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke anaknya, oleh
karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian kecil penderita
klinefelter dapat tetap fertil
dan memiliki keturunan karena adanya mosaiksisme
(mosaicism), yaitu adanya campuran sel normal dan sel klinelfelter sehingga sel
normal tetap memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Semakin cepat dideteksi,
penderita klinefelter dapat lebih cepat ditangani dengan terapi farmakologi
dan terapi psikologi sebelum
memasuki dunia sekolah. Tindakan pencegahan lain yang harus dilakukan adalah
uji kemampuan mendengar dan melihat, dan terapi fisik untuk mengatasi masalah motorik
dan keterlambatan bicara. Terapi hormon testosteron
pada usia 11-12 tahun merupakan salah satu tindakan pencegahan keterbelakangan
perkembangan karakteristik seksual sekunder pada pria penderita klinefelter.
4. Down Syndrome
Salah satu aneuploidi, sindrom down
memengaruhi kira-kira satu dari setiap 700 anak yang terlahir di Amerika
Serikat. Sindrom Down biasannya disebabkan oleh kromosom 21 ekstra, sehingga
setiap sel tubuh memiliki total 47 kromosom. Karena sel-sel itu trisomik untuk
kromosom 21. Sindrom down sering disebut
trisomi 21.
Ciri-ciri penderita syndrome ini adalah :
·
penampilan fisik yang menonjol
berupa ben tuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan
bagian anteroposterior kepala mendatar.
·
Pada bagian wajah biasanya tampak
sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar
(macroglossia).
·
Seringkali mata menjadi sipit dengan
sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada
bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta
jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
·
Sementara itu lapisan kulit biasanya
tampak keriput
(dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.
(dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.
·
Pada bayi baru lahir kelainan dapat
berupa congenital heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal
karena bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui
kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atauduodenum
(duodenal atresia).
·
Pada otak penderita sindrom Down,
ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid precursor protein) seperti pada
penderita Alzheimer.
Gambar penderita Syndrome down
Sumber:http//www.kelainangenetik.com
5.
Patau
Syndrome
Kariotipe (45A + XX / XY), trisomik
pada kromosom autosom.autosomnya kelainan kromosom pada kromosom 13, nomor 14,
atau 15. Nama lain dari kelaianan janin ini adalah trisomi 13. hal ini karena
terjadi kelainan pada kromosom ke13 dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga
untai kromosom 13.
Ciri dari kelainan ini:
·
bibir sumbing,
·
ganggaun berat pada perkembangan
otak, jantung, ginjal, tangan dan kaki.biasanya jika gejalanya sangat berat
janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
Gambar penderita syndrome patau
Sumber:http//www.kelainangenetik.com
6.
Sindrom
Edward
Kariotipe
(45A + XX / XY), trisomik pada autosom. Autosomal kelainan pada kromosom nomor
16,17, atau 18.
Ciri-ciri penderita sindrom Edward adalah sebagai berikut.
·
Kepala kecil (mikrosefali ) disertai
dengan bagian belakang menonjol dari kepala ( tengkuk ); rendah-set,
·
Telinga cacat; abnormal rahang kecil
( micrognathia ); celah bibir / celah langit-langit ; hidung terbalik;
·
Sempitnya lipatan kelopak mata (
fisura palpebral ); luasnya mata spasi ( hypertelorism okular ); melorot dari
atas kelopak mata ( ptosis ),
·
Sebuah tulang dada pendek; tangan
terkepal; Kista pleksus koroid; jempol terbelakang dan atau kuku jari-jari
tidak ada , anyamandari kedua dan ketiga jari-jari kaki ; kaki pengkor dan pada
laki-laki , testis tidak turun .
Gambar penderita syndrome edward
Sumber:http//www.kelainangenetik.com
7.
Sindrom
Super Female
Sindrom Triple-X adalah satu jenis
variasi kromosom disebabkan oleh perwujudan 3 kromosom X (trisomi) dalam gamet.
Penderita mempunyai fenotip perempuan. Sindrom Triple-X terjadi terjadi akibat
abnormalitas pembelahan kromosom menjadi gamet semasa meiosis. Kariotip
penderita sindrom Triple-X mempunyai 47 kromosom
Ciri-ciri syndrome Super Female:
·
Individu ini jelas mempunyai fenotip
perempuan, tetapi pada umur 22 ia mempunyai alat kelamin luar seperti kepunyaan
bayi.
·
Alat kelamin dalam dan payudara
tidak berkembang dan ia sediit mendapat gangguan mental.
·
menstruasi sangat tidak teratur.
·
Penelitian Jacobs pada seorang
pasien perempuan berusia 37 tahun menyatakan adanya menstruasi yang sangat tak
teratu, ovarium dalam keadaan seperti menopause, pemeriksaan mikroskopis dari
ovarium menunjukkan kelainan pada pembentukan folikel ovarium dan dari 63 sel
yang diperiksa maka 51 sel memiliki 47 kromosom, sedang kromosom tambahannya
ialah kromosom-X.
·
Tes seks kromatis menunjukkan bahwa
pasien itu mempunyai 2 buah seks kromatin.
·
Umumnya penderita lebih tinggi dari
perempuan umunya tetapi berat badan penderita tersebut tidak sebanding dengan
tingginya
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini yaitu abnormalitas akibat perubahan jumlah kromosom terjadi
karena adanya mutasi pada kromosom yang dapat menyebabkan kromosom mengalami
anomali numeric. Sehingga terjadinya berbagai penyakit yang dialami oleh
beberapa manusia di bumi, sehingga mengalami berbagai macam sindrom. Misalnya
sindrom turner, sindrom jacob, sindrom down, sindrom Edward, sindrom patau,
sindrom klineftener dan sindrom wanita super.
3.2 Saran
Di zaman
modern ini, manusia dihadapkan pada banyak kemudahan yang dapat menyebabkan
kromosom mengalami mutasi. Oleh karena itu, sebaiknya kita menggunakan atau
mengkonsumsi bahan-bahan yang baik bagi tubuh dan menjaga lingkungan agar
terjauh dari mutagen. Selain itu, dihaarapkan pada ibu hamil untuk memeriksakan
kandungannya agar bias mendeteksi kelainan pada calon bayiny sejak dini.
Sehingga berbagai kelainan genetic dapat teratasi lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil
A,dkk.2000.Biologi Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
Campbell, Neil A,dkk.2010.
Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
Crowder,
L.V.1997.Genetika Tumbuhan. Yogyakarta:UGM
Press
Elrod, dkk.2007.Genetika Edisi keempat. Jakarta:Erlangga
Hidayati,
Nur.2010.Kamus Lengkap Biologi. Jakarta:Dwi
Media Press
Suryo.2001.Genetika Manusia. Yogyakarta:UGM Press
Suryo.1997.Genetika.yogyakarta:UGM Press
http://www.bimbie.com/kasus-mutasi.htm. Diakses pada tanggal 11 Desember
2103
Pratiwi,dkk. 2006. Biologi Umum. Jakarta : Erlangga
Wikipedia Bahasa Indonesia http://www.kelainangenetik.com
Diakses pada tanggal 12 Desember 2013 pukul 16:03 WIB
Wikipedia Bahasa Indonesia http://www.sindroma-klinifelter.com.Diakses
pada tanggal 12 Desember 2013 pukul 16:03 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar