MAKALAH BIOLOGI SEL
KOMUNIKASI SEL
Dosen Pengampu:
Fithriyah, M.Si
Disusun Oleh:
Eka Susanti Jamilah (13620032)
Fista
Nisaul Hikmah (13620043)
Anis Nur Laily (13620050)
Meike Tiya Kusuma (13620062)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sel merupakan unit struktural dan
fungsional terkecil dari organisme. Dikatakan demikian karena sel yang tersusun
atas banyak organel tersebut dapat
melakukan aktivitas-aktivitas layaknya organisme. Misalnya fungsi respirasi pada
mamalia yang dilakukan oleh paru-paru untuk menghasilkan energi dapat pula
dilakukan oleh sel. Bagian sel yang berperan untuk menghasilkan energi adalah
mitokondria.
Allah berfirman:
“Dia telah menciptakan manusia dari mani
tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (QS. An-Nahl : 4)
Berdasarkan ayat tersebut, air mani atau sperma dalam ilmu biologi merupakan
sebuah sel. Sperma dapat berkoordinasi dengan sel telur (ovum) untuk membentuk
embrio yang selanjutnya tumbuh menjadi manusia. Ayat tersebut telah
mencontohkan atau memberi isyarat pada manusia untuk mempelajari betapa
petingnya suatu komunikasi sel ataupun interaksi sel. Hal tersebut dikarenakan
fungsi yang
dilakukan sel sendiri tidak cukup untuk menunjang kehidupan sel tersebut.
Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi dengan sel yang lain. Miliaran
sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk mengkoordinasikan
aktivitasnya sehingga memungkinkan organisme untuk tumbuh dan berkembang. Mulai
dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan sistem organ
yang menjalankan organisme untuk hidup.Sel sebagai unit terkecil kehidupan, juga mengalami proses komunikasi antar sesama sel
(komunikasi sel). Oleh karena itu penting untuk mempelajari komunikasi
sel yang akan dibahas lebih mendetail dalam makalah ini.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa
yang dimaksud dengan
komunikasi sel?
2. Apa
saja jenis-jenis hubungan antar sel?
3. Apa yang dimaksud dengan
reseptor sinyal?
4. Apa yang dimaksud dengan
second messenger?
1.3
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui
dan memahami mengenai komunikasi sel.
5. Untuk mengetahui
dan memahami jenis-jenis hubungan
antar sel.
2. Untuk mengetahui
dan memahami mengenai reseptor
sinyal.
3. Untuk mengetahui
dan memahami mengenai second
messenger.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Sel
Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi
antara satu sel dengan sel yang lain ataupun antara sel dengan lingkungannya.
Komuniasi sel juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel
target untuk mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan,
mengawasi pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan
aktivitasnya.
Peran komunikasi dalam
kehidupan pada tingkat selular tak kalah pentingnya. Komunikasi dari satu sel
ke sel yang lain mutlak bagi organisme multiseluler, misalnya manusia dan
pohon. Triliunan sel dalam organisme multiseluler harus berkomunikasi satu sama
lain untuk mengoordinasikan aktivitasnya dalam suatu cara yang memungkinkan
organisme berkembang dari telur yang dibuahi, kemudian bias bertahan hidup dan
bereproduksi sendiri. Komunikasi diantara sel-sel juga penting bagi banyak
organisme uniseluler.
2.2 Hubungan Antarsel (Cell Junctions)
Tubuh manusia yang terdiri dari berbagai bentuk dan struktur sel yang
beragam dengan kuantitas yang tinggi, memungkinkan adanya sebuah hubungan yang
dilakukan oleh berbagai sel tersebut. Cell
junctions merupakan situs hubungan yang menghubungkan banyak sel dalam
jaringan dengan sel lainnya dan dengan matriks ekstraseluler. Cell junctions merupakan suatu struktur
dalam jaringan organisme multiseluler. Cell
junctions dapat diklasifikasikan ke dalam 3 grup fungsional yaitu occluding junctions (menempelkan sel
bersama-sama dalam epitel dengan cara mencegah molekul-molekul kecil dari
kebocoran satu sisi sel ke sel lainnya), anchoring
junctions (melekatkan sel-sel (dan sitoskeleton) ke sel tetangga atau ke
matriks ekstraseluler), dan communicating
junctions (memerantarai jalan lintasan sinyal-sinyal kimiawi atau elektrik
dari satu sel yang sedang berinteraksi ke sel lainnya).
Klasifikasi fungsional cell junctions:
A. Occluding
junctions
1.
Tight junctions (hanya vertebrata)
2.
Septate junctions (invertebrata)
B. Anchoring
junctions
1. Situs-situs pelekatan filamen aktin
Cell-cell junctions (adherens junctions)
Cell-matrix junctions (focal adhesions)
2. Situs-situs
pelekatan intermediate filament
Cell-cell junctions (desmosom)
Cell-matrix junctions (hemidesmosom)
C.
Communicating junctions
1.
Gap junctions
2.
Chemical synapses
3.
Plasmodesmata (hanya tumbuhan)
A. Occluding
junctions
Fungsi occluding junctions adalah menghubungkan sel
epitel yang satu dengan sel epitel yang lain, membagi sel atas 2 domain yaitu
domain apikal dan basolateral, mencegah protein membran di domain apikal
bergerak ke domain basolateral, dan menyegel ruang antar 2 sel serta mencegah
lalu lintas molekul di ruang antar sel.
1.
Tight junctions
Tight junctions merupakan occluding
junctions yang penting dalam mempertahankan perbedaan konsentrasi
molekul-molekul hidrofilik kecil diseberang lembaran-lembaran sel epitel.
Protein transmembran utama pada tight junctions adalah claudin yang penting
untuk pembentukan tight junctions dan fungsinya berbeda dalam tight junctions
yang berbeda. Protein transmembran utama yang kedua pada tight junctions adalah
occludin, fungsinya tidak jelas. Claudin dan occludin berikatan dengan protein
membran periferal intraseluler yang disebut protein ZO. Claudin, occludin, dan
protein ZO ditemukan dapat berikatan dengan tight junctions.
2.
Septate
junctions
Septate junctions merupakan
occluding junctions yang utama pada invertebrata. Morfologinya berbeda dengan
tight junctions. Protein yang disebut Discs-large, yang dibutuhkan untuk
pembentukan septate junctions pada Drosophila, secara struktur berhubungan
dengan protein ZO yang ditemukan dalam tight junctions vertebrata.
B.
Anchoring
junctions
Anchoring junctions menghubungkan sitoskeleton suatu sel ke sitoskeleton
sel tetangganya atau ke matriks ekstraseluler. Anchoring junctions tersebar
luas dalam jaringan-jaringan hewan dan paling melimpah dalam sel-sel jantung,
otot, dan epidermis. Fungsi anchoring junctions adalah menghubungkan sel dengan
sel, menghubungkan sitoskeleton 2 sel yang berdampingan, menyatukan sel dalam
satu kesatuan kokoh, dan menghubungkan sel dengan matriks ekstraseluler.
Protein penyusun anchoring junctions adalah intracellular anchor proteins
dan transmembrane adhesion proteins.
Anchoring junctions terdapat dalam 4 bentuk yang berbeda secara fungsional
yaitu adherens junctions dan desmosom (memegang sel bersama-sama dan dibentuk
oleh transmembrane adhesion proteins yang termasuk dalam famili cadherin),
focal adhesions dan hemidesmosom (mengikat sel-sel pada matriks ekstraseluler
dan dibentuk oleh transmembrane adhesion proteins pada famili integrin).
C. Communicating junctions
1.
Gap junctions
Gap junctions merupakan celah sempit
di antara membran 2 sel atau dinding sel (sekitar 2-4 nm) yang dihubungkan oleh
channel protein. Gap junction memungkinkan
transfer sitoplasmik langsung dari sinyal listrik dan kimia antara sel-sel yang
berdekatan. Bentuk sederhana dari sel untuk
komunikasi sel adalah transfer langsung dari sinyal listrik dan kimia melalui
gap junction, protein saluran yang menciptakan jembatan sitoplasma antara
sel-sel yang berdekatan. persimpangan kesenjangan terbentuk dari serikat.
Sebuah bentuk persimpangan kesenjangan dari penyatuan protein membran mencakup,
disebut connexins, pada dua sel yang
berdekatan. yang connexins bersatu membuat saluran protein (connexon) yang bisa
membuka dan menutup. Ketika
saluran terbuka, sel-sel yang terhubung berfungsi seperti sel tunggal dengan
beberapa inti (syncytiuma).
Gap junctions disusun oleh connexon
(12 satuan protein), connexon tersusun atas 6 sub unit connexin transmembran. Komunikasi
gap junctions juga dapat diregulasi oleh sinyal-sinyal ekstraseluler. Ketika gap junction terbuka, ion dan molekul kecil seperti asam amino, ATP
dan AMP berdifusi langsung dari sitoplasma dari satu sel ke sitoplasma
berikutnya. Seperti saluran membran
lainnya, molekul yang lebih besar dikecualikan. di samping itu, gap persimpangan adalah satu-satunya cara yang bisa lewat sinyal kimia langsung
dari sel ke sel. pergerakan molekul melalui gap junction dapat dimodulasi atau
dimatikan sepenuhnya.
Contohnya adalah neurotransmitter
dopamine yang mengurangi komunikasi gap junctions diantara kelas neuron dalam
retina sebagai jawaban atas peningkatan dalam intensitas cahaya. Fungsi gap
junctions adalah membolehkan jalan lintasan ion-ion dan molekul-molekul kecil
yang dapat larut dalam air.
2.
Desmosom
Desmosom menghubungkan intermediate filaments dari sel ke sel. Desmosom
biasanya ada di epitel (misalnya kulit). Desmosom juga ditemukan dalam jaringan
otot dimana mereka mengikat sel-sel otot ke sel yang lainnya. Protein pelekatan
sel pada desmosom, desmoglein dan desmokolin, merupakan anggota famili cadherin
pada molekul-molekul pelekatan sel yang merupakan protein transmembran yang
menjembatani ruang antara sel-sel epitel yang berdekatan dengan cara pengikatan
homofilik pada domain ekstraseluler ke cadherin desmosom lainnya pada sel yang
berdekatan. Kedua protein tersebut memiliki 5 domain ekstraseluler dan memiliki
domain pengikatan kalsium.
Penyakit-penyakit blistering (melepuh) seperti Pemphigus vulgaris dapat berkenaan
dengan cacat genetik dalam protein desmosom atau berkenaan dengan respon
autoimun.
3.
Plasmodesmata
Plasmodesmata merupakan hanya
junction interseluler dalam tumbuhan. Suatu sel tumbuhan mungkin memiliki
antara 103 dan 105 plasmodesmata yang menghubungkannya dengan sel-sel yang
berdekatan. Di tumbuhan, plasmodesmata melakukan banyak fungsi yang sama
seperti gap junctions. Plasmodesmata berfungsi menghubungkan sel yang satu
dengan sel lainnya melalui retikulum endoplasma dengan celah yang disebut
desmotubul; memberikan suatu rute yang mudah untuk pergerakan ion-ion,
molekul-molekul kecil seperti gula dan asam amino, dan makromolekul seperti RNA
antar sel.
2.3 Pensinyalan Sel
Pensinyalan sel
merupakan bentuk interaksi antara sel dengan cara
komunikasi langsung atau dengan mengirimkan sinyal kepada sel target. Interaksi dalam hal ini, sel pemberi sinyal menghasilkan tipe khusus dari molekul sinyal yang
dapat dideteksi oleh sel target. Sel target memiliki protein reseptor yang
mampu mengenali dan berespon secara spesifik terhadap molekul sinyal.
A. Pensinyalan Lokal
Merupakan komunikasi sel melalui kontak langsung. Baik sel hewan maupun sel tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila
memang ada memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara sel-sel yang berdekatan.
Dalam hal ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas
melewati sel yang berdekatan. Disamping itu, sel hewan mungkin berkomunikasi
melalui kontak langsung diantara molekul-molekul pada permukaannya.
Pensinyalan lokal dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pensinyalan
parakrin (Para = dekat)
Pada pensinyalan parakrin, sel
pensekresi bertindak pada sel target didekatnya dengan melepas molekul pengatur
local ke dalam fluida ekstraseluler.
Gambar 1.1 Pensinyalan parakrin oleh sel.
2)
Pensinyalan Sinaptik
Pensinyalan ini terjadi pada
sitem saraf hewan. Sinyal listrik di sepanjang sel saraf memicu sekresi sinyal
kimiawi yang dibawa oleh molekul neotransmiter. Molekul ini berdifusi melintasi
sinapsis, ruang sempit antara sel saraf dengan sel targetnya (seringkali berupa
sel saraf yang lain). Neotransmiter akan merangsang sel target.
Gambar 1.2 Pensinyalan sinaptik
oleh sel saraf.
3) Persinyalan autokrin
Tipe ini
dapat mengkoordinasi keputusan dengan grup-grup sel serupa. Pada autocrine
signaling, sel mensekresikan molekul sinyal yang dapat berikatan kembali dengan
reseptornya sendiri. Autocrine signaling merupakan tipe paling efektif ketika
dilakukan secara serempak dengan sel-sel tetangga yang tipenya sama. Autocrine
signaling dianggap menjadi suatu mekanisme yang mungkin mendasari "efek
komunitas" yang diamati pada perkembangan awal, selama grup sel-sel serupa
dapat menanggapi sinyal yang menginduksi diferensiasi tapi tidak dapat pada sel
tunggal bertipe sama yang terisolir. Sel kanker seringkali menggunakan
autocrine signaling untuk mengatasi kontrol normal pada perkembangbiakan dan
kelangsungan hidup sel.
B.
Pensinyalan Jarak Jauh
(endokrin)
Hewan dan tumbuhan menggunakan
zat kimia yang disebut hormon (hormone) untuk melakukan pensinyalan
jarak jauh. Dalam pensinyalan hormon pada hewan, yang disebut juga pensinyalan
endokrin., sel-sel yang terspesialisasi melepaskan molekul hormon yang berjalan
melalui sistem sirkulasi (sistem peredaran darah) menuju sel target di bagian
tubuh yang lain.
Hormon tumbuhan (seringkali
dsebut regulator pertumbuhan tumbuhan) terkadang mengalir alam pembuluh, namun
lebih sering mencapai targetnya dengan cara bergerak dari sel ke sel atau
berdifusi melalui udara sebagai gas.
Gambar 1.3
Pensinyalan jarak jauh (pensinyalan hormonal).
C. Tahapan Pensinyalan
Sel
Penelitian awal Sutherland menyiratkan
bahwa respon yang berlangsung di ujung penerimapada percakapan seluler dapat
dibagi menjadi tiga tahapan, antara lain :
a.
Penerimaan (reception).
Penerimaan adalah ketika sel
target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi
‘terdeteksi’ ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang
terletak di permukaan sel atau di dalam sel.
b.
Transduksi (transduction).
Pengikatan molekul sinyal dengan cara mengubah protein reseptor sehingga
menginisiasi proses induksi. Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk
yang dapat menyebabkan respon seluler spesifik. Pada sistem Sutherland, pengikatan epinefrin ke bagian luar protein reseptor dalam membran plasma sel
hati berlangsung melalui serangkaian langka untuk mengaktifkan glikogen
fosforilase. Transduksi ini kadang-kadang terjadi dalam satu langkah, tetapi
lebih sering membutuhkan suatu urutan perubahan dalam sederetan molekul yang
berbeda (jalur transduksi) sinyal. Molekul di sepanjang jalur itu sering
disebut molekul relay.
c.
Respons (response).
Pada tahap ketiga dari pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi
akhirnya memicu respons seluler spesifik. Respon ini mungkin merupakan
aktivitas seluler apapun yang bisa dibayangkan, misalnya katalis oleh suatu
enzim (misalnya, glikogen fosforilase), penyusunan ulang sitoskeleton, atau
aktivitas gen-gen spesifik dalam nucleus. Proses pensinyalan sel membantu
memastikan bahwa aktivitas-aktivitas krusial seperti ini berlangsung dalam sel
yang benar, pada waktu yang tepat, dan dalam koordinasi yang sesuai dengan
sel-sel lain pada organisme tersebut.
Gambar 1.4
Skema tahapan pensinyalan sel.
2.4 Reseptor Sinyal
Sebagian besar reseptor sinyal merupakan protein
membran plasma. Ligan-ligan milik reseptor semacam ini larut dalam air dan
umumnya terlalu besar untuk bisa secara bebas menembus membran plasma. Akan
tetapi, beberapa reseptor sinyal terletak di dalam sel seperti reseptor dalam
membran sel dan reseptor intraselular.
Reseptor dalam intraseluler
Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk
mencapai reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma sel target.
Molekul sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid dan
tiroid karena termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor intraseluler adalah
reseptor protein yang tidak berada pada membran sel melainkan pada sitoplasma
atau nukleus. Sinyal harus melewati membran plasma terlebih dahulu sebelum
bertemu dengan reseptor jenis ini (karena ukuran molekul kecil dapat melewati
membran atau merupakan lipid sehingga terlarut dalam membran). Sinyal kimiawi
dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid (testosteron) dan tiroid
hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat.
Mekanisme jalur transduksi
sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke respon seluler) seperti
berikut:
· Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon
disebut molekul relay (sebagian besar merupakan protein).
· Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan
jalur pensinyalan (molekul sinyal bahkan tidak pernah masuk sel).Sinyal direlay sepanjang suatu jalur, artinya informasi tertentu
dilewatkan. Pada tiap tahap sinyal ditransduksi menjadi bentuk berbeda yaitu
berupa perubahan konformasi suatu protein yang disebabkan oleh fosforilasi.
Fosforilasi
protein merupakan suatu cara pengaturan yang umum dalam sel dan merupakan
mekanisme utama transduksi sinyal. Jalur pensinyalan bermula ketika molekul
sinyal terikat pada reseptor eseptor ini kemudian mengaktifkan satu molekul
relai, yang mengaktifkan protein kinase 1. Protein kinase 1 aktif ini
mentransfer satu fosfat dari ATP ke molekul protein kinase 2 yang inaktif,
sehingga akan mengaktifkan kinase kedua ini. Akibatnya, protein kinase 2 yang
aktif ini mengkatalisis fosforilasi (dan aktivasi) protein kinase 3. Akhirnya
protein kinase 3 aktif ini memfosforilasi protein yang menghasilkan respons
akhir sel atas sinyal tadi. Enzim fosfatase mengkatalisis pengeluaran gugus
fosfat.
2.5 Second Messenger
Second messenger merupakan
jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau ion kecil nonprotein yang
terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler yang mengikat
reseptor membran merupakan jalur first messenger. Second
messenger lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat segera
menyebar keseluruh sel dengan berdifusi . Second messenger berperan serta
dalam jalur yang diinisiasi reseptor terkait protein-G maupun reseptor
tirosin-kinase. Contoh second messenger yang paling banyak digunakan
ialah:
Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada
hewan, termasuk neurotransmitter, faktor pertumbuhan dan sejumlah hormon
menginduksi respon pada sel targetnya melalui jalur transduksi sinyal yang
meningkatkan konsentrasi ion kalsium sitosolik. Peningkatan konsentrasi ion
kalsium sitosolik menyebabkan banyak respon pada sel hewan. Sel menggunakan ion
kalsium sebagai second messenger dalam jalur protein-G dan jalur reseptor
tirosin kinase. Dalam merespon sinyal yang direlai oleh jalur transduksi
sinyal, kadar kalsium sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh suatu
mekanisme yang melepas ion kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi daripada
konsentrasi dalam sitisol. Karena kadar kalsium sitosol terendah, perubahan
kecil pada jumlah absolute ion akan menggambarkan persentase perubahan yang
relative tinggi pada konsentrasi kalsium.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang
lain ataupun antara sel dengan lingkungannya
2. Hubungan antar sel ada 3 yaitu gap junction, contact dependent signal,
dan persinyalan sel (persinyalan lokal dan persinyalan jarak jauh).
3. Reseptor sinyal merupakan molekul khusus pada permukaan sel target yang merespon sinyal dari luar
sel.
4.
Second
messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau ion kecil
nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler yang
mengikat reseptor membran merupakan jalur first messenger.
DAFTAR
PUSTAKA
Azhar, Tauhid Nur. 2008. Dasar-dasar Biologi Molekular. Bandung:
Widya Padjadjaran
Campbell,
dkk. 2002. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
DeGroot,
Jack. 1997. Neuroanatomi Korelatif.
Jakarta: EGC
Ganong, WF. 1983. Fisiologi Kedokteran edisi 10. Jakarta :
EGC
Raven, dkk.
2004. BIOLOGY Seventh Edition. Boston: Mc Graw Hill
Sloanne, Ethel. 2004. Anatomi dan
Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Subowo. 2012. BiologiSel. Bandung:CVAngkasa
Yatim,
Wildan. 1996. Biologi Sel Lanjut. Bandung: Tarsito
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus