Total Tayangan Halaman

Senin, 25 April 2016

Makalah Perubahan Jumlah Kromosom



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kromosom adalah untaian material genetik yang terdapat didalam setiap sel mahkluk hidup. Setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1s/d kromosom 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin.
Kromosom juga berfungsi untuk membawa informasi genetik yang sangat menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan janin dan juga fungsi tubuh untuk kehidupan sehari-hari. Proses pertumbuhan ini meliputi pembentukan protein-protein tubuh, sehingga kelainan genetik atau struktur dan jumlah kromosom akan sangat mempengaruhi pembentukan protein-protein tubuh dan dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayi yang tidak normal.
Setiap orang mendapatkan 1 dari tiap pasangan kromosom dari ayahnya dan 1 dari ibunya, dengan kata lain setiap orang mendapatkan 23 kromosom dari ayah (dibawa oleh sperma) dan 23 kromosom dari ibunya (dibawa oleh sel telur), yang kemudian total menjadi 46 kromosom (23 pasang) setelah pembuahan.
Penyimpangan kromosom gangguan dalam isi kromosom sel normal, dan merupakan penyebab utama kondisi genetik pada manusia, seperti sindrom Down. Beberapa kelainan kromosom tidak menyebabkan penyakit pada operator, seperti translokasi, inversi kromosom atau, meskipun mereka dapat menyebabkan kesempatan yang lebih tinggi melahirkan anak dengan kelainan kromosom. Jumlah abnormal kromosom atau set kromosom, aneuploidi, bisa mematikan atau menimbulkan gangguan genetik, misalnya Sindrom klinefelter yang merupakan suatu keadaan pada individu yang mempunyai kelebihan satu kromosom, sehingga susunan kromosomnya adalah 22AA + AAY atau 47,XXY. Sindrom klinefelter terjadi pada seorang laki-laki. Penderita ini memiliki 47 kromosom, termasuk satu kromosom Y dan dua kromosom X. Oleh karena itu, diperlukan konseling genetik ditawarkan untuk keluarga yang mungkin membawa penataan ulang kromosom. Penyimpangan kromosom adalah perubahan dalam struktur kromosom. Ia memiliki peran besar dalam evolusi.
Pentingnya mengetahui dan mempelajari masalah mengenai abnormalitas perubahan jumlah kromosom, maka disusunlah makalah ini.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa yang dimaksud dengan abnormalitas akibat perubahan jumlah kromosom?
2.      Kelainan atau penyakit apa saja yang ditimbulkan?
3.      Apa penyebab terjadinya perubahan jumlah kromosom?
I.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu mengetahui apa saja kelainan yang ditimbulkan akibat terjadinya abnormalitas akibat perubahan jumlah kromosom dan penyebabnya.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Jumlah  Kromosom
2.1.1 Aneuploid dan Poliploid
Idealnya, benang – benang gelendong meiotik mendistribusikan kromosom pada sel-sel anak tanpa kesalahan. Tetapi adakalanya terjadi kecelakaan,disebut nondisjungsi, dimana bagian – bagian dari sepasang kromosom yang homolog tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya pada waktu meiosis I, atau dimana kromatid saudara gagal berpisah selama meiosis II. Nondisjungsi dapat juga terjadi selama mitosis. Jika kesalahan seperti itu berlangsung di awal-awal perkembangsn embrionik, maka kondisi aneuploid ini diteruskan oleh mitosis kepada sejumlah besar sel dan ini bisa berdampak bagi organisme tersebut.
Kasusnya,  satu gamet menerima dua jenis kromosom yang sama dan satu gamet lainnya tidak mendapat salinan sama sekali. Kromosom-kromosom lainnya biasannya terdistribusi secara normal. Jika salah satu dari antara gamet- gamet yang menyimpang ini bersatu dengan gamet  normal pada waktu pembuahan, keturunannya akan akan memiliki jumlah kromosom yang tidak normal, disebut aneuploid.
2.1.2 Macam – macam  aneuploid
a.       Monosomik (2n-1) , yaitu mutasi karena kekurangan satu kromosom. Kemudian mitosis akan meneruskan anomali ini ke semua sel embrionik. Jika organ tersebut mamapu bertahan hidup, organisme itu biasannya memperlihatkan sejumlah gejala yang disebabkan oleh abnormalnya jumlah gen yang terletak pada kromosom tambahan kromosom yang hilang tersebut.
b.      Nulisomik (2n-2), yaitu mutasi karena kekurangan dua kromosom.
c.       Trisomik (2n+1), yaitu jka kromosom hadir dalam bentuk triplikat (rangkap tiga) di dalam telur yang telah dibuahi  sehingga selnya mempunyai jumlah total kromosom 2n+1.
d.      Tetrasomik (2n+2) yaitu mutasi karena kelebihan dua kromosom.
.  Mutasi kromosom yang melibatkan pengurangan atau penambahan perangkat/set kromosom(genom) disebut euploid. Organisme yang kehilangan satu set kromosomnya disebut monoploid. Organisme monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya. Sel kelamin (gamet ), yaitu sel telur (ovum) dan spermatozoa, masing-masing memiliki satu perangkat kromosom =satu genom (n kromosom) disebut haploid. Beberapa organisme memiliki lebih dari dua set kromosom yang lengkap. Istilah umum untuk perubahan kromosom ini adalah poliploid, dengan istilah yang spesifik triploid(3n) dan tetraploid (4n) yang masing – masing menunjukan tiga atau empat set kromosom. Satu cara suatu sel triploid dapat dihasilkan adalah dengan fertilisasi dari telur diploid abnormal yang dihasilkan oleh nondisjungsi dari semua kromosomnya. Satu contoh kecelakaan yang kecelakaan menghasilkan tetraploid adalah kegagalan zigot 2n membelah diri setelah mereplikasi kromosom – kromosomnya. Sehingga mitosis berikutnya akan menghasilkan sebuah embrio 4n.
2.1.3 Kelainan genetik akibat perubahn jumlah kromosom
1.      Turner Syndrome
Sindrom ini dinamai setelah Henry Turner, seorang endokrinologi Oklahoma, yang digambarkan pada tahun 1938. Di Eropa, ini sering disebut sindrom Turner Ullrich-atau bahkan Bonnevie-Ullrich-sindrom Turner untuk mengakui bahwa kasus-kasus sebelumnya juga telah dijelaskan oleh para dokter Eropa. Laporan pertama yang diterbitkan atas seorang wanita dengan 45, kariotipe X adalah pada tahun 1959 oleh Dr Charles Ford dan rekan di Rumah Sakit Harwell dan Guy di London. Ini ditemukan di seorang gadis 14 tahun dengan tanda-tanda sindrom Turner.
Sekitar 98 persen dari semua janin dengan hasil sindrom Turner di keguguran. Sindrom Turner menyumbang sekitar 10 persen dari jumlah aborsi spontan di Amerika Serikat. Kejadian sindrom Turner pada kelahiran perempuan hidup diyakini 1 di 2500.
·         Faktor Risiko Sindrom Turner
Faktor risiko sindrom Turner tidak dikenal. Nondisjunctions meningkat dengan usia ibu, seperti untuk sindrom Down, tapi efek yang tidak jelas untuk sindrom Turner. Hal ini juga diketahui jika ada hadiah predisposisi genetik yang menyebabkan kelainan, meskipun sebagian besar peneliti dan dokter yang mengobati wanita Turner setuju bahwa ini adalah sangat tidak mungkin. Saat ini tidak ada penyebab dikenal untuk sindrom Turner, meskipun ada beberapa teori seputar subjek. Satu-satunya fakta yang solid yang dikenal saat ini, adalah bahwa selama konsepsi sebagian atau seluruh kromosom seks kedua tidak ditransfer ke janin. .
·         Diagnosis Sindrom Turner
Sindrom Turner dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama kehamilan. Kadang-kadang, janin dengan sindrom Turner diidentifikasi oleh temuan USG abnormal (cacat jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma kistik, asites). Meskipun risiko kekambuhan tidak meningkat, konseling genetik sering direkomendasikan bagi keluarga yang memiliki kehamilan atau anak dengan sindrom Turner. Tes, yang disebut kariotipe atau analisis kromosom, analisis komposisi kromosom individu. Ini adalah tes pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner.
Berikut adalah ciri-ciri syndrome turner dengan kariotipe (22AA + X0). Jumlah kromosom 45 dan kehilangan satu kromosom seks.
1.      Pasien dengan sindrom Turner perempuan, tapi tidak berkembang ovumnya (disgenesis ovaricular).
2.      Penderita sindrom Turner cenderung berciri fisik tertentu seperti bertubuh pendek, kehilangan lipatan kulit di sekitar leher, pembengkakan pada tangan dan kaki, wajah menyerupai anak kecil, dan dada berukuran kecil. Beberapa penyakit cenderung menyerang penderita sindrom ini, di antaranya adalah penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal dan tiroid, kelainan rangka tulang seperti skoliosis danosteoporosis, obesitas, serta gangguan pendengaran dan penglihatan.
3.      Sebagian besar penderita sindrom ini tidak memiliki keterbelakangan intelektual, namun dibandingkan wanita normal, penderita memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita keterbelakangan intelektual. Sebagian penderita sindrom Turner memiliki kesulitan dalam menghafal, mempelajari matematika, serta kemampuan visual dan pemahaman ruangnya rendah. Perbedaan fisik dengan wanita normal juga membuat penderita sindrom Turner cenderung sulit untuk bersosialisasi.
2.      Jacob syndrome
Sindrom laki-laki super ditemukan oleh P.A. Jacobs tahun 1965. Pada sindroma XYY, seorang bayi laki-laki terlahir dengan kelebihan kromosom Y. Oleh karena itu, sindrom ini terjadi pada manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki biasanya hanya memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y, digambarkan sebagai 46, XY. Pria dengan sindroma XYY memiliki 2 kromosom Y dan digambarkan kariotipenya sebagai 47, XYY. Kelainan ini ditemukan pada 1 diantara 1.000 pria.
            Sindrom XYY merupakan kelainan yang terjadi ketika sel telur dibuahi oleh sel sperma dengan kromosom YY. Sebuah aneuploidy ( nomor abnormal ) dari kromosom seks di mana sebuah laki-laki manusia menerima sebuah Y-chromosome ekstra, memberikan total 47 kromosom, yang biasanya hanya 46 kromosom.
Sindrom Laki-laki Super (47 XYY) dapat terjadi ketika sel telur dibuahi oleh sel sperma dengan kromosom YY ( akibat mengalami gagal barpisah pada kromosom seksnya.
Pembuahan tersebut menghasilkan keturunan dengan 47 kromosom terdiri atas 44 autosom dan 3 kromosom seks, yaitu XYY.
Perhatikan ada 2 kromosom Y maka kromosom seksnya adalah XYY
Berikut ini adalah ciri- ciri jacob syndrome dengan kariotipe (22AA + XYY), mengalami kelainan pada kromosom no.13 berupa trisomik.
·         Pada saat lahir, bayi biasanya tampak normal, lahir dengan berat dan panjang badan yang normal, tanpa kelainan fisik dan organ seksualnya normal.
·         Pada awal masa kanak-kanak, penderita memiliki kecepatan pertumbuhan yang pesat, rata-rata mereka memiliki tinggi badan 7 cm diatas normal.
·         Postur tubuhnya normal, tetapi berat badan nya relatif lebih rendah jika dibandingkan terhadap tinggi badannya.
·         Pada masa kanak-kanak, mereka lebih aktif dan cenderung mengalami penundaan kematangan mental, meskipun fisiknya berkembang secara normal dan tingkat kecerdasannya berada dalam kisaran normal.
·         Perkembangan seksual fisiknya normal, dimana organ seksual dan ciri seksual sekundernya berkembang secara normal. Pubertas terjadi pada waktunya.
·         Pria XYY tidak mandul, mereka memilki testis yang berukuran normal serta memiliki potensi dan gairah seksual yang normal.
·         Penderita sindrom ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata dengan benda tajam, seperti pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal.
·         Anak laki-laki dengan sindroma XYY seirngkali secara fisik lebih aktif daripada saudara kandungnya dan jika aktivitas ini ditanggapi dan disalurkan dengan baik, biasanya tidak akan menimbulkan masalah.
·         Mereka cenderung mengalami keterlambatan dalam kematangan emosi dan cenderung mengalami kesulitan belajar di sekolah sehingga perlu dirangsang secara dini dan adekuat.
·         Pria XYY memiliki keadaan hormon seks yang normal dan tidak perlu menjalani terapi hormonal.
 
Gambar.1.1  penderita syndrome jacob
Sumber:http//www.kelainangenetik.com

3.      Klinifelter syndrome
Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X. Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara).
a.      Penyebab
Kelebihan kromosom X pada laki-laki terjadi karena terjadinya nondisjungsi meiosis (meiotic nondisjunction) kromosom seks selama terjadi gametogenesis (pembentukan gamet) pada salah satu orang tua.[3] Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel anaknya,sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40% nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.
b.      Ciri-ciri
·         Mental
Anak laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan intelektual IQ di bawah rata-rata anak normal. Sebagian penderita klinefelter memiliki kepribadian yang kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, ataupun aktivitas yang dilakukan dibawah level rata-rata (hipoaktivitas). Pada sebagian penderita sindrom ini juga terjadi autisme. Hal ini terjadi karena perkembangan tubuh dan neuromotor yang abnormal. Kecenderungan lain yang dialami penderita klinefelter adalah keterlambatan dan kekurangan kemampuan verbal, serta keterlambatan kemampuan menulis. Sifat tangan kidal juga lebih banyak ditemui pada penderita sindrom ini dibandingkan dengan manusia normal. Pada pasien dewasa, kemampuan seksualnya lebih tidak aktif dibandingkan laki-laki normal
·         Fisik
Gejala klinis dari sindrom klinefelter ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual yang abnormal atau tidak berkembang, seperti testis yang kecil dan aspermatogenesis (kegagalan memproduksi sperma).[6] Testis yang kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan sel selitan (interstital cell) gagal berkembang secara normal.[6] Sel selitan adalah sel yang ada di antara sel gonad dan dapat menentukan hormon seks pria. Selain itu, penderita sindrom ini juga mengalami defisiensi atau kekurangan hormon androgen, badan tinggi, peningkatan level gonadotropin, dan ginekomastia.[6] Penderita klinefelter akan mengalami ganguan koordinasi gerak badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan, melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat.[6] Dilihat dari penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki otot yang kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan.[
c. Pencegahan
Gejala klinefelter pada janin jarang sekali terdeteksi, kecuali bila menggunakan deteksi sebelum-kelahiran (prenatal detection). Sindrom ini kadang-kadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke anaknya, oleh karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian kecil penderita klinefelter dapat tetap fertil dan memiliki keturunan karena adanya mosaiksisme (mosaicism), yaitu adanya campuran sel normal dan sel klinelfelter sehingga sel normal tetap memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Semakin cepat dideteksi, penderita klinefelter dapat lebih cepat ditangani dengan terapi farmakologi dan terapi psikologi sebelum memasuki dunia sekolah. Tindakan pencegahan lain yang harus dilakukan adalah uji kemampuan mendengar dan melihat, dan terapi fisik untuk mengatasi masalah motorik dan keterlambatan bicara. Terapi hormon testosteron pada usia 11-12 tahun merupakan salah satu tindakan pencegahan keterbelakangan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada pria penderita klinefelter.
4.      Down Syndrome
Salah satu aneuploidi, sindrom down memengaruhi kira-kira satu dari setiap 700 anak yang terlahir di Amerika Serikat. Sindrom Down biasannya disebabkan oleh kromosom 21 ekstra, sehingga setiap sel tubuh memiliki total 47 kromosom. Karena sel-sel itu trisomik untuk kromosom 21. Sindrom  down sering disebut trisomi 21.
Ciri-ciri penderita syndrome ini adalah :
·         penampilan fisik yang menonjol berupa ben tuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
·         Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia).
·         Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
·         Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput
(dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.
·         Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atauduodenum (duodenal atresia).
·         Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid precursor protein) seperti pada penderita Alzheimer.
Gambar penderita Syndrome down
Sumber:http//www.kelainangenetik.com
5.      Patau Syndrome
Kariotipe (45A + XX / XY), trisomik pada kromosom autosom.autosomnya kelainan kromosom pada kromosom 13, nomor 14, atau 15. Nama lain dari kelaianan janin ini adalah trisomi 13. hal ini karena terjadi kelainan pada kromosom ke13 dari pendeita tersebut, yaitu memiliki tiga untai kromosom 13.
Ciri dari kelainan ini:
·         bibir sumbing,
·         ganggaun berat pada perkembangan otak, jantung, ginjal, tangan dan kaki.biasanya jika gejalanya sangat berat janin akan mati setelah beberapa saat dari kelahiran.
Gambar penderita syndrome patau
Sumber:http//www.kelainangenetik.com

6.      Sindrom Edward

Kariotipe (45A + XX / XY), trisomik pada autosom. Autosomal kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18.
Ciri-ciri penderita sindrom Edward  adalah sebagai berikut.
·         Kepala kecil (mikrosefali ) disertai dengan bagian belakang menonjol dari kepala ( tengkuk ); rendah-set,
·         Telinga cacat; abnormal rahang kecil ( micrognathia ); celah bibir / celah langit-langit ; hidung terbalik;
·         Sempitnya lipatan kelopak mata ( fisura palpebral ); luasnya mata spasi ( hypertelorism okular ); melorot dari atas kelopak mata ( ptosis ),
·         Sebuah tulang dada pendek; tangan terkepal; Kista pleksus koroid; jempol terbelakang dan atau kuku jari-jari tidak ada , anyamandari kedua dan ketiga jari-jari kaki ; kaki pengkor dan pada laki-laki , testis tidak turun .
 
Gambar penderita syndrome edward
Sumber:http//www.kelainangenetik.com

7.      Sindrom Super Female
Sindrom Triple-X adalah satu jenis variasi kromosom disebabkan oleh perwujudan 3 kromosom X (trisomi) dalam gamet. Penderita mempunyai fenotip perempuan. Sindrom Triple-X terjadi terjadi akibat abnormalitas pembelahan kromosom menjadi gamet semasa meiosis. Kariotip penderita sindrom Triple-X mempunyai 47 kromosom
Ciri-ciri syndrome Super Female:
·         Individu ini jelas mempunyai fenotip perempuan, tetapi pada umur 22 ia mempunyai alat kelamin luar seperti kepunyaan bayi.
·         Alat kelamin dalam dan payudara tidak berkembang dan ia sediit mendapat gangguan mental.
·         menstruasi sangat tidak teratur.
·         Penelitian Jacobs pada seorang pasien perempuan berusia 37 tahun menyatakan adanya menstruasi yang sangat tak teratu, ovarium dalam keadaan seperti menopause, pemeriksaan mikroskopis dari ovarium menunjukkan kelainan pada pembentukan folikel ovarium dan dari 63 sel yang diperiksa maka 51 sel memiliki 47 kromosom, sedang kromosom tambahannya ialah kromosom-X.
·         Tes seks kromatis menunjukkan bahwa pasien itu mempunyai 2 buah seks kromatin.
·         Umumnya penderita lebih tinggi dari perempuan umunya tetapi berat badan penderita tersebut tidak sebanding dengan tingginya
























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Kesimpulan dari makalah ini yaitu abnormalitas akibat perubahan jumlah kromosom terjadi karena adanya mutasi pada kromosom yang dapat menyebabkan kromosom mengalami anomali numeric. Sehingga terjadinya berbagai penyakit yang dialami oleh beberapa manusia di bumi, sehingga mengalami berbagai macam sindrom. Misalnya sindrom turner, sindrom jacob, sindrom down, sindrom Edward, sindrom patau, sindrom klineftener dan sindrom wanita super.

3.2 Saran
            Di zaman modern ini, manusia dihadapkan pada banyak kemudahan yang dapat menyebabkan kromosom mengalami mutasi. Oleh karena itu, sebaiknya kita menggunakan atau mengkonsumsi bahan-bahan yang baik bagi tubuh dan menjaga lingkungan agar terjauh dari mutagen. Selain itu, dihaarapkan pada ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya agar bias mendeteksi kelainan pada calon bayiny sejak dini. Sehingga berbagai kelainan genetic dapat teratasi lebih dini.












DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A,dkk.2000.Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Campbell, Neil A,dkk.2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Crowder, L.V.1997.Genetika Tumbuhan. Yogyakarta:UGM Press
Elrod, dkk.2007.Genetika Edisi keempat. Jakarta:Erlangga
Hidayati, Nur.2010.Kamus Lengkap Biologi. Jakarta:Dwi Media Press
Suryo.2001.Genetika Manusia. Yogyakarta:UGM Press
Suryo.1997.Genetika.yogyakarta:UGM Press
http://www.bimbie.com/kasus-mutasi.htm. Diakses pada tanggal 11 Desember 2103
Pratiwi,dkk. 2006. Biologi Umum. Jakarta : Erlangga
Wikipedia Bahasa Indonesia http://www.kelainangenetik.com Diakses pada tanggal 12 Desember 2013 pukul 16:03 WIB
Wikipedia Bahasa Indonesia http://www.sindroma-klinifelter.com.Diakses pada tanggal 12 Desember 2013 pukul 16:03 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar