Total Tayangan Halaman

Senin, 25 April 2016

LAPORAN KKL BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH Di TAMAN HUTAN RAYA CANGAR



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN(KKL)
BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH

PENGAMATAN MORFOLOGI LICHEN, LUMUT, DAN JAMUR
 Di TAMAN HUTAN RAYA CANGAR

Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si

Disusun oleh:
1.      Suhartono                       (13620033)
2.      Anis Nur Laily               (13620047)
3.      Dian Ekasari                   (13620057)
4.      Kamilia Nafiatul Faizah (13620067)
5.      Qonita Wardatul Jannah (13620077)



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014


 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar dengan banyaknya flora dan faunanya yang beranekaragam. Banyaknya hutan di Indonesia yang di dalamnya menyimpan berbagai keanekaragaman jenis dan spesies dengan ciri morfologi dan anatomi yang bermacam-macam warnanya. Sebagaimana diperkiraan oleh Hawksworth (1991), yaitu terdapat 1.500.000 spesies fungi di dunia dan  200.000 spesies dari 1.500.000 spesies tersebut terdapat di Indonesia.
Firman Allah QS. An-Nahl:13
“Dan Dia (menundukan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan makhluk di bumi ini dengan bermacam-macam bentuk dan karakteristiknya baik yang dapat dibedakan dari morfologinya maupun dari anatominya, yaitu antara satu spesies yang satu dengan spesies yang lain pasti memiliki karakteristik yang berbeda dan karakteristik yang khas. Pada spesies Jamur (fungi), lichen, dan lumut (bryophyta) pada kesemuanya itu merupakan berada dalam satu kelompok yaitu tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki pembuluh pada tubuhnya. Allah pun menuliskan dalam ayatnya yaitu”Sesungguhnya  pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”. Sehingga ayat ini secara tersirat mengajak kita untuk mempelajari apa yang telah Allah ciptakan di bumi ini yaitu sesuatu yang telah diciptakan dengan berlain-lainan macamnya.  
Beragamnya makhluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka mendorong diperlukannya suatu cara mengelompokkan makhluk hidup agar mudah dipelajari dan dipahami. Para ilmuwan dari bidang biologi mengembangkan suatu sistem pengelompokkan yang memudahkan untuk memahami, mempelajari, dan mengenali makhluk hidup dengan suatu sistem klasifikasi. Cabang ilmu biologi yang mempelajari suatu makhluk hidup disebut taksonomi atau sistematik.Bergantung pada golongan makhluk hidup yang dijadikan obyek studi, apabila yang merupakan obyek studinya adalah tumbuhan maka istilah yang digunakan adalah Taksonomi atau Sistematik Tumbuhan (Birsyam, 1992).
Dengan banyaknya keragaman spesies yang terdapat di Indonesia. Baik spesies dari tumbuhan tingkat rendah maupun tumbuhan tingkat tinggi. Jamur (fungi), lichen, dan lumut (bryophyta) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang dapat mudah tumbuh di lingkungan bersuhu rendah yaitu tempat yang masih terjaga kealamianya. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar, Malang merupakan salah satu lokasi dimana banyak terdapat tumbuhan tingkat rendah seperti jamur (fungi), lichen, dan lumut (bryophyta) sehingga lokasi tersebut sangat mendukung dalam pengamatan tumbuhan tingkat rendah.

1.2  Tujuan
Tujuan diadakanya kuliah kerja lapangan (KKL) di Cangar yaitu:
1.      Untuk mempelajari morfologi Jamur, Lichenes, dan Lumut di Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar, Batu, Malang.
2.      Untuk mempelajari siklus hidup/reproduksi Jamur, Lichenes, dan Lumut di Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar, Batu, Malang.

1.3              Manfaat
Manfaat diadakanya kuliah kerja lapangan (KKL) di Cangar yaitu:
1.      Mahasiswa dapat mengetahui habitat asli dari jamur (fungi), lichen, dan lumut (bryophyta).
2.      Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kehidupan mereka dengan melihat habitat asli secara langsung.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan siklus hidup salah satu spesies dari jamur (fungi), lichen, dan lumut (bryophyta)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Cangar merupakan salah satu kawasan perbukitan yang terdapat kawasan pengawasan dan pekayaan hayati hutan sebagai salah satu daerah ini merupakan daerah pegunungan hutan yang suhunya masih rendah antara 18-20o , komponen biotik yang banyak ditumbuhi pohon besar dan banyak jenis jamur, lichen serta lumut yang menjadi indicator bahwa daerah ini masih sangat alami dan belum banyak terekploitasi, daerah cangar merupakan kawasan pegunungan hutan yang dijadikan area wisata alamai serta sumber daya hayati dan  juga terdapat sumber air panas yang menjadi modal utama pemasokan pendapatan daerah kota batu.keberadaan hutan cangar dengan berbagai macam komponen tumbuhan merupakan ekosistem yang sangat penting bagi rantai makanan di kawasan teresbut(Anonim.2008).

2.1 Lichenes
2.1.1 Pengertian lichenes.
 merupakan simbiosis antara jamur (mycobionts) dan alga atau cyanobacteria (photobionts). Lichen dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu crustose, foliose, dan fruticose. Lichen tumbuh di batang pohon, tanah, batuan, dinding atau substrat lainnya dan dalam berbagai macam kondisi lingkungan, mulai dari daerah gurun sampai daerah kutub. Lichen tumbuh sangat lambat, bahkan hanya beberapa sentimeter dalam setahun (Septiana, 2011).
Menurut (Suhono, 2012) liken (latin=lumut pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas benang-benang fungi (hifa) dan alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis yang hidup bersama sdan berfungsi sebagai satu indifidu. Tubuh liken disebut talus dan tidak menyerupai komponen alga maupun fungi.  Liken tumbuh dengan cepat pada bebatuan, tanah, pohon, atau setruktur artifisial apapun. Organisme ini berperan penting sebagai vegetasi perintis di beberapa habitat, karena kemampuannya melakukan infasi pertama pada batu atau tanah yang baru terkena sinar matahari.
2.1.2 Morfologi Lichenes
Tubuh talus Lichen sangat berbeda dari Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini merupakan tumbuhan dengan bentuk dan pertumbuhan yang sederhana. Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus seluruhnya melekat dengan sisi bawahnya pada alas sedangkan tipe Lichen dengan talus berbentuk semak-semak, hanya pangkal talus saja yang melekat pada alas dan ujungnya tetap bebas dan bercabang-cabang seperti batang tanaman tingkat tinggi (Hasnunidah,2009).
2.1.3 Habitat Lichenes
Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam hidup laten/dormancy. Jika segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut mulai menunjukkan aktivitasnya kembali (Hasnunidah,2009).
2.1.4 Klasifikasi Lichen
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009) :
a) Krustos, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya :Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.
b) Folios, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
c) Frutikos, jika talus tegak seperti semak atau menggantung seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
d) SqualumoseLichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psora pseudorusselli, Cladonia carneola.
2.1.5 Reproduksi Lichenes
Reproduksinya dapat melalui aseksual, vegetative, dan seksual. Reproduksi secara aseksula umunya dilakukan oleh tipe Fructiose Lichen. Fructiose Lichen dapat dengan mudah melakukan fragmentasi. Sebagian besar fragmentasi tersebut dilakukan saat musim kering atau saat talus pada Lichen mengalami kekeringan dan memulai pertumbuhannya ketika mulai terdapat embun. Lichen yang berkembang biak dengan cara vegetatif yaitu sebagian talus memisahkan diri yang kemudian akan berkembang menjadi individu baru, perkembangbiakan melalui soredia, perkembangbiakan dengan spora (Tjitrosoepomo,2009)
Perkembangbiakan secara seksual umunya terjadi pada Basidiolichen. Perkembangbiakan ini melalui spora yang dihasilkan oleh hifa-hifa Fungi yang kemudian bertemu dengan pasangan alga yang cocok maka akan terjadi sexual fusion dan pembelahan meiosis (Tjitrosoepomo,2009).
2.1.6 Peranan Lichenes
Liken diketahui memiliki beberapa manfaat. Organisme ini menmghasilkan metabolit sekunder yang berperan penting dalam membedakan jenisnya. Penggunaan langsung dari senyawa sekunder ini dapat dilihat pada produk obat-obatan, bahan pencelup, dan komponen parfum. Dialam, senyawa ini berperaperan sebagai pertahanan diri liken sebagai herbifora, juga membantu ememcahkan substrat batu. Liken mengandung jenis sianobakteri sebagai fotobion yang menyediakan nitrogen terfiksasi untuk lingkingan (Suhono, 2012)

   Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil. Dalam klasfikasi system tiga kingdom, jamur (fungi) dikelompokan sendiri terlepas dari kelompok Plantae (tumbuhan) karena jamur tidak dapat berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa (Campbell, 2000).
2.2.1 Ciri-ciri jamur
Organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu Uniseluler (bersel satu) atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya terseususn atas hifa (jalinan benang-benang halus), eukaryotik (mempunyai membrane inti), bersifat saproftik, parastik, dan simbiosi, dinding selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein, pencernannya berlangsung secara ekstraseluler (Taylor, 1960).
Jamur makroskopis mempunyai warna tubuh bermacam-macam yaitu warna merah muda, orange, coklat tua atau muda, kuning, putih, putih kekuningan, kuning kehitaman. Bentuk tubuh buah pada jamur makroskopis adalah berbentuk kipas, ginjal, setengah lingkaran, terompet, dan payung, ataupun paku. Bentuk spora dari jamur makroskopis adalah bulat, lonjong, silindris, bersegi, jarum, dan setengah lingkaran, serta warna spora merah, coklat, putih, kuning, ungu, dan hitam (Darwis, 2009).
2.2.2 Reproduksi Jamur
Reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk zoozpora, endospora, dan konodia. sedanghkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium (Campbell, 2000).
2.2.3 Klasifikasi Jamur
Berdasarkan Cara reproduksi secara generatif, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu (Tjitrosoepomo, 2009) :
A.    Zygomucotina
Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karen dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora. Jmaur Zygomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebihsingkat,reproduksi vegetative dengan membentuk spora, reproduksi generative dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora (Birsyam, 2004).
B.     Ascomycotina
Jamur kelompok ini di sebut Ascomycotania, karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askospora. Jamur ini yang termasuk kelas Ascomycotania mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut askokrap, memiliki inti haploid, memiliki keturunan dipoloid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan askospora. Spesies-spesies anggota kelas Ascomycotina ialah .    Sacchormyces cerviciae, Saccharomyces tuac, Penecillium camemberti, Aspergillus wentii (Indah, 2009).
C.     Basidiomycotina
Jamur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiofora. Jamur yang termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atus zat kitin,multiseluler, hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetative dengan membentuk kondiospora, reproduksi generative dengan menghasilkan basidopora. Spesies-spesies anggota dari kelas Basidiomycotina antara lain sebagai berikut : Volvoriella volvace (jamur merang), Auricularia polytricha (jamur kuping), Pleurotus (jamur tiram), Amanita phalloides, Amanita muscarnia, Puccinia graminus (jamur api) (Tjitrosoepomo, 2009).
D.    Deuteromycotina
Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti (jamur tidak sempurna) atau deuteromycotina karena belum diketahui cara perkembang biakan seksualnya. Jamur yang termasuk kelas Deuteromycotina mempunyai ciri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa Primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, Memiliki keturunan diploid lebih singkat, dan reproduksi vegetative dengan membentuk konidiospora. Contoh spesies dari kelas Deuteromycotina yaitu Microsporium audoini, Epidermophyton floocosum, Scelothium rolfsi, Helmintorosporium oryzae (Micahel, 2008).
2.2.4 Peranan Fungi dalam Kehidupan 
Peranan fungi dalam kehidupan adalah sebagai decomposer yang baik material organic, termasuk selulosa dan lignin dari dinding sel tumbuhan. fungi yang hidup di dalam daun atau bagian tumbuhan yang lain tanpa menyebabkan kerugian. Menguraikan material tumbuhan di dalam saluran pencernaan sapi dan mamalia pemamah baik lainnnya (Micahel, 2008).

2.3  Lumut                                          
            Tumbuhan lumut termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih tinggi dari pada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, “lumut”). Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: “serupa akar”). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis (Tjitrosoepomo,2009).
2.3.1 Ciri – ciri lumut
Sel – sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa. Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar. Rizoid tampak seperti rambut atau benang – benang. Berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap air serta garam – garam mineral (makanan). Struktur sporofit (sporangium) tubuh lumut terdiri atas: vaginula, seta, apofisis, kaliptra, kolumela,sporogonium (Tjitrosoepomo,2009).
2.3.2 Habitat Lumut
Lumut dapat tumbuh di atas tanah-tanah yang gundulyang periodic mengalami kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun tumbuhan ini dapat hidup. Kebanyakan dari lumut-lumut daun suka akan tempat-tempat yang basah, tetapi ada pula yang tumbuh di tempat yang kering. Pada tempat yang kering lumut membentuk talus yang berupa bantal atau gebalan, dan di atas tanah-tanah hutan sering kali merupakan suatu lapisan yangyang menyerupai beludru (Prawirohartono,1989).
2.3.3 Reproduksi lumut
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit. Reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium yaitu arkegonium (gametangium betina) bentuknya seperti botol dengan bagian lebar yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan anteridium (gametangium jantan) berbentuk bulat seperti gada. Jika anteridium dan arkegonium dalam satu individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu individu hanya terdapat anteridium atau arkegonium saja tumbuhan lumut disebut berumah dua (diesis) (Birsyam, 2004).
2.3.4 Klasifikasi Lumut
Lumut yang sudah teridentifikasi mempunyai jumlah sekitar 16 ribu spesies dan telah dikelompokkan menjadi 3 kelas yaitu: lumut hati, lumut tanduk dan lumut daun (Tjitrosoepomo, 2009).
1. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia (Tjitrosoepomo, 2009).
2. Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp (Heddy, 1997).
   3. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum (Indah, 2009).


BAB III
METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Studi lapangan Botani Tumbuhan Tak Berpembuluh ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 09 November 2014 yang bertempat di daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat - alat yang digunakan sebagai penunjang dalam studi lapangan ini adalah:
1.    Alat tulis
2.    Alat dokumentasi (kamera digital dan handycam)
3.    Kantong plastik
4.    Buku identifikasi
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan sebagai penunjang dalam studi lapangan ini adalah:
1.      Lichen
2.      Lumut
3.      Jamur

3.3 Cara Kerja
Langkah-langlah kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Dicari lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2.      Diambil gambar lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan kamera digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3.     Dimasukkan hasil temuan ke dalam kantong plastik (cuma beberapa saja, demi menjaga kelestarian).
 5.     Dibedakan berdasarkan spesies masing-masing, diklasifikasi kemudian dideskripsikan.
6.      Dibagi setiap kelompok dalam kelas untuk dibahas di dalam laporan hasil studi lapangan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Parmotrema sp
4.1.1   Hasil pengamatan
Gambar dari pengamatan
Gambar dari literatur

Description: https://c2.staticflickr.com/8/7025/6824007713_0f00e53d5f_z.jpg

Description: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQz9ddPzJHzJVjNDh4Kl_gxc-g_ycu1w7RflnSImf-tU45gZJsDow

Sumber: Romimohtarto. 2001
Keterangan:
1. Ukuran rumpun =   - Panjang : 7 cm
                                  - Lebar : 3-4 cm
2. berbentuk lembaran berwarna abu-abu
3. Struktur talus pipih dan memiliki silia

4.1.2        Klasifikasi
Klasifikasi Parmotrema sp menurut Suhono(2012):
Kingdom: Fungi
      Divisi: Ascomycota
              Class: Lecanoromycetes
                     Ordo: Lecanorales
                           Famili: Parmeliaceae
                                   Genus: Parmotrema
                                          Species: Parmotrema sp




4.1.3   Pembahasan
            Hasil pengamatan terhadap lichen yang ditemukan di Hutan Cangar, memiliki ciri-ciri sebagai berikut: thallus berupa lembaran yang berwarna keabu-abuan, thallus tidak sepenuhnya menempel pada substrat atau masuk dalam kategori foliose, pada tepi terdapat rambut-rambut hitam menurut (Birsyam, 2004) disebut siliata, namun ada yang menyebutnya sebagai rhizoid. Lichen ini ditemukan tumbuh menempel pada substrat kayu atau pohon. Setelah diidentifikasi dan dicocokkan pada litelatur, lichen ini memiliki ciri-ciri yang mendekati sama dengan spesies Parmotrema perlatum. Namun karena sedikit literatur yang membahas secara spesifik spesiesnya., maka pembahasan ini akan lebih banyak membahas mengenai genusnya, yaitu Parmotrema.
Genus Parmotrema ditandai oleh foliose thalli membentuk pendek dan lebar, jarang memanjang, seringkali Ciliata lobus, epicortex yang berpori, konidia bentuk silinder dan jenis gabungan lichenan antara jenis Cetraria dan jenis Xanthoparmelia. Permukaan bawah dari talus yang putih menjadi hitam, biasanya rhizinate sedikit dengan zona marjinal lebar telanjang, kadang-kadang rhizinate tidak teratur atau pendek  dengan rhizines lebih lama tersebar dicampur tanpa margin erhizinate atau dengan yang sangat sempit. Berbagai macam metabolit sekunder dapat terjadi di medula, dengan atranorin atau asam usnat hadir dalam korteks atas. Genus  terdiri dari 350 spesies terutama terdapat di daerah tropis, terutama di Kepulauan Pasifik dan Amerika Selatan (Blanco et al 2005;. Crespo dkk. 2010 dalam Kukwa, 2012).
           Keterangan: Sebuah lumut berdaun atau foliose dengan talus abu-hijau yang longgar melekat pada cabang atau batu. Sebuah spesimen tunggal dapat tumbuh sampai sekitar 15 cm. Lobus yang membentuk talus adalah sampai 15 mm lebar. Tepi lobus yang bergelombang dan melekat dari substrat dan mengandung soralia. Bawah adalah hitam menuju pusat dan daerah menuju tepi lobus adalah warna coklat. Tepinya adalah hitam, sehingga nama populernya ' black-edged leaf lichen'. Permukaan talus yang halus dengan silia hitam (hingga 2 mm panjang dan kadang-kadang bercabang). Apothecia jarang. Tes kimia: K + kuning, oranye + P, KC + oranye, UV-. Catatan Alam: Tersebar luas di Irlandia dan sangat berlimpah di selatan dan barat. Lebih suka kulit asam atau batuan kaya silika di daerah dengan cahaya yang baik. Hal ini sensitif terhadap sulfur dioksida (SO2) (http://www.lichens.ie/lichen-descriptions/foliose/parmotrema-perlatum).
           


4.2  Antheceros sp.
4.2.1        Hasil Pengamatan
Gambar dari pengamatan
Gambar dari literatur

Description: D:\4N!3Z\Holiday\KKL Cangar\upload\lumut tanduk kel 3,6,8.JPG


Description: http://wiki.trin.org.au/pub/Bryophytes/SpeciesProfiles/DCC_841.3.gif

Sumber: Romimohtarto. 2001
Keterangan:
1.      Ukuran:
-          panjang: 8 cm
-          lebar: 7 cm
2.      Blade dan stipe tidak dapat dibedakan
3.      Bentuk thallus: sinositik (pipa), kenyal, lembut.

4.2.2   Klasifikasi
Menurut Kordyanto (2006) klasifikasi lumut tanduk adalah:
Kingdom: Plantae    
Divisi: Bryophyta
Class: Anthocerotopsida
Ordo: Anthocerotales
Family: Anthocerotceae
Genus: Anthoceros
                                                                      Species: Anthoceros sp.

4.2.3   Pembahasan
Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan bryophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena  dalam-dalam di dalam jaringan talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut sejati (Tjitrosoepomo, 2009).
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah kami lakukan mengenai fungi, lumut dan lichen pada species Anthoceros sp. yang tergolong lumut pada class Anthocerotopsida (lumut tanduk) di dapatkan bahwa kami menemukan Anthoceros sp. di hutan yang berada di Cangar. Berdasarkan hasil pengamatan Anthoceros sp. termasuk dalam lumut tanduk karena tubuhnya berwarna hijau, mempunyai rhizoid  yang berfungsi untuk menempel pada ada substrat. Pada bagian bawah terdapat gametoft sedangkan bagian atas disebut sporofit dan juga terdapat involucre. Sporofit nerupakan bagian yang menyerupai batang yang muncul dari suatu bagian yang disebut invulucre. Involucre merupakan bagian semacam tabung yang berfungsi untuk melindungi dan memperkokoh sporofit serta menyalurkan sari-sari makanan dari gametofit ke sporofit. Gametofit merupakan bagian berbentuk lembaran yang berwarna hijau dan menempel pada substrat.
Lumut tanduk mirip dengan lumut hati namun perbedaan terletak pada  sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dan hamparan gametofitnya yang menyerupai keset (Campbell, 2000). Bentuk tubuh lumut tanduk menyerupai lumut hati yang berbentuk talus yang sporofitnya berupa kapsul yang memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloropas. Habitat dari lumut tanduk ini berada di tepi sungai, danau atau sepanjang selokan. Lumut ini bersama alga dapat membentuk lichen (lumut kerak) yang merupakan tumbuhan pionir ditempat gersang. Reproduksi generatif pada lumut ini dengan membentuk gamet jantan dan betina, sama seperti reproduksi generati pada lumut hati (Indah, 2009).
Tumbuhan lumut Anthoceros sp. penyebarannya kosmopolitan. Habitatnya berada di tanah liar yang lembab atau batu-batuan yang sangat lembab dan teduh biasanya tumbuh di tebing-tebing jalan gunung, sungai atau pinggiran kolam. Talus kecil yang berwarna hijau gelap atau hijau kekuningan, bentuk tubuh pipih terbagi atas daerah dorsal dan vebtral. Percabangan talus (lobus dari talus tidak teratur. Pada permukaan ventral tidak ditemukan dengan adanya sisik, rhizoid bersekat tidak sempurna, tetapi banyak sekali rhiziod berdinding talus yang berfungsi sebagai lat menempel pada substrat dan juga sebagai mersorbsi air dan zat hara. Talus tersusu atas beberapa lapis sel tanpa adanya bagian khusus, tidak ada diferensiasi jaringan dan sedikit ditemukan spesialisasi sel. Jadi daerah penyimpan makanan tidak jelas batasnya (Jati, 2007).
Reproduksi seksualnya, dengan membentuk anteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki ang berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogenium masak makan akana pecah seperti buah plongan s, menghasilakan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumila inin diselubungi oleh sel jaringan yang akemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora (Jati, 2007).
4.3  Mycena sp.
4.3.1        Hasil Pengamatan
Gambar dari pengamatan
Gambar dari literatur


Description: https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQBtPrMMYunL5TlqEB9RGWFHjJed1-SfwKbPYCKcvtHA6EPkls0xg

           Description: http://www.tasfieldnats.org.au/ExcnPhotos/056-DoraFalls/056-3894.JPG

Sumber: Romimohtarto. 2001
Keterangan:
1.      Ukuran:
-          Panjang batang: 5-7 cm
-          lebar tudung 3 cm
2.      Mempunyai tudung dan stipe
3.      Warna tudung crem dengan coklat ditengah, batang coklat

4.3.2   Klasifikasi
Menurut Aslan (1998) klasifikasi jamur ini adalah:
Kingdom : Fungi
          Divisio : Basidiomycota
                       Classis : Agaricomycetes
                                   Ordo : Agaricales
                                               Familia : Tricolomataceae
                                                            Genus : Mycena
                                                                 Spesies : Mycena sp.

4.3.3   Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa jamur ini mempunyai bagian tudung berwarna putih-krem dan tangkainya berwarna putih.Berbentuk seperti topi.Jamur ini tumbuh di lantai hutan Cangar.Dari hasil identifikasi tersebut dapat diketahui bahwa jamur ini merupakan jamur makro dari divisi Basidiomycota dengan spesies Mycena sp.
Mycena sp. termasuk jamur mini, tubuh buahnya tidak lebih panjang dari 5 cm. Tudung berbentuk kerucut saat mudanya kemudian cembung sampai mendatar saat tuanya,berwarna coklat muda. Diameter tudung 1-2 cm. Tangkai berwarna putih,berukuran panjang3-5 cm, berwarna lebih cerah dari warna tudung. Jamur ini memendar ketika terkena cahaya (Hendritomo, 2005) .
Menurut Gunawan (2000), Mycena adalah jenis jamur saprofit yang hidup dari zat-zat organic yang sudah mati. Mycena banyak hidup di lantai hutan pegunungan yang dingin dan lembab, di mana terdapat sangat sedikit manusia. Jamur ini tidak menyukai cahaya, ia hidup pada suhu dingin sekitar 15°C, bahkan kurang. Tumbuhnya menempel bergerumbul di kayu-kayu yang lapuk, dimana Mycena menggunakan serat kayu lapuk sebagai sumber makanannya.
Tubuh jamur umumnya merupakan benang-benang yang bercabang-cabang yang disebut hifa. Tetapi ada juga yang berbentuk bulat atau batang pendek. Menurut Tjitrosoepomo (2009), Pada jamur Mycena, tubuh mempunyai hifa yang bersekat dengan bentuk tudung berupa payung. Jamur berkembang biak dengan menggunakan spora. Sporofit merupakan fase dari hidup jamur Mycena yang menghasilkan spora. Sebelum jamur menghasilkan spora, sejatinya jamur tersebut terlebih dahulu membentuk badan penghasil spora yang disebut basidium. Spora yang jatuh ditempat lembab dan mengandung zat organic akan tumbuh menjadi benang-benang hifa
   Jamur ini bisa dimakan, tetapi terlalu mini dan kenampakan gillnya yang akan menghitam seperti tinta ketika sudah lama dicabut dari substrat sedikit akan mengurangi kenyamanan untuk dikonsumsi.Mycena tumbuh dalam cluster padat, di tanah humus atau sersah-sersah, tumbuh di akhir musim basah (April-Mei). Bisa dijumpai di Senaru dan Pesugulan (Riyanto, 2012). Sehingga jamur ini jarang bahkan tidak ada manusia yang mau memakannya.
Jamur yang termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atus zat kitin,multiseluler, hifa bersekat, dibedakan hifa primer (berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetative dengan membentuk kondiospora, reproduksi generative dengan menghasilkan basidopora(Tjitrosoepomo. 2009)

BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan hasil studi lapangan ini adalah:
1.      Morfologi jenis lichen, lumut dan jamur yang ditemukan adalah:
a.       Parmotrema sp.: Lichen yang memiliki thallus berupa lembaran yang berwarna keabu-abuan, masuk dalam kategori foliose, pada tepi terdapat rambut-rambut hitam disebut siliata, epicortex yang berpori, konidia bentuk silinder dan jenis gabungan lichenan antara jenis Cetraria dan jenis Xanthoparmelia. Lichen ini ditemukan tumbuh menempel pada substrat kayu atau pohon.
b.      Antocheros sp.: termasuk dalam lumut tanduk karena tubuhnya berwarna hijau, mempunyai rhizoid. Pada bagian bawah terdapat gametoft yang menyerupai lembaran berwarna hiaju, sedangkan bagian atas disebut sporofit yang memanjang seperti tanduk dan juga terdapat involucre yaitu semacam.
c.       Mycena sp. termasuk jamur mini, tubuh buahnya tidak lebih panjang dari 5 cm. Tudung berbentuk kerucut saat mudanya kemudian cembung sampai mendatar saat tuanya,berwarna coklat muda. Diameter tudung 1-2 cm. Tangkai berwarna putih,berukuran panjang3-5 cm, berwarna lebih cerah dari warna tudung.
2.      Reproduksi jenis lichen, lumut dan jamur yang ditemukan adalah:
a.       Parmotrema sp. bereproduksi secara vegetatif, aseksual dan seksual. Secara vegetatif dengan fragmentasi, seksual dengan spora dan seksual tergantung pada jamur yang bersimbiosis.
b.      Anthoceros sp. bereproduksi secara aseksual dan seksual. secara aseksual dengan gemma dan reproduksi seksualnya dengan membentuk anteridium(sel kelamin jantan) dan arkhegonium(sel kelamin betina).
c.       Mycena sp. reproduksi vegetative dengan membentuk kondiospora, reproduksi generative dengan menghasilkan basidopora yang dihasilkan oleh basidiokarp.

d.       

DAFTAR PUSTAKA

Birsyam, Inge L.1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Campbell, N. A.et al. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Darwis, Welly dkk. Identifikasi Jamur Tricholomataceae Dari Hutan Dan Sekitar Pajar Bulan. Jurnal Gradien. Edisi khusus:1-6
Gunawan,A.W.2000.Usaha Pembibitan Jamur.Jakarta:Penerbit Swadaya
Hasnunidah, Neni.2009.Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung:Unila
Hawksworth. 1991. The Lichen-Forming Fungi. Chapman and Hall Publisher
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta ; Rajawali Pers.
Hendritomo, Henky Isnawan.2005. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Kasinus
Indah, N. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schyzophyta,Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Jurusan Biologi FP MIPA Institut Keguruan Ilmu Pendidikan PGRI Jember
Kukwa, Martin et all. 2012. Thirty Six Species Of The Lichen Genus Parmotrema (Lecanorales, Ascomycota) New to Bolivia. Polish Botanical Journal 57(1): 243–257. Bolivia
Michael, J. Jr Pelczar. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Prawirohartono, Slamet. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Riyanto,Teguh.2012.http://www.scribd.com/doc/48537104/Konservasi-Keanekaragaman-Jamur- Edibel-Di-Taman-Nasional-Gunung-Rinjani//.Diakses pada tanggal 12 November 2014 pukul 09.59 WIB
Septiana, Eris. 2011. Potensi Lichen Sebagai Sumber Bahan Obat: Suatu Kajian Pustaka Prospect Of Lichen As A Medicinal Resource: A Literature Review. Jurnal Biologi. Vol. XV. No. 1
Suhono, B. (2012). Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi.
Taylor. 1960. Biologi. Bandung: Ganeca Exact
Tjitrosoepomo,Gembong.2009.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:UGM Press




Tidak ada komentar:

Posting Komentar