LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN(KKL)
BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN
MAKROALGA DI ZONA PASANG SURUT PANTAI KONDANG MERAK
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Disusun oleh:
1.
Suhartono (13620033)
2.
Anis Nur Laily (13620047)
3.
Dian Ekasari (13620057)
4.
Kamilia Nafiatul Faizah (13620067)
5.
Qonita Wardatul Jannah (13620077)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Allah menciptakan bumi yang
kita tempati ini terdiri dari daratan dan lautan. Pada daratan dan
lautan tersebut terdapat berbagai macam mahluk hidup yang telah diciptakan
dengan sebaik-baiknya penciptaan. Allah telah
menciptakan Jumlah mahluk hidup yang berada di lautan lebih banyak dari pada makhluk hidup yang berada di daratan. Karena hal tersebut terbukti bahwa dalam al-Qur’an penyebutan kata laut atau (bahr) sebanyak 32 ayat sedangkan kata daratan (barrun) hanya 13 ayat, Allah berfirman dalam QS. An-Nahl
ayat 14:
Artinya: Dan
Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS.
An-Nahl [16] : 14).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah
menciptakan tumbuhan yang berada di laut yaitu untuk kemakmuran dan
kesejahteraan hidup manusia yang diantaranya bisa di manfaatkan sebagai kebutuhan bahan makanan, energi, perhiasan dan
lain-lain, sebagaimana arti firman Allah
“dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunianya”, dalam hal ini Allah
telah memerintahkan secara tersirat kepada makhluknya yaitu untuk mencari
keuntungan dari apa yang telah Dia ciptakan. Diantaranya adalah tumbuhan laut yang diciptakan di dalam perairan laut yaitu Alga.
Alga dalam istilah indonesia sering disebut dengan ganggang,
ganggang merupakan tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun
sejati. Alga memiliki beberapa karakteristik
yang juga dimiliki oleh tumbuhan saat ini seperti pigmen klorofil. Alga
secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu mikroalga (alga
dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga yang berukuran makro). Namun,
secara spesifik bentuk tubuh beserta ukurannya tidak akan sama persis dengan
tumbuhan dan ukuran tubuhnya sekalipun dalam bentuk makro tidak mudah dilihat
dengan mata telanjang (Aslan. 1991). Klasifikasi makroalga menurut
Dawes (1981) dalam Marianingsih (2013), terdiri dari 3 divisio yaitu
Chlorophyta (alga hijau), Rhodophyta (alga merah), dan Phaeophyta (alga
coklat).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh
laut antara pulau yang satu dengan pulau yang lain, dan hampir dari 1/3 nusantara Indonesia merupakan
kawasan perairan/Laut. Laut Indonesia
terkenal dengan
keindahan dan kekayaan isinya yang melimpah ruah, laut di Indonesia sangat terlihat
indah dengan biotanya yang beranekaragam macam dan jenisnya, hal
tersebut tampak pada Pantai Kondang Merak, Malang Selatan yang menjadi
tujuan KKL (Kuliah Kerja Lapangan).
Pantai Kondang Merak, Malang Selatan merupakan
salah satu tempat yang mempunyai
keragaman biotanya yang masih alami. Oleh
karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai keanekaragaman biota dan khususnya alga yang banyak
terdapat di Pantai Kondang Merak maka dilakukanlah penelitian mengenai
identifikasi ciri-ciri morfologi dan pemanfaatan
alga.
1.1 Tujuan
Tujuan dari KKL (kuliah Kerja Lapangan) ini adalah:
Untuk
memepelajari organisasi thallus, morfologi, dan siklus hidup/reproduksi alga di
Pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
1.2 Manfaat
Hasil dari penelitian dan pengamatan di Pantai Kondang Merak ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Menambah ilmu dan pengetahuan,
khususnya Mahasiswa Jurusan Biologi UIN Maliki Malang
2.
Pengetahuan tentang dunia laut
3.
Memanfaatkan pembudidayaan botani di
laut
4.
Informasi bagi produsen tentang
dunia laut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Chlorophyta
Divisi Chlorophyta yang lebih dikenal atau populer dengan sebutan alga
hijau, yaitu kelompok terbesar dari alga yang terdiri dari lebih kurang 429
marga dan 6600 jenis. Anggotanya 90% hidup di air tawar, sisanya hidup di air
laut dan, beberapa ada yang hidup di air payau. Alga ini
merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Perbedaan dengan divisi lainnya
karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibangkan
karotin dan xantofil. Hasil asimilasi dari beberapa amilum, penyusunnya sama
pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi .yaitu amilose dan amilopektin.Alga air laut
umumnya tumbuh pada perairan yang dangkal sepanjang pantai dan sering melekat
pada substrat yang keras seperti batu dan batu karang.
(Nontji, 1993).
a.
Ciri-ciri
Alga Hijau
Menurut Gupta
(1981) dalam Sulisetijono (2009), Chlorophyta
dikenal dengan ciri-ciri yang sangat khas yaitu:
a.
Mempunyai pigmen yang terdapat dalam
kloroplas yang didominasi oleh klorofil
a dan b sehingga menyebabkan alga ini berwarna hijau
b.
Produk asimilasi berupa pati yang
dalam pembentukkannya berhubungan dengan pirenoid
c.
Gamet mempunyai 2 atau 4 flagel tipe
whiplash yang sama panjangnya
terletak pada bagian anterior
d.
Reproduksi seksual isogami,
anisogami, dan oogami
e.
Setiap sel mempunyai inti sejati
(ada membran inti)
f.
Dinding sel terdiri atas selulosa
b.
Habitat
Alga
hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa di antaranya di air laut dan
air payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang
dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air
menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan mikroalga seperti
Ulvales dan Sphonales (Taylor, 1960).
Jenis
yang hidup di air tawar biasanya bersifat kosmopolit, terutama yang hidup di
tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air hujan, dan pada
air mengalir (air sungai, selokan). Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan
semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab, dan kulit batang pohon yang
lembab (Taylor, 1960).
c. Morfologi
Ditinjau dari morfologinya, tumbuhan
alga hijau dapat dikelompokkan ke dalam 5 golongan, yaitu (Gupta, 1981) dalam
sulisetijono (2009):
a. Organisme yang uniseluler yang motil
dan non motil
b. Organisme koloni yang motil dan
kokoid
c. Organisme filamentik yang bercabang
dan tidak bercabang
d. Organisme seperti membran/ daun
(parenkim)
e. Organisme sinositik (pipa)
d. Reproduksi
Reproduksi Chlorophyta dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara vegetatif,
aseksual, dan seksual. Menurut Sulisetjono
(2009) perkembangbiakan pada Chlorophyceae antara lain:
1.
Secara Vegetatif
Perkembangbiakan vegetatif dilakukan
dengan fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel.
2. Secara
Aseksual
Perkembangbiakan dengan cara membentuk
sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadi peleburan
sel kelamin. Pada umumnyaterjadi dengan spora, oleh karena itu sering disebut
perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora dibentuk oleh sel vegetatif,
tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus disebut sporangia. Zoospora
setelah periode berenang beberapa waktu, berhenti pada subtrat yang sesuai,
umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding,
selama proses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk pertahanan
diri.
3.
Secara Seksual
Perkembangbiakan secara seksual banyak
dijumpai yaitu isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot
yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet. Daur hihup
umumnya dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe
diplontik.
Isogami merupakan perkembangbiakan
secara seksual yang paling sederhana dan menuju ke arah anisogami. Pada tipe
anisogami masing-masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran yang tidak
sama, sedangkan yang lebih maju lagi yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami,
masing-masing gamet ktelah menunjukkan perbedaan ukuran maupun bentuknya.
e. Sebaran
Sebaran alga hijau terdapat terutama
di daerah litoral bagian atas, khususnya di belahan bawah atas daerah pasang
surut, dan tepatnya pada kedalaman 10 meter atau lebih, yang habitatnya
mendapat penyinaran matahari yang baik. Alga ini terdapat melimpah di perairan
hangat (tropik).
Di Indonesia tercatat sedikitnya 12
marga alga hijau yang banyak dijumpai di perairan pantai, beberapa marga-marga
alga itu adalah sebagai berikut(Romimohtarto, 2001):
1.
Caulerpa yang dikenal beberapa penduduk pulau sebagai anggur
laut, terdiri dari 15 jenis dan 5 varietas.
2.
Ulva mempunyai thallus berbentuk lembaran tipis seperti
sla, oleh karenanya dinamakan sla laut. Ada tiga jenis yang tercatat, satu di
antaranya Ulva reticulata. Alga ini
biasanya melekatnya dengan menggunakan alat pelekat berbentuk cakram yang melekat
pada batu atau substrat lain atau pada tabung dari cacing beruas. Tangkai yang
pendek dapat menghubungkan alat ini dengan daun yang tipis dan lebar, 0,1 mm
tebalnya, dan ukurannya tidak teratur. Daun yang lebar mencapai 400 cm2.
Daunnya mempunyai sejumlah perforasi tak teratur dan tebalnya hanya dua sel.
Tumbuhan ini dapat terlepas dari pegangannya yang tersebar di sekitar daerah
pasang surut. Alga ini tumbuh bagus di selat-selat dan perairan teluk yang
tenang.
3.
Valonia (V. ventrikosa) mempunyai thallus yang membentuk
gelembung berisi cairan berwarna ungu atau hijau mengkilat, menempel pada
karang mati atau batu karang.
4.
Dictyosphaera (D. cavernosa) dan jenis-jenis marga ini di Nusa
Tenggara dinamakan bulung yang dimanfaatkan untuk sayuran.
5.
Halimeda terdiri dari 18 jenis, marga alga ini berkapur menjadi
salah satu penyumbang kapur air laut. Halimeda
tuna terdiri atas rantai cabang dari potongan tipis berbentuk kipas.
Potongan-potongan ini berkapur, masing-masing 2 cm tengahnya. Yang terbesar
dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh sendi-sendi yang tak berkapur. Mereka
berada di bawah air surut rata-rata pada pasang surut bulan-setengah, pada
pantai berbatu dan paparan terumbu, tetapi potongan-potongannya dapat tersapu
ke bagian atas pantai setelah terjadi badai. Halimeda opuntia berbeda dengan H.
tuna karena jenis ini mempunyai potongan bentuk kipas lebih kecil, berwarna
hijau muda, mempunyai panjang 1 cm dan mempunyai bentuk pinggiran yang kurang
teratur. Jenis ini terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasang surut
bulan-setengah pada pantai berbatu dan paparan terumbu.
6.
Chaetomorpha mempunyai thallus atau daunnya berbentuk benang yang
menggumpal. Jenis yang diketahui adalah C.
crassa yang sering menjadi gulma bagi budi daya rumput laut.
7.
Codium hidup menempel pada batu atau batu karang.
8.
Udotea terdapat atau tumbuh di dasar pasir dan terumbu
karang.
9.
Tydemania (T. expeditionis) tumbuh di paparan terumbu karang
yang dangkal dan pada kedalaman 5-30 m di perairan jernih.
10. Bernetella (B. nitida) menempel pada
karang yang mati dan pecahan karang di paparan
terumbu.
11. Burgenesia (B. forbesii) mempunyai
thallus yang berbentuk kantung silindrik berisi cairan berwarna hijau tua atau
hijau kekuningan, menempel pada batu karang atau tumbuhan air.
12. Neomeris (N. annulat) tumbuh menempel
pada substrat dari karang mati di dasar laut
f.
Manfaat
Manfaat alga hijau dibagi menjadi 2 bagian
yaitu positif dan negatif. Menurut Dodge (1973) :
1.
Positif
a. Sebagai sumber protein sel
tunggal contoh chlorela
b. Sebagai bahan makan contoh
volvox sebagai sayuran
c. Sebagai plankton, merupakan
salah satu komponen yang penting dalam rantai makanan di perairan tawar
d. Menghasilkan O2 (oksigen) dan
hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan lain untuk bernafas.
2. Negatif
a. Dapat mengganggu jika perairan
terlalu subur
b. Membuat air berubah warna dan
menjadi bau
c. Menjadi masalah dalam proses
penjernihan air
d. Menyebabkan penyumbatan pada
saringan pengolahan air
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pengamatan makroalga dalam rangka kegiatan KKL ( Kuliah Kerja
Lapangan ) ini dilakukan dengan pengambilan sampel alga yang dilakukan pada
tanggal 11-12 Oktober 2014 di
Pantai Kondang Merak yang terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam pengamatan ini adalah:
1.
Kamera
2.
Alat Tulis
3.
Penggaris
4.
Catatan
5.
Buku
Identifikasi Alga
6.
Makroalga
3.3 Cara Kerja
Langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam pengamatan ini
adalah:
1.
Dibuat petak untuk pencarian alga
2.
Dicari 2-3 spesies alga divisi
chlorophyta
3.
Difoto alga yang ditemukan
4.
Diamati ciri-ciri morfologisnya
5.
Dicocokan dengan buku identifikasi
dan dicatat nama spesies hasil pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Halimeda
simulans
4.1.1
Hasil
pengamatan
Gambar dari pengamatan
|
Gambar dari literatur
|
|
Sumber: Romimohtarto.
2001
|
Keterangan:
1. Ukuran rumpun = - Panjang : 5 cm
- Lebar : 2 cm
2. Blade dan stipe belum dapat dibedakan
3. Struktur talus:parenkim, berkapur, pipih dan kaku
4.1.2
Klasifikasi
Menurut Biogeodp (2011), klasifikasi Halimeda simulans
adalah:
Kingdom: Plantae
Divisio: Chlorophyta
Classis: Chlorophycea
Ordo: Caulerpales
Family: Udoteaceae
Genus: Halimeda
Spesies: Halimeda simulans
4.1.3
Pembahasan
Halimeda simulans termasuk kedalam filum Chlorophyta (ganggang
hijau). Alga ini biasanya ditemukan hidup menempel pada substrat berbatu di
dasar laut dangkal. Secara morfologi bentuknya menyerupai
dengan kaktus serta membentuk lembaran-lembaran, berwarna hijau tua. Posisinya bergerombol. Alga
ini mengandung kloropil a dan b, klorofil sebagai pigmen dominanya. Klorofil
tersebut terkandung di dalam kloroplas. Menurut Presscot (2002), dengan adanya
klorofil ini Halimeda simulans dapat
melakukan fotosintesis. Fotosintesis itu disimpan sebagai cadangan makanan
dalam bentuk amilum atau pati. Seperti halnya tumbuhan, dinding sel ganggang
hijau juga tersusun atas selulosa sehinga bentuk selalu tetap.
Bentuk halimeda adalah coral atau
seperti karang, berbentuk lembaran. Talusnya berbentuk filament yang
bercabang-cabang dan kebanyakan membentuk koloni. Hidup di laut yang dangkal
dengan melekatkan talusnya yang berbentuk seperti rhizoid berwarna putih pada
subtratnya (Tjicrosoepomo, 1986).
Reproduksi alga ini di lakukan secara seksual
atau aseksual. Secara aseksual, alga ini bereproduksi dengan cara pembelahan
sel. Sedangkan reproduksi seksual di
lakukan dengan cara isogamy, anisogami, oogami dan konjugasi (Presscot, 2002).
Peranan Halimeda
simulans sendiri ini banyak, salah
satunya digunakan untuk bahan kosmetik dan obat-obatan (Tjitrosoepomo, 1986).
4.2 Codium reediae
4.2.1
Hasil
Pengamatan
Gambar dari pengamatan
|
Gambar dari literatur
|
|
Sumber: Romimohtarto.
2001
|
Keterangan:
1. Ukuran:
-
panjang: 8 cm
-
lebar: 7 cm
2. Blade dan stipe tidak dapat dibedakan
3. Bentuk thallus: sinositik (pipa), kenyal, lembut.
4.2.2
Klasifikasi
Menurut Biogeodp (2011), klasifikasi Codium
reediaeadalah:
Kingdom :
Plantae
Divisio : Chlorophyta
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Bryopsidae
Familia : Codiaceae
Genus : Codium
Spesies :
Codium reediae
4.2.3
Pembahasan
Codium
reediae merupakan salah satu kelompok chlorophyta yang dapat dimakan. Semua
ganggang dalam genus Codium memiliki tekstur yang unik seperti memiliki beludru
yang lembut, kenyal.Spesies ini berwarna hijau lebih gelap daripada spesies
ganggang hijau pada umumnya.
Codium
reediae tumbuh tinggi tidak teratur (segala arah) , cabang dikotom , dengan thalli
1-2cm, tebal dan berdaging, ujungnya
membentuk huruf ‘Y’. Spesies ini sering
dianggap sebagai Codium fragilis karena memiliki tekstrur yang mirip,
namun keduanya dapat dibedakan oleh pola pertumbuhan mereka, pada Codium reediae tumbuh tegak, sementara
Codium fragilis, thalli lebih panjang dan tumbuh menunduk(Nyabakken.
1992).
Genus
Codium bereproduksi seksual anisogamous, yaitu jenis reproduksi ketika gamet
berbeda ukuran atau bentuk.Dalam talus diploid, gamet betina yang berwarna
hijau tua dan gamet jantan berwarna coklat diproduksi.Selama meiosis, gamet
terbentuk dan kemudian dilepaskan melalui saluran pusat gametangia
tersebut.Awalnya, gamet kekurangan flagella dan berenang bebas.Setelah itu,
gamet jantan dengan gamet betina bertemu
dan melebur membentuk zigot yang kemudian mengendap dan berkembang menjadi
talus baru (Nybakken.
1992)
Spesies
ini cukup tersebar di rataan terumbu, dan biasanya tidak membentuk komunitas
padat tetapi lebih sering terjadi sebagai diskrit, tanaman tunggal. Spesies Codium
adalah bagian dari (Chelonia mydas) diet penyu hijau Hawaii.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Spesies makroalga dari divisi chlorophyta yang telah ditemukan di Pantai
Kondak Merak adalah:
1.
Halimeda simulans, Ciri morfologi diantaranya yaitu blade dan stipe
belum dapat dibedakan
struktur
talusnya parenkim,
berkapur, pipih dan kaku.
bentuknya menyerupai dengan kaktus serta
membentuk lembaran-lembaran, berwarna hijau tua, posisinya
bergerombol. Cara reproduksi Halimeda simulans yaitu secara aseksual, alga
ini bereproduksi dengan cara pembelahan sel. Sedangkan reproduksi seksual di lakukan dengan cara
isogamy, anisogami, oogami dan konjugasi.
2. Codium reediaee, ciri morfologi diantaranya yaitu blade dan stipe
tidak dapat dibedakan, bentuk thallusnya sinositik (pipa), kenyal dan lembut. Tumbuh tinggi tidak teratur (segala
arah), cabang dikotom, dengan thalli 1-2cm, tebal dan
berdaging, ujungnya
membentuk huruf ‘Y’.
Reproduksinya yaitu dengan cara seksual
anisogamous, yaitu jenis reproduksi ketika gamet berbeda ukuran atau bentuk.
Dalam talus diploid, gamet betina yang berwarna hijau tua dan gamet jantan
berwarna coklat diproduksi.
5.2 Saran
Diharapkan
penelitian ini dapat dilanjutkan oleh penulis yang lain supaya dapat lebih
diperbaiki dan dikaji lebih dalam mengenai mikroalga yang berhabitat di pantai
Kondang Merak, Malang Selatan, agar nantinya dapat dijadikan sebagai reverensi
yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L.M
1998. Seri Budi Daya Rumput laut. Yogyakarta : Kanisius.
Dodge,
J. D. 1973. The Fine Structure of Algae Cells. London: Academic Press..
Juliana,R.
2010. Ciri-Ciri Chlorophyta. http://rullyj.blogspot.com/.
Diakses 14 Oktober 2014
Marianingsih
Pipit, Evi Amelia, Teguh Suroto. Inventarisasi dan Identifikasi makroalga di
Perairan Pulau Untung Jawa. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Hal 219.
Nontji, A.
1993. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Nybakken,
J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT
Gramedia.
Presscot,
et al. 2002. Microbiology Fifth Edition. New York: The Mc Graw Hill Companies,
Inc
Romimohtarto,
Kasijan dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan
Sulisetjono. 2009. Serahan Alga. Malang: UIN
Press
Taylor,
W. R. 1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical Coast of
the Americas. New York : Ann Akbor the University of Michigan Press.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 1986. Taksonomi Tumbuhan ( Taksonomi Khusus). Jakarta :
Bhratara Karya Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar